Bunga Naik, Emiten Sektor Properti Masih Percaya Diri

Kamis, 25 Agustus 2022 | 04:05 WIB
Bunga Naik, Emiten Sektor Properti Masih Percaya Diri
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga  Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75% dinilai bisa diatasi emiten properti. Tapi manajemen emiten properti mengakui kenaikan suku bunga memang menjadi risiko. 

Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Tulus Santoso menjelaskan, kenaikan suku bunga menjadi momok bagi bisnis properti. Sebab emiten properti bisa terkena imbas di dua sisi. Dari produsen kena beban bunga pinjaman, sedangkan konsumen terdampak bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Namun Tulus berharap, kenaikan 0,25% masih bisa dikelola. Direktur CTRA Harun Hajadi menambahkan, dampak kenaikan suku bunga ini masih belum signifikan. Dia yakin perbankan tidak menaikkan KPR secara agresif.

Baca Juga: Perintis Triniti Properti (TRIN) Raih Top 10 Developer Indonesia di BCI Award 2022

Harun menambahkan, tantangan sektor properti tahun ini datang dari laju inflasi serta kenaikan bahan bangunan. Namun, dia optimistis, inflasi masih terkontrol. 

Untuk menjaga kinerja tahun ini, Tulus menyebut, CTRA akan meluncurkan klaster baru. CTRA juga menunggu peluang yang ditawarkan pemerintah dari ibukota negara (IKN) baru. CTRA juga menggenjot pendapatan berulang dari mal dan hotel. 

Harun menambahkan, CTRA belum akan merevisi target karena masih melihat ada peluang dari beragam proyek yang tersebar di 20 kota di Indonesia. "Semuanya berkontribusi dalam jumlah yang berbeda-beda, tergantung kota dan jenis proyeknya. Kami juga masih melihat opportunity apa yang bisa dijajaki di IKN," ujar Harun.

Recurring income

Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) Theresia Rustandi pun berharap, kinerja tidak akan banyak terdampak atas kenaikan bunga 25 bps. "Semoga tidak berdampak besar terhadap daya beli masyarakat," kata dia. Theresia memastikan, target marketing sales DILD senilai Rp 2,4 triliun masih akan tercapai. DILD pun akan berhati-hati mengelola keuangan dan investasi.

Baca Juga: Begini Strategi Emiten Properti Merespon Kenaikan Suku Bunga Acuan

Fokus DILD di tahun ini masih pada pengembangan proyek yang sedang berjalan, sembari meningkatkan penjualan, khususnya dari unit inventori. "Pengembangan proyek baru, terutama highrise development, untuk sementara kami pelajari dulu situasinya sampai lebih baik," terang Theresia.

Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Olivia Surodjo pun mengungkapkan, dampak kenaikan suku bunga 25 bps tidak akan signifikan menganggu. Memang, konsumen MTLA sebagian besar adalah karyawan, end user atau first home buyer yang menggunakan fasilitas KPR. Kenaikan bunga akan berdampak ke cicilan bulanan.

MTLA belum mengubah target yang telah ditetapkan di awal tahun. MTLA masih membidik marketing sales di Rp 1,8 triliun, yang terdiri dari pre-sales dan pendapatan berulang. Di tengah tantangan makroekonomi saat ini, MTLA menggelar beberapa strategi. 

MTLA antara lain mengembangkan produk perumahan dengan ukuran bangunan yang lebih mudah terserap pasar. Contoh klaster Lisse di Metland Cibitung dengan ukuran mulai LB30/LT60m2. 
MTLA juga menggenjot recurring income dengan menghadirkan tenant baru. Apalagi MTLA telah membuka wahana rekreasi Waterplay di Grand Metropolitan dan Waterland Cibitung. 

Baca Juga: Paramound Land Luncurkan Hampton Avenue sebagai Area Komersial Baru di Gading Serpong

Bagikan

Berita Terbaru

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:45 WIB

Timbang-Timbang Investasi pada Produk ETF Emas

Produk exchange-traded fund (ETF) emas siap meluncur awal tahun depan dari sejumlah manajer investasi (MI)

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:38 WIB

Sambil Menanti Data Penjualan Ritel, Simak Dulu Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar menantikan rilis data penjualan ritel bulan Oktober 2025 yang diproyeksikan tumbuh 4% secara tahunan. Meningkat dari 3,7% pada September.

Nilai Tukar Rupiah pada Rabu (10/12) Menanti Data Ekonomi
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah pada Rabu (10/12) Menanti Data Ekonomi

Ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve masih menjadi sentimen dominan yang menahan penguatan dolar AS.

Harga Energi Masih Akan Tertekan Hingga Awal 2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:15 WIB

Harga Energi Masih Akan Tertekan Hingga Awal 2026

Proyeksi surplus dari IEA hingga 2026 serta revisi prospek surplus kuartal III oleh OPEC+ sebagai faktor pengganjal harga. 

Bank Digital Pacu Pertumbuhan Kredit Lewat Direct Lending
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:13 WIB

Bank Digital Pacu Pertumbuhan Kredit Lewat Direct Lending

Kredit bank digital Indonesia tumbuh hingga Oktober 2025, dengan Bank Jago pimpin Rp 23,78 triliun, tunjukkan tren direct lending.

Demutualisasi BEI
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:10 WIB

Demutualisasi BEI

Demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) juga tak boleh mengenyampingkan kepentingan jutaan investor saham.

Transaksi Digital Kian Melonjak
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:10 WIB

Transaksi Digital Kian Melonjak

BI laporkan transaksi pembayaran digital 2025 capai 39,87 miliar, pertumbuhan 10,8% YoY, meski risiko perlambatan muncul.

Kredit Menganggur di Bank Kian Menumpuk
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:08 WIB

Kredit Menganggur di Bank Kian Menumpuk

Data BI Oktober 2025 tunjukkan kredit menganggur 22,97% total, naik ke Rp 2,45 triliun, menandakan permintaan kredit masih lemah.

INDEKS BERITA

Terpopuler