Banyak Tekanan, Neraca Dagang Masih Rentan

Selasa, 25 Juni 2019 | 12:14 WIB
Banyak Tekanan, Neraca Dagang Masih Rentan
[]
Reporter: Benedicta Prima, Titis Nurdiana | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JAKARTA. Kabar gembira datang dari Badan Pusat Statistik (BPS). Senin (24/6), BPS mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2019 mencatat surplus US$ 207,6 juta, seiring kenaikan nilai ekspor pada hampir semua sektor industri.

Nilai ekspor minyak dan gas bumi (migas), misalnya, tumbuh 50,19% secara bulanan berkat kenaikan nilai ekspor gas yang mencapai 99,4%. Nilai ekspor pertanian naik 25,19% senilai US$ 320 juta. Komoditas ekspor yang naik adalah sarang burung, kopi, tanaman hutan, aromatik dan rempah-rempah dan logam dasar mulia.

Ekspor industri pengolahan juga naik 12,40% atau senilai US$ 11,16 miliar. "Peningkatan ekspor nonmigas tertinggi pada lemak dan minyak hewani atau nabati, termasuk minyak sawit mentah dan turunannya, naik 14,97% setara US$ 187 juta menjadi US$ 1,37 miliar," jelas Kepala BPS, Suhariyanto, Senin (24/6).

Ekspor batubara, penyumbang utama ekspor non-migas, juga naik 5,81%. Nilai ekspor komoditas ini tercatat US$ 2,04 miliar.

Namun demikian, Suhariyanto mewanti-wanti untuk mewaspadai posisi neraca dagang Juni 2019 serta periode mendatang. Maklum, ekspor Indonesia masih bertumpu pada ekspor komoditas, terutama sawit dan batubara. Padahal harga dua komoditas ini mudah bergolak dan dalam tren melemah.

Kekhawatiran Suhariyanto diperkuat penjelasan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia. Saat ini, kata Hendra, pasar batubara global kelebihan stok. Sesuai mekanisme pasar, harga cenderung turun saat suplai berlebih. "Pasar batubara global tahun ini diproyeksikan stagnan," jelas Hendra.

Di sisi lain, rata-rata nilai tukar rupiah sejak awal Juni 2019 dalam tren menguat. Kemarin, rupiah berada di angka 14.251,36 per dollar AS, menguat ketimbang sebulan sebelumnya yang berada di posisi 14.392,81 per dollar AS. Alhasil, kontribusi ekspor batubara bisa berkurang.

Secara umum, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, ekonomi Indonesia masih dibayangi efek perang dagang AS dan China. International Monetary Fund (IMF) juga berpeluang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global lagi pada periode mendatang.

Jika ekonomi global melambat lagi, ekspor Indonesia bisa melemah akibat penurunan permintaan batubara dan minyak sawit, serta penurunan harga dua komoditas tersebut. BI memproyeksikan, Juni ini harga batubara diperkirakan turun 9,8%, sementara minyak sawit bisa turun 0,7%. "Perang dagang AS-China menggerus harga komoditas," kata Perry.

Namun, di balik efek negatif perang dagang, Indonesia memiliki potensi mendongkrak ekspor barang-barang yang ditinggalkan oleh China di pasar Amerika Serikat. "Misalnya footware, tekstil, dan lainnya," tambah Perry.

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengingatkan, sejak Januari hingga April 2019, delapan dari 10 negara di Asia menghadapi pelambatan ekspor. Kenaikan ekspor hanya dinikmati India dan Vietnam. Ekspor Indonesia turun 9,47%, terdalam dibanding negara lain.

Bagikan

Berita Terbaru

Melihat Potensi Rebound Saham Blue Chip di Sisa Tahun 2025
| Minggu, 14 Desember 2025 | 17:29 WIB

Melihat Potensi Rebound Saham Blue Chip di Sisa Tahun 2025

Analis menyebut bahwa KLBF turut memiliki peluang rebound sebab sisi kinerja keuangan, pertumbuhan operating income dan net income masih positif.

Partisipasi Investor Milenial dan Gen Z di Pasar Saham Makin Semarak
| Minggu, 14 Desember 2025 | 10:04 WIB

Partisipasi Investor Milenial dan Gen Z di Pasar Saham Makin Semarak

Reli IHSG yang beberapa kali menembus rekor tertinggi, tak lepas dari meningkatnya aktivitas investor ritel, termasuk dari kelompok usia muda

Jantra Grupo (KAQI) Genjot Ekspansi Usai Raih Dana IPO
| Minggu, 14 Desember 2025 | 09:59 WIB

Jantra Grupo (KAQI) Genjot Ekspansi Usai Raih Dana IPO

Sebagian besar dana IPO terserap untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk pembangunan infrastruktur fisik. 

BEI Siapkan Pemberlakuan Periode Non Cancellation
| Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43 WIB

BEI Siapkan Pemberlakuan Periode Non Cancellation

Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan periode non-cancellation pada sesi pra-pembukaan dan pra-penutupan mulai 15 Desember 2025

Berkah Kenaikan Trafik Data Telekomunikasi
| Minggu, 14 Desember 2025 | 09:39 WIB

Berkah Kenaikan Trafik Data Telekomunikasi

Meskipun trafik data naik, emiten sektor telekomunikasih masih dibayangi persaingan harga yang ketat

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global
| Minggu, 14 Desember 2025 | 06:00 WIB

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global

IHSG mengakumulasi kenaikan 0,32% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,33%.

Animo Investor Saham
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:50 WIB

Animo Investor Saham

​Kenaikan IHSG terdorong oleh peningkatan investor pasar modal di dalam negeri yang semakin melek berinvestasi saham.

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:35 WIB

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera

Banjir dan longsor membuat layanan telekomunikasi di sejumlah wilayah Sumatera lumpuh. Dalam situasi ini, keandalan peru

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:10 WIB

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas

Banjir dan longsor yang melanda Sumatera akhir November bukan hanya merenggut ratusan nyawa, tapi bikin meriang perdagangan.

 
Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

INDEKS BERITA

Terpopuler