Bunga Deposito Bank Masih Belum Turun

Sabtu, 08 Februari 2025 | 07:00 WIB
 Bunga Deposito Bank Masih Belum Turun
[ILUSTRASI. Deretan mesin ATM perbankan di Jakarta, Minggu (21/5/2023).]
Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perbankan tampaknya memang masih ketat. Lihat saja, bunga deposito bank-bank besar di Tanah Air belum turun hingga Februari ini, meski BI rate telah dipangkas baru-baru ini. 

Kondisi tersebut kemungkinan akan membuat biaya dana yang akan ditanggung perbankan pada kuartal pertama 2025 akan tetap tinggi.

Di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4, Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tercatat menawarkan bunga deposito rupiah paling tinggi untuk tenor 12 bulan, di mana angkanya mencapai 3%. 

Adapun bunga deposito yang ditawarkan Bank Mandiri 2,5% dan Bank Central Asia (BCA) hanya 2%.

Baca Juga: Bunga Deposito Allo Bank di Februari 2025, Tertinggi 7,50%

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, pemangkasan suku bunga acuan memang tak akan serta-merta bisa membuat bank menurunkan bunga deposito. Sebab, bank membutuhkan likuiditas untuk ekspansi kredit.

"Karena kalau kami menurunkan bunga deposito berjangka nanti malah nasabah pindah ke surat utang pemerintah atau ke bank lain," ujar Jahja, belum lama ini.

Oleh karena itu, Jahja menyebut, di internal sendiri, BCA selalu memantau posisi likuiditas yang dimiliki serta cost of fund. Dengan bunga yang ditawarkan sekarang, Jahja menyebut bahwa cost of fund BCA masih tergolong stabil.

Pada tahun 2024, total dana pihak ketiga (DPK) BCA tercatat hanya tumbuh 2,9% secara tahunan menjadi sebesar Rp 1.134 triliun. Sementara kredit melonjak 13,8% secara tahunan ke level Rp 922 triliun. Simpanan di depositonya bahkan minus 3,4%.

Baca Juga: Update Suku Bunga Deposito BCA Hari Ini, Selasa (4 Februari 2025)

Sementara DPK BNI mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan tahun lalu menjadi Rp 805,5 triliun. Ini terutama karena dana murah menyusut 2,5%. Deposito hanya naik 3,8%. Padahal, kredit BNI tumbuh dua digit hingga 11,6% menjadi Rp 775,8 triliun.

Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, pihaknya saat ini memang fokus untuk mencari dana murah. Ini diupayakan agar profitabilitas mampu tercapai secara jangka panjang, di tengah kondisi likuiditas yang ketat.

"Mengingat efisiensi biaya dana akan mendukung pertumbuhan kredit yang sehat dan menjaga margin bunga bersih atau NIM yang optimal," tutur Putrama.

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

BPJS Mendominasi Investasi Asuransi & Dapen, Penempatan di SBN Melambung Sejak 2021
| Rabu, 12 Maret 2025 | 16:17 WIB

BPJS Mendominasi Investasi Asuransi & Dapen, Penempatan di SBN Melambung Sejak 2021

Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) mendominasi investasi di industri asuransi dan dana pensiun hingga akhir tahun 2024.

Galang Dana IPO Rp 805 Miliar, Medela Potentia (MDLA) Fokus Bayar Utang dan Ekspansi
| Rabu, 12 Maret 2025 | 13:47 WIB

Galang Dana IPO Rp 805 Miliar, Medela Potentia (MDLA) Fokus Bayar Utang dan Ekspansi

Medela Potentia akan melepas sebanyak-banyaknya 3,51 miliar saham biasa atau mewakili 25% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Prajogo Pangestu Sudah Beberapa Kali Akumulasi Saham BRPT, Efeknya Belum Terasa
| Rabu, 12 Maret 2025 | 08:53 WIB

Prajogo Pangestu Sudah Beberapa Kali Akumulasi Saham BRPT, Efeknya Belum Terasa

Sejumlah saham emiten milik Prajogo Pangestu dinilai masih menarik untuk dicermati, baik dari sisi teknikal maupun fundamental.

Program Koperasi Desa Merah Putih Berpotensi Bikin Beban Bank BUMN Kian Berat
| Rabu, 12 Maret 2025 | 08:10 WIB

Program Koperasi Desa Merah Putih Berpotensi Bikin Beban Bank BUMN Kian Berat

Risiko kredit macet, meningkatnya biaya kredit, likuiditas yang kian mengetat, hingga terulangnya cerita write off bisa membebani bank BUMN.

Sebagian Emiten LQ45 Kian Terbenam dalam Bearish Jangka Panjang, Ada Potensi Rebound?
| Rabu, 12 Maret 2025 | 07:30 WIB

Sebagian Emiten LQ45 Kian Terbenam dalam Bearish Jangka Panjang, Ada Potensi Rebound?

Pemulihan daya beli masyarakat menjadi kunci penting yang bisa membalikkan arah sejumlah saham LQ45 yang kini tengah terpuruk.

KPPU Teruskan Kasus Dugaan Kartel Fintech
| Rabu, 12 Maret 2025 | 06:35 WIB

KPPU Teruskan Kasus Dugaan Kartel Fintech

KPPU kini telah menyelesaikan tahap penyelidikan dan siap melanjutkan proses hukum hingga ke persidangan. 

Asuransi Kredit Masih Dibayangi Rasio Klaim Tinggi
| Rabu, 12 Maret 2025 | 06:05 WIB

Asuransi Kredit Masih Dibayangi Rasio Klaim Tinggi

Rasio klaim asuransi kredit pada 2024 mencapai 85,3%, meningkat dari tahun 2023 yang masih sebesar 75,6%.

Efek Kebijakan Buruk Pemerintah, Rupiah Terus Tertekan
| Rabu, 12 Maret 2025 | 05:37 WIB

Efek Kebijakan Buruk Pemerintah, Rupiah Terus Tertekan

Selain ketidakpastian kebijakan tarif AS, proyeksi defisit APBN yang kian melebar turut menekan rupiah. 

Bank Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan Vietnam
| Rabu, 12 Maret 2025 | 05:34 WIB

Bank Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan Vietnam

Gubernur BI dan Gubernur SBV menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang berlaku efektif pada 7 Maret 2025

Dolar AS Tertekan, Sejumlah Mata Uang Utama Unjuk Gigi
| Rabu, 12 Maret 2025 | 05:34 WIB

Dolar AS Tertekan, Sejumlah Mata Uang Utama Unjuk Gigi

Data tenaga kerja AS yang lemah, ketidakpastian dari kebijakan tarif AS, serta ekspektasi suku bunga he Fed menekan dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler