Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham raksasa otomotif PT Astra International Tbk (ASII) menunjukkan anomali menarik di pengujung tahun 2025. Di satu sisi, kinerja penjualan mobil masih terperosok lesu. Namun di sisi lain, harga saham ASII justru tampil perkasa dan bergerak kontradiktif dengan data riil di lapangan.
Data terbaru menunjukkan, penjualan mobil Astra merosot 16,41% secara tahunan (year on year/YoY) sepanjang Januari-November 2025. Total penjualan hanya mencapai 368.426 unit, menyusut dibandingkan periode sama tahun lalu yang menembus 440.806 unit. Meski demikian, Astra masih menggenggam dominasi pangsa pasar (market share) sebesar 52%.
Rinciannya, penjualan didominasi merek Toyota dan Lexus yang mencapai 225.458 unit, disusul Daihatsu 118.774 unit, Isuzu 22.668 unit, dan UD Trucks 1.526 unit.
Koreksi paling dalam terjadi di segmen Low Cost Green Car (LCGC). Penjualan mobil murah ramah lingkungan ini anjlok 30,52% menjadi 84.015 unit per November 2025, jauh di bawah capaian tahun sebelumnya yang sebesar 120.936 unit.
Meski secara akumulasi tahunan melemah, ada sedikit sinyal pemulihan bulanan. Penjualan mobil Astra pada November 2025 tercatat 36.041 unit, naik 3,3% dibanding Oktober 2025.
Baca Juga: SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas
Kontras dengan lengangnya showroom mobil, lantai bursa justru mengapresiasi saham ASII. Pada perdagangan Jumat (19/12/2025), saham ASII ditutup menguat 0,38% ke level Rp 6.252 per saham.
Walau dalam sepekan terakhir terkoreksi tipis 2,97%, performa jangka panjangnya terbilang impresif. Dalam sebulan terakhir, ASII menguat 1,95%. Bahkan sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD), saham konglomerasi ini sudah terbang 31,85%.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia menganalisa, secara teknikal pergerakan saham ASII masih dalam kategori uptrend. Polanya relatif mirip dengan Indeks Keyakinan Konsumen (ICI). Namun, ia memberi peringatan dini.
“Uptrend tersebut cenderung terbatas. Hal ini disebabkan oleh mulai munculnya negative divergence pada sejumlah indikator momentum,” ujar Nafan kepada KONTAN, Jumat (19/12).
Artinya, kenaikan harga saham tidak lagi didukung oleh kekuatan fundamental penjualan yang solid. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sebagian ekspektasi pasar sudah tercermin (priced in) dalam harga saat ini. Menurut Nafan, ruang kenaikan saham ASII berpotensi terbatas atau bahkan mendekati fase akhir siklus kenaikan (final wave).
Baca Juga: Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat
Diversifikasi dan Momentum Lebaran
Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo menambahkan, kokohnya saham ASII di tengah badai otomotif tak lepas dari struktur bisnisnya yang terdiversifikasi. Pelemahan di sektor otomotif tertopang oleh lini bisnis lain seperti jasa keuangan, alat berat (United Tractors), dan agribisnis.
“Ke depannya dengan daya beli yang diharapkan meningkat bisa meningkatkan penjualan dan stabilitas makroekonomi terjaga,” imbuh Indy.
Windy Riswanty, Head of Corporate Communications ASII mengakui tantangan daya beli yang melemah. Namun, strategi peluncuran model baru dan promo agresif di pameran otomotif menjadi andalan mempertahankan pasar.
“Kepuasan pelanggan tetap menjadi prioritas utama kami. Kami berharap kondisi pasar dapat berangsur membaik pada tahun depan,” kata Windy.
Optimisme juga datang dari momentum musiman. Nafan memproyeksi permintaan kendaraan berpotensi terdongkrak pada kuartal I-2026 berkat rangkaian perayaan Imlek, Ramadan, dan Lebaran. Ditambah lagi, tren penurunan suku bunga acuan diharapkan menurunkan biaya dana (cost of funds) kredit kendaraan.
Baca Juga: Laju Saham Barang Konsumsi Masih Mini
Proyeksi Keuangan & Rekomendasi Saham
Riset CGS International (25/11) menyoroti peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid sebagai katalis penahan penurunan volume. Analis CGS International Handy Noverdanius, Owen Tjandra, dan Elizabeth Noviana menghitung, setiap kenaikan 1% penjualan roda empat akan mengerek laba bersih ASII sebesar 22 basis poin.
CGS memproyeksikan pendapatan ASII akhir 2025 mencapai Rp 339,26 triliun, naik tipis 2,52% YoY. Namun, laba bersih diprediksi terkoreksi 8,07% YoY menjadi Rp 31,30 triliun.
Berikut adalah rangkuman rekomendasi saham ASII dari para analis:
1. CGS International
-
Rekomendasi: Add (Tambah)
-
Target Harga: Rp 6.825
-
Alasan: Momentum produk baru dan inisiatif pengembalian imbal hasil ke pemegang saham (total shareholder return).
2. Mirae Asset Sekuritas (Nafan Aji Gusta)
-
Rekomendasi: Add (Tambah)
-
Target Harga: Rp 7.175
-
Alasan: Potensi permintaan musiman (Nataru/Lebaran) dan valuasi yang masih menarik.
3. Edvisor Provina Visindo (Indy Naila)
-
Rekomendasi: Buy on Weakness
-
Target Harga: Rp 7.000
-
Alasan: Diversifikasi bisnis yang menopang kinerja konsolidasi.
