Bisnis Ayam Japfa Comfeed (JPFA) Masih Lumayan

Jumat, 14 Oktober 2022 | 04:45 WIB
Bisnis Ayam Japfa Comfeed (JPFA) Masih Lumayan
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) bakal lebih baik di kuartal IV tahun ini. Para analis sepakat menyebut, JPFA akan mampu menghadapi tekanan inflasi.

Analis MNC Sekuritas Raka Junico dalam riset 23 September memaparkan, secara musiman, harga ayam broiler dan anak ayam umur sehari alias day old chick (DOC)  meningkat di kuartal IV. "Karena itu, penjualan JPFA diperkirakan tetap solid di akhir tahun. Musim perayaan juga membuat pemintaan naik," kata dia. 

Raka menyebutkan, harga ayam broiler melambung ke Rp 18.000-Rp 19.000 per kg pada periode 16-22 September 2022. Angka tersebut naik 4% dari bulan sebelumnya. Sementara, harga DOC terpantau stabil di Rp 5.000-Rp 5.500, pulih dari level terendahnya yakni Rp 2.500-Rp 4.000 akibat kelebihan pasokan pada Mei-Juni 2022.

Baca Juga: Japfa Comfeed (JPFA) Dinilai Cukup Solid Hadapi Inflasi, Simak Rekomendasi Sahamnya

Faktor lain yang dapat mengangkat bisnis emiten peternakan adalah melandainya harga bahan baku seperti jagung dan kedelai. Harga jagung dan kedelai mahal sempat menjadi kendala bagi JPFA di segmen olahan produk pakan ternak atau menghidupi ternak di kandang.

Raka memperkirakan, rata-rata harga jagung domestik di tahun ini akan turun menjadi Rp 4.500 per kg dari tahun sebelumnya Rp 5.500 per kg. Ini mempertimbangkan hasil panen jagung pada September yang terpantau meningkat, ditopang curah hujan yang lebih terkendali.

Di sisi lain, pasokan kedelai sudah tidak terganggu konflik global. Selain itu, panen dan persediaan pupuk yang cukup baik dari Brasil dan Amerika Serikat membantu jumlah pasokan stabil.

Raka berharap, harga komoditas, baik jagung ataupun kedelai, kembali normal, sehingga margin JPFA tetap solid. Maklum, kedua komoditas tersebut berkontribusi cukup besar pada harga pokok penjualan JPFA. 

Di paruh pertama tahun ini, beban pokok penjualan JPFA terpantau naik 18,77% menjadi Rp 20,08 triliun. Raka pun yakin, pendapatan JPFA di tahun ini akan tumbuh 8,44% secara tahunan, didorong harga jual rata-rata dan volume penjualan yang lebih tinggi. 

Efek harga BBM

Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menambahkan, kinerja JPFA sedikit diuntungkan di kuartal IV ini, karena ada program culling dari pemerintah. Ini adalah upaya pemerintah memangkas kelebihan pasokan ayam di pasaran pada Oktober dan November. 

Baca Juga: Japfa (JPFA) Catat Pendapatan Rp 24,48 Triliun di Semester I-2022, Tumbuh 10,74%

"Belum lagi, ada kecenderungan konsumsi meningkat di kuartal IV. Secara historikal, ini biasa terjadi pada emiten konsumer dan ritel," ucap Benyamin, Kamis (13/10).

Analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni menilai, selama ini kinerja bisnis JPFA dibayangi meningkatnya biaya bahan baku. Namun, JPFA mampu mengimbangi kenaikan tersebut dengan menetapkan harga jual rata-rata pakan yang lebih tinggi, hingga performa peternakan ayam pedaging cukup baik.

Emma dalam risetnya menuliskan, penjualan JPFA di kuartal kedua lalu terkonsentrasi di segmen peternakan ayam pedaging komersial dan segmen akuakultur yakni produk budidaya perairan. Ini membuat pendapatan di periode tersebut naik 8,7% telah secara tahunan menjadi sebesar Rp 12,32 triliun. 

Emma menyebutkan, ada peningkatan volume dan harga jual segmen peternakan komersial di tengah kenaikan harga bahan baku pada kuartal II-2022. Ini membuat margin operasi Japfa Comfeed menjadi lebih terjaga. "Kontribusi dari penjualan peternakan ayam pedaging komersial menopang bisnis dalam menghadapi situasi biaya bahan baku yang sangat tinggi," imbuh Emma.

Namun kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan potensi tingginya inflasi akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Benyamin menuturkan, efek kenaikan harga BBM akan terasa pada Oktober dan November. Sehingga, pemulihan sepenuhnya tingkat konsumsi masyarakat baru akan terjadi pada Desember.

