Biaya Ekonomi

Selasa, 03 Juni 2025 | 06:11 WIB
Biaya Ekonomi
[ILUSTRASI. TAJUK - Haris Hadinata]
Harris Hadinata | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepertinya sudah banyak yang ngomong, kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. KONTAN juga sudah berkali-kali menulis berita soal ekonomi Indonesia yang sedang demam. Data-data terbaru yang dirilis pemerintah juga mendukung asumsi ekonomi dalam negeri sedang sakit.

Pemerintah memang menggelontorkan sejumlah insentif untuk membantu mendorong daya beli masyarakat. Cuma, insentif ini juga kena diskon, dari rencana semula ada enam insentif jadi tinggal lima insentif saja. Pemerintah urung menerapkan insentif diskon tarif listrik dengan alasan anggaran tak siap.

Selain itu juga, insentif ini nanti cuma berjalan dua bulan, yakni di periode Juni-Juli. Pemerintah tampaknya mencoba memanfaatkan momen libur anak sekolah tahun ini untuk mengerek belanja dan konsumsi masyarakat. Cuma, karena ini cuma insentif jangka pendek, daya dorongnya ke ekonomi diperkirakan tidak akan besar.

Insentif ini lebih terasa sebagai pemanis saja, agar masyarakat setidaknya bisa merasakan lepas dari himpitan ekonomi dalam waktu sebentar. Tapi, insentif ini tidak cukup untuk menjadi solusi jangka panjang bagi masalah ekonomi.

Memang, sih, masalah pada ekonomi dan daya beli Indonesia saat ini sulit diselesaikan dalam jangka pendek. Di sisi lain, harusnya pemerintah segera mulai mencari solusi dan melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah daya beli masyarakat yang lemas, bukan cuma sekadar kasih pemanis.

Mungkin banyak yang sudah tahu, biaya kegiatan ekonomi di Indonesia itu termasuk mahal. Biaya upah buruh dan bahan baku mulai tinggi. Sudah begitu, perusahaan juga harus menghadapi biaya "lain-lain". Contoh, masih ada ormas yang minta THR, bahkan sampai minta jatah proyek, ke perusahaan.

Di sisi lain, perusahaan berbisnis tetap harus bisa mencetak untung. Akibatnya banyak hal. Salah satunya, kenaikan upah pekerja jadi lambat. Sementara di sisi lain, harga-harga naik cepat. Alhasil, banyak pekerja yang merasa sudah bekerja keras, tapi tetap miskin.

Masalah mahalnya aktivitas ekonomi di dalam negeri ini tampaknya masih belum jadi fokus utama pemerintah. Pemerintah harus lebih tegas mengatasi, bahkan kalau perlu menghilangkan, hal-hal serta hambatan-hambatan yang membuat aktivitas ekonomi jadi mahal. Ini bukannya mustahil dilakukan, kok. Indonesia pernah bisa memangkas birokrasi yang membuat biaya bisnis jadi mahal.

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

INDEKS BERITA

Terpopuler