China Gabungkan Tiga Produsen Logam Tanah Jarang, Lahirkan Pemain Baru yang Dominan

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China Minmetals Rare Earth Co pada Rabu (22/12) mengumumkan akan bergabung dengan dua produsen logam tanah jarang lain di China, untuk membentuk perusahaan baru. Entitas hasil penggabungan yang berada di bawah pengawasan lembaga aset Tiongkok itu, akan menjadi kekuatan global yang baru di industri strategis.
China adalah produsen tanah jarang yang dominan di dunia, sekelompok 17 mineral yang digunakan dalam pembuatan produk elektronik konsumen dan peralatan militer. Pasar melihat langkah Beijing mengkonsolidasikan enam perusahaan tanah jarang terbesar milik negara sebagai cara untuk meningkatkan pengaruhnya atas harga di pasar global.
Kendali China atas 85%-90% dari output logam tanah jarang menempatkan Amerika Serikat (AS) dalam posisi yang sulit, terutama pada saat hubungan kedua negara sedang memanas. AS harus bergantung pada pasokan tanah jarang dari China.
Minmetals Rare Earth pada September mengungkapkan bahwa pembicaraan tentang restrukturisasi semacam itu sedang berlangsung. Dalam keterbukaan informasi, perusahaan itu menyatakan induk usahanya telah mendapat pemberitahuan dari Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (Sasac) tentang persetujuan rencana merger.
Dalam skema merger yang akan bergulir, Minmetals Rare Earth, Chinalco Rare Earth & Metals Co dan China Southern Rare Earth Group Co akan mengalihkan ekuitas masing-masing ke perusahaan baru, yang belum diketahui namanya.
Daan de Jonge, konsultan dari CRU Group, mengatakan entitas gabungan itu akan menjadi produsen tanah jarang terbesar kedua di China, setelah China Northern Rare Earth Group. Perusahaan hasil merger akan menyumbang sekitar 70% terhadap total output tanah jarang berat di negeri itu, berdasarkan kuota untuk paruh pertama tahun 2021.
"Ini berarti, akan ada satu entitas yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengendalikan harga logam tanah jarang utama, seperti dysprosium dan terbium," katanya.
Dysprosium dan terbium adalah input utama untuk magnet tanah jarang, yang digunakan dalam banyak produk, mulai kendaraan listrik hingga turbin angin.
Harga untuk kedua logam tanah jarang itu naik sekitar 50% pada tahun 2021, yang merupakan titik tertingginya selama beberapa tahun terakhir. Harga terangkat mengikuti permintaan yang mulai pulih dari situasi pandemi. Penyebab lain kenaikan harga adalah pasokan yang berkurang karena pembatasan listrik pada industri di China serta gangguan pasokan bijih dari Myanmar.
Jiangxi Ganzhou Rare Metal Exchange Co, bursa untuk transaksi spot, dan Ganzhou Zhonglan Rare Earth New Material Technology Co juga akan digabungkan ke dalam entitas baru.
Ganzhou, sebuah kota di provinsi Jiangxi, China selatan, adalah rumah bagi Minmetals Rare Earth dan China Southern Rare Earth Group. Kota ini merupakan pusat peleburan dan pemisahan tanah jarang berat, dan pusat pemrosesan tanah jarang menjadi barang yang dapat digunakan produsen.
Di luar China, sebagian besar investasi dalam pemisahan berada di Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Namun mayoritas fasilitas itu mengolah logam tanah jarang ringan, kata de Jonge. Itu berarti, China masih mendominasi proses pemisahan tanah jarang yang berat, katanya.