Alarm Pendidikan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar mengejutkan datang dari dunia pendidikan Tanah Air. Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengatakan ratusan siswa Sekolah Rakyat di berbagai daerah mengundurkan diri. Hal ini menjadi sorotan di masyarakat. Pasalnya, sekolah yang didirikan untuk memberi akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, justru ditinggalkan para muridnya. Ada apa?
Mengutip Kompas.com, program Sekolah Rakyat merupakan gagasan Presiden Prabowo Subianto yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial. Program pendidikan inklusif berasrama ini membidik anak-anak dari keluarga miskin ekstrem yang masih diasuh orangtua agar bisa mendapatkan pendidikan gratis.
Sekolah Rakyat didesain sebagai pendidikan gratis dari jenjang SD hingga SMA dengan penguatan karakter, kompetensi dasar akademik, dan pembinaan kedisiplinan. Siswa juga mendapatkan layanan kesehatan gratis, fasilitas modern, dan berbagai kebutuhan sehari-hari yang ditanggung penuh oleh negara.
Dengan biaya minim dan metode pembelajaran yang modern, sekolah ini menjadi tumpuan harapan bagi banyak anak yang sebelumnya terancam putus sekolah. Data BPS menunjukkan, terdapat sekitar 4,16 juta anak usia 6-18 tahun yang tidak sekolah, putus sekolah, atau belum sekolah hingga tahun 2024. Namun, mundurnya ratusan siswa menandakan ada masalah mendasar, mulai manajemen sekolah, kualitas pengajar, hingga kenyamanan siswa yang tinggal di asrama.
Bagi sebagian anak, fasilitas yang terbatas, aturan yang kaku, atau lingkungan yang kurang ramah membuat mereka memilih pulang. Fenomena ini bukan sekadar urusan satu sekolah atau satu daerah. Ketika akses pendidikan melemah, dampaknya merembet: anak-anak kembali ke jalan, potensi mereka terhambat, dan risiko pengangguran di masa depan meningkat.
Pemerintah harus segera bertindak, bukan sekadar mengimbau. Pendanaan yang layak, pelatihan guru, peningkatan fasilitas asrama, serta pengawasan mutu pendidikan alternatif harus menjadi prioritas. Di sisi lain, edukasi kepada masyarakat juga mutlak diperlukan. Orang tua harus memahami pentingnya pendidikan dan terus mendorong anak-anak mereka untuk tetap bersekolah, apa pun rintangannya.
Ratusan siswa yang pergi adalah alarm kencang bahwa perbaikan harus segera dilakukan. Kita tak boleh membiarkan satu pun anak kehilangan haknya untuk belajar, karena setiap bangku yang kosong adalah mimpi yang terbuang.