KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen yang mewarnai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pekan ini sudah terjawab. Kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Pemangkasan ini telah lama dinanti pasar.
Kamis (18/7) kemarin, IHSG menguat 0,14% ke 6.403,29. Akibatnya secara year to date (ytd), IHSG menguat 3,37%. Meski begitu, dampak dari penurunan suku bunga, terhadap IHSG, menurut para analis, tidak akan berlangsung lama.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengakui, sentimen penurunan suku bunga memang positif. Namun, pelaku pasar tetap menunggu realisasi kinerja emiten setelah penurunan suku bunga. "Masih tunggu kinerja emiten, jadi sentimen suku bunga ke IHSG bersifat sementara," ujar dia.
Apalagi, menurut Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma, penurunan suku bunga BI hanya 25 bps. Ini sudah diprediksi oleh investor. "Karena hanya 25 basis poin jadi pelaku pasar sudah memprediksi, sehingga belum terlalu banyak pengaruh. Kalaupun ada pengaruhnya belum terlalu kuat," terang dia.
Apalagi menurut William masih ada risiko The Fed tidak menurunkan suku bunga. Bila demikian, bisa saja terjadi capital outflow. Indikasi ini mulai tampak. Meski IHSG naik, investor asing mencetak net sell Rp 309,78 miliar.
Apalagi, menurut Suria, BI berpotensi kembali menurunkan suku bunga di tahun ini. Akan ada penurunan bunga sebanyak 50-75 bps. Hal ini tentu akan memicu aksi profit taking investor asing.
Saat ini, Suria menyarankan pelaku pasar segera melihat hasil laporan keuangan emiten di semester I-2019. Pasalnya, menurut perkiraan dia, laporan keuangan emiten di kuartal II tidak akan lebih baik dari kuartal I.
Meski begitu, Suria menilai, pasca penurunan suku bunga, emiten perbankan, properti dan konstruksi akan menjadi emiten-emiten yang memiliki potensi untuk bertumbuh dengan baik di semester dua Kinerja emiten-emiten tersebut akan positif bila BI terus memangkas suku bunga hingga 0,50%–0,75%.
Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang menambahkan, secara implisit, penurunan suku bunga ini memberi indikasi ke depan kondisi ekonomi Indonesia berpotensi mengalami turbulensi. "Bahkan bisa saja melemah, karena itu BI mengantisipasinya dengan menurunkan suku bunga," terang dia, Kamis (18/7).
Head of Research Ekuarto Swarna Sekuritas David Sutyanto juga mengatakan, ke depan pelaku pasar akan memantau kondisi Amerika Serikat yang bisa membuat arah pasar berbalik.
Secara fundamental, David maupun Edwin sepakat dampak penurunan suku bunga bagi kinerja emiten tidak akan dapat dirasakan langsung. "Penurunan suku bunga sebagai instrumen moneter, pengaruhnya bagi perusahaan agak lama," papar David.
Edwin menambahkan, dampak dari kinerja emiten dan pergerakan indeks akan berbeda dengan kebijakan fiskal yang langsung terasa saat ketok palu.
Oleh karena itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan, selama masih terpengaruh penurunan suku bunga BI, IHSG akan bergerak stagnan di 6.350–6.450. Pasar juga menanti keputusan Fed.
"Tapi IHSG jangan terkoreksi menembus 6.324. Kalau tembus maka akan bearish," jelas Herditya. Kendati begitu, apabila tren IHSG menunjukkan peningkatan dan tembus 6.450, maka IHSG akan bergerak ke 6.500–6.600.