Belajar dari Inggris

Senin, 03 Oktober 2022 | 08:00 WIB
Belajar dari Inggris
[]
Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdana Menteri Inggris Raya Liz Truss dan Menteri Keuangan Kwarsi Kwateng menjadi bulan-bulanan pengamat ekonomi. Pemicunya, 23 September, Kwateng merilis sejumlah program stimulus. 

Yang paling mencolok, Kwateng meluncurkan program pemangkasan pajak untuk orang kaya senilai 45 miliar poundsterling. Ia juga membatalkan rencana kenaikan pajak penghasilan korporasi. 

Kebijakan ini bertentangan dengan langkah bank sentral Inggris yang tengah meredam inflasi.

Bank sentral telah mengerek bunga acuan sebanyak tujuh kali sejak Desember 2022 untuk melawan inflasi Inggris yang mendekati 10%.

Bunga tinggi diharapkan menyedot dana masyarakat, mengurangi konsumsi, dan ujungnya menahan inflasi. Kini, inflasi tinggi dan stagnasi gaji membuat banyak orang Inggris stres.

Sebaliknya, program tax cut Kwateng dan Truss justru memompa duit ke masyarakat yang berpotensi menjadi bahan bakar belanja dan inflasi.

Di luar itu, insetif pajak itu juga disorot karena program populis ini juga dibiayai dengan utang baru. Padahal, utang Inggris telah mencapai 2,4 triliun poundsterling atau 96% dari PDB Inggris. Jumlah yang justru mesti dipangkas. 

Truss boleh berdalih, kebijakannya merupakan upaya untuk kembali menggerakkan ekonomi, investasi, dan aktivitas korporasi yang tengah stagnan. Instilah tricle down economy pun muncul lagi.

Tapi para ekonom menilai "Trussonomics" ini tak wajar dan tak akan efektif. 

International Monetary Fund (IMF) yang biasanya hanya memelototi negara berkembang pun sampai angkat bicara. IMF mengingatkan, tax cut hanya akan meningkatkan ketimpangan.

Seorang pengamat juga menyebut, meski dapat insentif pajak, orang kaya tidak lantas menambah belanja karena selama ini mereka tak kekurangan uang.

Pelaku pasar menghukum Inggris dengan melepas ase-aset poundsterling. Maklum, mereka kehilangan kepercayaan. Imbasnya poundstering longsor hebat dan sempat mencapai titik terendah US$ 1,03.

Banyak pihak menanti Truss membatalkan kebijakan yang tak lazim itu. Hanya balik kanan satu-satunya langkah yang akan menyelamatkan Inggris.

Sementara itu, para pengambil kebijakan di dunia memperoleh pelajaran berharga. Jangan coba-coba, hanya demi menyenangkan konstituen politik, sebuah pemerintahan membuat kebijakan yang ceroboh di tengah kondisi yang genting. 

Pasar akan menghukum dengan kejam jika Anda merusak kepercayaan mereka.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:34 WIB

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya

Minat korporasi melantai ke bursa terus meningkat dan akan terlihat di tahun 2026. ada empat sampai lima perusahaan yang sedang kami perhatikan. 

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:45 WIB

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas

Produk exchange-traded fund (ETF) emas siap meluncur awal tahun depan dari sejumlah manajer investasi (MI)

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:38 WIB

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar menantikan rilis data penjualan ritel bulan Oktober 2025 yang diproyeksikan tumbuh 4% secara tahunan. Meningkat dari 3,7% pada September.

INDEKS BERITA

Terpopuler