Angin Segar Suku Bunga bagi Properti

Rabu, 27 Februari 2019 | 07:29 WIB
Angin Segar Suku Bunga bagi Properti
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 6% disambut baik oleh pelaku industri porperti. Pasalnya, kenaikan bunga akan membebani kemampuan masyarakat yang memanfaatkan kredit pemilikan rumah (KPR) maupun apartemen (KPA).

Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi mengatakan, saat ini suku bunga masih cukup bersahabat terhadap calon pembeli rumah yang ingin mengambil KPR. "Paling tidak peminat KPR tidak menurun," ujar Harun kepada KONTAN, Selasa (26/2).

Menurutnya, daya beli masyarakat melalui KPR saat ini masih cukup tinggi. Benar saja. Jika merujuk kepada data BI, pada bulan Desember 2018 lalu, secara keseluruhan kredit properti masih mencatatkan pertumbuhan 16,3%. Sedangkan untuk KPR dan KPA tumbuh 13,9%.

Kinerja CTRA juga cukup bergantung dengan pembelian rumah lewat skema KPR. Sebagai gambaran, pada tahun lalu, sebanyak 53% penjualan rumah CTRA dilakukan lewat KPR. Adapun total marketing sales tahun lalu Rp 6,4 triliun.

Senada, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD) Archied Noto Pradono mengatakan, keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga merupakan angin segar untuk konsumen KPR dan KPA.

Pada tahun 2019 ini, DILD menargetkan marketing sales mencapai Rp 2,5 triliun. Target tersebut 13,64% lebih tinggi ketimbang tahun lalu.

Kendati diliputi sentimen negatif, sektor saham properti diperkirakan baru terpacu setelah pemilu April 2019 mendatang. Apalagi, sektor ini tengah diliputi kebijakan positif yang mendorong pertumbuhan. Contoh, pelonggaran loan to value oleh BI untuk meredam tingginya suku bunga.

Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji mengatakan, pelaku pasar masih wait and see jelang pemilu. "Setelah pemilu selesai, sektor ini diprediksi terus melaju. Sedangkan langkah BI tidak agresif menaikkan bunga akan membuat market lebih kondusif," ujar Nafan.

Nafan masih merekomendasikan saham-saham properti untuk dikoleksi awal tahun ini. Misalnya BSDE dengan target harga Rp 1.580 per saham, ASRI Rp 404 per saham, PWON dengan target harga Rp 820 per saham, SMRA dengan target harga Rp 1.240 per saham dan DILD dengan target harga Rp 356 per saham.

Informasi saja, pada penutupan perdagangan Selasa (26/2), kinerja sektor properti, real estate dan konstruksi gedung masih tumbuh walaupun tipis, yaitu 1,48% sejak akhir tahun lalu. Angka ini masih di bawah pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 5,59%.

Dennies Christoper Jordan, Analis Artha Sekuritas justru menilai, sektor properti masih akan menghadapi kesulitan bertumbuh. Penyebabnya yaitu bunga yang masih di level tinggi serta persaingan developer yang semakin ketat. Proyeksi dia, sektor ini baru membaik pada kuartal IV.

Bagikan

Berita Terbaru

BSI Mencetak Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 10,21% di Kuartal II-2025
| Senin, 22 September 2025 | 15:48 WIB

BSI Mencetak Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 10,21% di Kuartal II-2025

Kinerja positif BSI di triwulan II-2025 didukung fokus pada bisnis khas bank syariah, yakni emas dan layanan seperti haji dan umrah.

Realisasi APBN Per Juli: Defisit Melebar dan Penerimaan Pajak Masih Loyo
| Senin, 22 September 2025 | 15:03 WIB

Realisasi APBN Per Juli: Defisit Melebar dan Penerimaan Pajak Masih Loyo

Kementerian Keuangan mencatat defisit APBN hingga Agustus 2025 mencapai 1,35% dari produk domestik bruto (PDB), setara Rp 321,6 triliun.

Imbas IPO Merdeka Gold Resources (EMAS) Berbuah Manis Bagi MDKA
| Senin, 22 September 2025 | 13:00 WIB

Imbas IPO Merdeka Gold Resources (EMAS) Berbuah Manis Bagi MDKA

MDKA masih berada dalam jalur uptrend. Koreksi yang terjadi belakangan ini dinilai wajar karena volumenya relatif kecil.

Produksi Timah TINS Mulai Tumbuh Positif, Laba Bersih 2025 Diprediksi Bakal Moncer
| Senin, 22 September 2025 | 09:16 WIB

Produksi Timah TINS Mulai Tumbuh Positif, Laba Bersih 2025 Diprediksi Bakal Moncer

Konsensus analis yang dihimpun Bloomberg mematok target harga saham TINS rata-rata Rp 1.500 untuk 12 bulan ke depan.

Dua Minggu Jadi Menteri Keuangan, Ini Berbagai Gebrakan Purbaya Yudhi Sadewa
| Senin, 22 September 2025 | 08:59 WIB

Dua Minggu Jadi Menteri Keuangan, Ini Berbagai Gebrakan Purbaya Yudhi Sadewa

Menteri Keuangan baru telah memindahkan duit pemerintah Rp 200 triliun ke bank umum hingga berencana menarik dolar masyarakat di luar negeri

Prospek Cerah Emiten Emas HRTA Seiring Kerja Sama Dengan Grup Astra, Bakrie & Salim
| Senin, 22 September 2025 | 08:00 WIB

Prospek Cerah Emiten Emas HRTA Seiring Kerja Sama Dengan Grup Astra, Bakrie & Salim

HRTA disukai karena kepastian pasokan bahan baku emas, serta katalis jangka menengah dari sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA).

Menengok Amunisi Reli Saham-Saham Prajogo Pangestu, Bukan Sekadar Faktor Teknikal
| Senin, 22 September 2025 | 07:40 WIB

Menengok Amunisi Reli Saham-Saham Prajogo Pangestu, Bukan Sekadar Faktor Teknikal

Saham emiten terafiliasi Prajogo Pangestu seperti BRPT, TPIA, BREN, CUAN, CDIA dan PTRO masih menarik perhatian investor.

Mencermati Geliat Reksadana Berbasis Sukuk
| Senin, 22 September 2025 | 07:21 WIB

Mencermati Geliat Reksadana Berbasis Sukuk

Tantangan reksadana berbasis sukuk tetap ada, terutama likuiditas sukuk sekunder yang rendah dibanding obligasi konvensional. 

Prospek Margin Bunga Bank Semakin Cerah
| Senin, 22 September 2025 | 06:25 WIB

Prospek Margin Bunga Bank Semakin Cerah

Margin bunga bunga bersih alias net interst margin (NIM) perbankan berpotensi membaik akhir tahun ini​

Prediksi Rupiah Senin (22/9) Akan Melemah Lagi, BI Siap Intervensi?
| Senin, 22 September 2025 | 06:20 WIB

Prediksi Rupiah Senin (22/9) Akan Melemah Lagi, BI Siap Intervensi?

Rupiah melemah tajam pada Jumat (19/9). Simak prediksi nilai tukar dolar AS vs rupiah terbaru pada Senin (22/9)

INDEKS BERITA

Terpopuler