Bus AKAP Memang Masih Dominan tapi Lorena Mencoba Peruntungan di Trayek Lain

Selasa, 06 Agustus 2019 | 07:34 WIB
Bus AKAP Memang Masih Dominan tapi Lorena Mencoba Peruntungan di Trayek Lain
[]
Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Eka Sari Lorena Transport Tbk optimistis menjalani roda bisnis di paruh kedua tahun ini.

Segmen bus AKAP (antar kota antar provinsi) masih dominan. Namun Lorena mengambil jalur tambahan demi mencapai target kinerja keuangan. 

Lorena membidik pertumbuhan penjualan sebesar 15%–20% selama 2019.

Direktur PT Eka Sari Lorena Transport Tbk, Dwi Ryana Soerbakti, mengungkapkan tahun ini merupakan momentum bagi perusahaan untuk mendulang hasil dari perubahan model bisnis dan diversifikasi usaha yang telah mereka canangkan sejak tahun 2017.

Pada periode 2015–2018, emiten bersandi saham LRNA di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memasuki masa konsolidasi dan mengubah model bisnisnya secara masif.

"Selama masa itu, kami mempersiapkan diri untuk berekspansi," ungkap Dwi kepada KONTAN, Senin (5/8).

Di masa konsolidasi tersebut, operator transportasi darat ini mengubah model bisnis dari layanan mass public transportation menjadi boutique mass transportation.

Eka Sari Lorena juga memperluas layanan dan produknya dengan menggarap bisnis penyewaan kendaraan bagi perusahaan dengan masa kontrak di atas satu tahun.

Ekspansi bisnis semakin mulus lantaran perusahaan ini telah mengantongi Izin Prinsip dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) pada tahun lalu untuk mengkaver jalur Jabodetabek dari dan ke arah Bandara Soekarno Hatta.

Di jalur tersebut, LRNA mengkaver sebanyak 43 trayek. Secara perlahan Eka Sari Lorena meraup pemasukan dari segmen ini.

Sepanjang semester I-2019, pendapatan LRNA dari segmen bisnis shuttle bus dan angkutan bandara juga sudah mencetak hasil, yakni masing-masing Rp 4,3 miliar dan Rp 102 juta.

"Tahun ini, kami fokus di angkutan bandara, Trans Jabodetabek dan Jabodetabek Residence Connexion," ungkap Dwi.

Akhirnya meraup laba

Selama enam bulan pertama tahun ini, LRNA mencatat kinerja positif dengan mengantongi laba Rp 386,90 juta.

Angka ini melompat dari posisi rugi Rp 18,87 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Adapun pendapatan LRNA meningkat 25,77% year-on-year (yoy) menjadi Rp 60,76 miliar.

Yang pasti, selama ini LRNA masih mengandalkan segmen bus AKAP.

Kontribusi pendapatan segmen tersebut mencapai 88,68% atau Rp 53,88 miliar dari total pendapatan Eka Sari Lorena yang senilai Rp 60,76 miliar di sepanjang semester I-2019.

Dwi mengemukakan, segmen AKAP berhasil membukukan pertumbuhan 35% (yoy).

Pencapaian itu dipengaruhi adanya perubahan strategi dari sisi operasional dan pemasaran.

"Kami meningkatkan perfomance on time atau tepat waktu. Dari sisi marketing, kami melakukan penetrasi melalui kanal digital yang lebih tajam dan mendalam," klaim Dwi.

Bukan hanya itu, LRNA menikmati keuntungan dari rampungnya proyek infrastruktur jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan Merak hingga Probolinggo sepanjang 965 kilometer.

Di sisi lain, LRNA ketiban berkah dari mahalnya tarif tiket pesawat.

Atas dasar itu, manajemen LRNA sudah menyiapkan rencana menambah bus AKAP baru pada tahun depan.

Bagikan

Berita Terbaru

Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Menjadi Titik Balik Industri
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:40 WIB

Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Menjadi Titik Balik Industri

Regulasi ini memberikan kerangka kebijakan yang lebih adaptif dalam pelaksanaan subsidi pupuk, sekaligus membuka ruang bagi peningkatan efisiensi.

Central Proteina Prima (CPRO) Kian Serius di Bisnis Pet Food
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:25 WIB

Central Proteina Prima (CPRO) Kian Serius di Bisnis Pet Food

Industri pet food Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, seiring meningkatnya jumlah pemilik hewan.

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:15 WIB

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood

Sebagai pijakan awal transformasi, RAFI mengusung tema “More Impactful and More Valuable” yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan bisnis

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:11 WIB

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Jika perkiraan ini terjadi, ada potensi akan meningkatnya volatilitas saham dan mata uang di pasar global.

Pan Brothers (PBRX) Merajut Pemulihan Kinerja
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:10 WIB

Pan Brothers (PBRX) Merajut Pemulihan Kinerja

Sepanjang 2025 hingga 2026 perseroan masih akan fokus memenuhi kewajiban dalam putusan homologasi, terutama pembayaran bunga utang.

Diskon Pajak Dicabut, Pasar Mobil Listrik Indonesia Juga Bakal Diuji Tarif PPN 12%
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:00 WIB

Diskon Pajak Dicabut, Pasar Mobil Listrik Indonesia Juga Bakal Diuji Tarif PPN 12%

Pemerintah hentikan insentif PPN DTP 10% untuk mobil listrik mulai 2026. Harga mobil listrik rakitan lokal diprediksi naik.

Mengungkit Konsumsi Lewat Wisata Belanja
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:50 WIB

Mengungkit Konsumsi Lewat Wisata Belanja

Program ini menargetkan transaksi hingga Rp 30 triliun selama periode 18 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026, 

Momen Belanja Akhir Tahun Dorong Transaksi Kartu Kredit
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB

Momen Belanja Akhir Tahun Dorong Transaksi Kartu Kredit

Data BI mencatat, volume transaksi kartu kredit pada Oktober 2025 mencapai 45,224 juta kali, tumbuh 11,75% secara tahunan

Kredit UMKM Menyusut, Akses Kian Menciut
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:14 WIB

Kredit UMKM Menyusut, Akses Kian Menciut

Pertumbuhan kredit UMKM terus mengalami kontraksi, diikuti oleh peningkatan kredit macet.                

Agar Tidak Mengendap Di Instrumen Moneter
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:03 WIB

Agar Tidak Mengendap Di Instrumen Moneter

Menilik kebijakan BI menempatkan kelebihan likuiditas di bank sentral dengan bunga 3,5% .                

INDEKS BERITA

Terpopuler