Biayai Anggaran Pandemi, Singapura Kerek Tarif Pajak
Oleh:
Adrianus Octaviano
Selasa, 22 Februari 2022 | 05:20 WIB
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapura akan mulai menerapkan sejumlah kenaikan pajak yang menyasar kelompok masyarakat berpenghasilan lebih tinggi. Kenaikan penerimaan negara ditujukan untuk menutupi kenaikan anggaran biaya penanganan pandemi.
Mengutip Reuters, Senin (21/2), Menteri Keuangan Singapura Lawrence Wong mengatakan akan menaikkan tarif pajak barang dan jasa dalam dua tahap. Tahap pertama pada Januari 2023, dari 7% menjadi 8%. Kenaikan berikut berlangsung pada Januari 2024, dari 8% menjadi 9%.
"Saya juga memahami kekhawatiran warga Singapura tentang kenaikan pajak yang terjadi bersamaan dengan kenaikan harga," ujar Wong.
Pemerintahan di negeri jiran itu juga berencana meningkatkan tarif pajak penghasilan bagi mereka yang berpenghasilan tinggi, menaikkan pajak properti residensial, dan mengenakan pungutan yang lebih tinggi pada mobil mewah.
Ini Artikel Spesial
Segera berlangganan sekarang untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Terkait pajak properti hunian, Wong menjelaskan bahwa pihaknya akan meningkatkan tarif pajak properti atau properti residensial yang tidak ditempati pemilik, yang termasuk properti investasi. Untuk properti seperti itu, pihaknya akan menaikkan tarif pajak properti dari sebelumnya di kisaran 10% hingga 20% menjadi 12% hingga 36%.
Selanjutnya, pemerintah Singapura akan meningkatkan pajak penghasilan pribadi marjinal teratas, yang berlaku mulai tahun penilaian 2020. Rinciannya, penghasilan yang lebih dari US$ 500.000 hingga US$ 1 juta akan dikenakan pajak sebesar 23%, sedangkan yang lebih dari US$ 1 juta akan dikenakan pajak sebesar 24%, keduanya naik dari 22% hari ini.
"Peningkatan ini diperkirakan akan mempengaruhi 1,2% dari pembayar pajak penghasilan pribadi teratas dan akan meningkatkan $ 170 juta pendapatan pajak tambahan per tahun," jelas Wong.
Selama dua tahun terakhir, pemerintah juga telah berkomitmen hampir S$ 100 miliar untuk melindungi masyarakat, bisnis, dan ekonominya dari dampak pandemi Covid-19.