Bunga Deposito Bank Masih Belum Turun
![Bunga Deposito Bank Masih Belum Turun](https://foto.kontan.co.id/YC8uOaRGWq-KGobWGmy3gaNwRNY=/smart/2023/05/21/2049742273.jpg)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perbankan tampaknya memang masih ketat. Lihat saja, bunga deposito bank-bank besar di Tanah Air belum turun hingga Februari ini, meski BI rate telah dipangkas baru-baru ini.
Kondisi tersebut kemungkinan akan membuat biaya dana yang akan ditanggung perbankan pada kuartal pertama 2025 akan tetap tinggi.
Di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4, Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tercatat menawarkan bunga deposito rupiah paling tinggi untuk tenor 12 bulan, di mana angkanya mencapai 3%.
Adapun bunga deposito yang ditawarkan Bank Mandiri 2,5% dan Bank Central Asia (BCA) hanya 2%.
Baca Juga: Bunga Deposito Allo Bank di Februari 2025, Tertinggi 7,50%
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, pemangkasan suku bunga acuan memang tak akan serta-merta bisa membuat bank menurunkan bunga deposito. Sebab, bank membutuhkan likuiditas untuk ekspansi kredit.
"Karena kalau kami menurunkan bunga deposito berjangka nanti malah nasabah pindah ke surat utang pemerintah atau ke bank lain," ujar Jahja, belum lama ini.
Oleh karena itu, Jahja menyebut, di internal sendiri, BCA selalu memantau posisi likuiditas yang dimiliki serta cost of fund. Dengan bunga yang ditawarkan sekarang, Jahja menyebut bahwa cost of fund BCA masih tergolong stabil.
Pada tahun 2024, total dana pihak ketiga (DPK) BCA tercatat hanya tumbuh 2,9% secara tahunan menjadi sebesar Rp 1.134 triliun. Sementara kredit melonjak 13,8% secara tahunan ke level Rp 922 triliun. Simpanan di depositonya bahkan minus 3,4%.
Baca Juga: Update Suku Bunga Deposito BCA Hari Ini, Selasa (4 Februari 2025)
Sementara DPK BNI mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan tahun lalu menjadi Rp 805,5 triliun. Ini terutama karena dana murah menyusut 2,5%. Deposito hanya naik 3,8%. Padahal, kredit BNI tumbuh dua digit hingga 11,6% menjadi Rp 775,8 triliun.
Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, pihaknya saat ini memang fokus untuk mencari dana murah. Ini diupayakan agar profitabilitas mampu tercapai secara jangka panjang, di tengah kondisi likuiditas yang ketat.
"Mengingat efisiensi biaya dana akan mendukung pertumbuhan kredit yang sehat dan menjaga margin bunga bersih atau NIM yang optimal," tutur Putrama.