KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri kosmetik dan perawatan tubuh punya potensi pasar cukup besar di Tanah Air. Pemain bisnis kecantikan semakin bertambah. Kabar terbaru, perusahaan distributor ponsel PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) ikut terjun ke bisnis ini.
Head of Legal & Corporate Secretary PT Erajaya Swasembada Tbk, Amelia Allen mengatakan, berdasarkan riset Statista, potensi pasar beauty dan personal care di Indonesia tahun 2021 akan mencapai USD$ 7,5 miliar, dan akan bertumbuh 6,5% per tahun hingga tahun 2025 mendatang. Hal ini membuat ERAA semakin yakin dengan prospek pasar tersebut untuk masa mendatang.
Amelia bilang, pihaknya belum bisa berkomentar banyak terkait rencana pengembangan bisnis ritel kecantikan dan personal care ERAA di tahun depan. Saat ini pihaknya tengah melakukan proses penyusunan rencana bisnis dan anggaran untuk tahun 2022.
Meski demikian, Erajaya melihat inovasi dan agility akan menjadi strategi penting untuk menggarap pasar kosmetik. Menurut Amelia, Erajaya akan mengimplementasikan beberapa inisiatif bisnis baru, seperti memperkuat lini penjualan online, meluncurkan e-catalogue dan home delivery service, memperkuat jaringan logistik, serta strategi omnichannel.
"Kami tetap agresif dalam berbisnis, tidak lengah dan tidak diam, terutama dalam kondisi pandemi yang masih tidak menentu," papar dia kepada KONTAN, Kamis (2/12).
ERAA lewat anak usahanya PT Erajaya Beauty & Wellmenss melakukan importasi, distribusi dan penjualan ritel produk kosmetik asal Korea Selatan, The Face Shop Indonesia (TFS). Saat ini TFS memiliki 37 gerai ritel yang tersebar di kota-kota utama.
Emiten fast moving consumer goods (FMCG), PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) memandang prospek bisnis kosmetik masih cukup menjanjikan. Manajemen TCID menilai, kondisi ini membuat persaingan di industri kosmetik menjadi semakin ketat. Sebab, banyak pemain baru yang tertarik masuk ke salah satu sektor produk FMCG ini.
"Dengan banyak pemain baru, tentu mereka melihat ada potensi bagus, tapi persaingan semakin ketat," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Mandom Indonesia Tbk, Alia Dewi, Selasa (30/11).
Di balik potensi bisnis yang cukup menjanjikan, ada sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi TCID sebagai salah satu pemain di sektor ini. Alia menyebutkan, tantangan terbesar masih datang dari fluktuasi kondisi pandemi di Tanah Air.
Hal ini ikut mengubah pola belanja konsumen yang semakin berhati-hati dalam membelanjakan uangnya, sehingga berpengaruh terhadap penjualan TCID.
"Persaingan semakin ketat dan kondisi Covid-19 global memberikan pengaruh di sisi ekspor maupun suplai bahan baku," sambung dia.
TCID belum bisa berbicara banyak mengenai rencana bisnis tahun depan karena masih tahap finalisasi strategi. Alia hanya bilang, untuk memperluas pangsa pasar, Mandom tetap gencar menjalankan berbagai strategi, di antaranya merilis produk baru, memperluas pasar baik di sisi target konsumen maupun saluran penjualan dan distribusi, serta aktif melakukan pemasaran di berbagai channel.
Sementara itu, Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO) Bryan David Emil menilai industri beauty personal care masih berprospek cerah. Dengan demikian, para pemain di sektor ini pun akan semakin bertambah dari tahun ke tahun.
MBTO mengklaim punya kelebihan dari sisi manufacturing beauty personal care. Hal ini merupakan peluang bagi MBTO untuk menggaet klien dari pelaku usaha yang tidak mau berinvestasi pabrik di lini bisnis ini. "Jadi kami tangkap peluang bagi yang tidak mau investasi pabrik, bisa buat di kami. Unilever Indonesia yang sebesar itu, ada mesinnya yang dipercayakan di PT Cedefindo anak usaha MBTO," tutur Bryan.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.