Emma memperkirakan, kenaikan harga BBM akan menghambat kinerja JPFA, terutama pada biaya operasional, seperti pengiriman. Perusahaan ini juga akan dihadapkan pada permasalahan pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Pelemahan rupiah  bisa berdampak negatif karena impor bahan baku, seperti kedelai, menggunakan kurs dollar AS.

Emma menilai, sebagian sentimen negatif tersebut seharusnya bisa diimbangi kekuatan segmen peternakan ayam pedaging komersial. Karena itu, dia mempertahankan perkiraan pendapatan JPFA tahun ini akan mencapai Rp 47,12 triliun dengan laba bersih Rp 2,09 triliun. Emma pun menyarankan beli saham JPFA dengan target harga Rp 2.000 per saham. 

Baca Juga: Melihat Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Sektor Poultry di Paruh Kedua 2022

Tapi Benyamin justru menyangsikan JPFA mampu mengatasi kondisi tersebut. Benyamin pun memprediksi laba bersih Jpfa akan turun dari tahun lalu sebesar Rp 2,02 triliun jadi Rp 1,96 triliun pada tahun 2022. 

Namun posisi top line JPFA masih diperkirakan meningkat menjadi Rp 49,69 triliun hingga akhir tahun 2022. Karena itu, Benyamin tetap memberi rekomendasi beli JPFA dengan target Rp 1.900.

Sementara, Raka justru melihat dampak inflasi memberikan berkah bagi JPFA dari sisi yang berbeda. Dengan tingginya inflasi, konsumsi daging ayam bakal meningkat dibandingkan daging sapi, karena orang memilih sumber protein yang terjangkau. 

Raka juga merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 2.050. Kemarin saham JPFA ditutup turun 0,35% di Rp 1.425.

Bagikan

Berita Terbaru

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO
| Minggu, 23 Februari 2025 | 15:01 WIB

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO

Kabar yang masuk KONTAN, Menteri Investasi dan BKPM Rosan Roslani akan menjadi nakhoda BPI Danantara.

Nasib Pembudidaya eFishery di Ujung Tanduk, Gibran: Saya Tidak Menggelapkan Dana
| Minggu, 23 Februari 2025 | 14:12 WIB

Nasib Pembudidaya eFishery di Ujung Tanduk, Gibran: Saya Tidak Menggelapkan Dana

Co-Founder sekaligus CEO eFishery Gibran Huzaifah menyatakan tidak pernah menggelapkan dana eFishery sepeser pun.

Platform Mobkas Tangkap Peluang Pasar Kendaraan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 14:00 WIB

Platform Mobkas Tangkap Peluang Pasar Kendaraan

Industri otomotif bergerilya tangkap pasar yang besar dari mobil bekas, melalui platform digital mereka tawarakan layanan mobil bekas.

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri
| Minggu, 23 Februari 2025 | 13:00 WIB

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri

Tren memelihara ayam di rumah kian digemari. Proses pemeliharaan yang mudah membuat banyak orang keranjingan melakukannya.

10 SWF Dengan Aset Terbesar, Ada Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:32 WIB

10 SWF Dengan Aset Terbesar, Ada Danantara

Indonesia segera meluncurkan SWF terbaru dengan aset jumbo yakni Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Wakil Menteri Investasi: Pemerintah Dorong Peluang Investasi Energi Terbarukan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:31 WIB

Wakil Menteri Investasi: Pemerintah Dorong Peluang Investasi Energi Terbarukan

Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif, kemudahan perizinan, dan skema feed-in tariff agar investasi energi hijau semakin menarik.

Saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Jadi Perhatian di Awal Tahun 2025
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:01 WIB

Saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Jadi Perhatian di Awal Tahun 2025

Direktur dan Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat mengerek target produksi emas pada tahun 2025 sebanyak 26,67% YoY.

Perang Bunga KPR Murah Membara di Awal Tahun
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:00 WIB

Perang Bunga KPR Murah Membara di Awal Tahun

Langsung tancap gas di awal tahun, bank gencar menawarkan promo bunga KPR untuk meningkatkan pembiayaan kredit rumah.

Kiat Memangkas Emisi dari Semburat Gas Bumi dan Juga Produksi Metana
| Minggu, 23 Februari 2025 | 09:00 WIB

Kiat Memangkas Emisi dari Semburat Gas Bumi dan Juga Produksi Metana

Tahun 2024, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) meraih rating ESG lebih baik. Namun awal tahun ini, PGN terseret kasus dugaan korupsi. 

 
Nakhoda Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 06:10 WIB

Nakhoda Danantara

​Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) terus menjadi sorotan publik. Kenapa?

INDEKS BERITA

Terpopuler