China Yang Dilematik

Kamis, 11 Juli 2024 | 08:05 WIB
China Yang Dilematik
[ILUSTRASI. TAJUK - Barli Halim Noe]
Barly Haliem Noe | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat dan Uni Eropa kian galak terhadap produk dari China. Mereka mengerek tarif bea impor demi membendung arus masuk barang Tiongkok.

Mei lalu, Pemerintahan Joe Biden menerapkan tarif bea impor mobil listrik atau electric vehicle (EV) sebesar 100%. Tarif baru itu naik menjadi empat kali lipat dari sebelumnya. Langkah Biden lantas diikuti Barat.

Baru-baru ini Uni Eropa menaikkan sekitar 100% tarif bea masuk EV China menjadi 17% hingga 37,5%. Pasar mobil listrik China secara global diperkirakan tergerus 20%-30% akibat beleid tersebut. Selama ini Amerika dan Eropa merupakan pasar dominan ekspor EV buatan Tiongkok.

Secara umum, Barat memang terus menabuh genderang perang dagang terhadap China. Sebelum menangkal arus masuk EV, Amerika menggencet pasar semikonduktor, baterai, sel surya, baja, hingga aluminium buatan China. Total 300-an produk China yang dikenai hambatan tarif, dengan dalih memproteksi pasar dan produk lokalnya. 

Indonesia, serta kawasan Asia lainnya, sebenarnya juga sedang menghadapi dilema akibat serbuan produk dari China. Beberapa di antaranya memang menaikkan tarif impor, kendati tidak mau gegabah mengobarkan perang dagang hingga melancarkan aksi proteksionisme. 

Maklum, produk China menawarkan harga murah sehingga turut berandil "meredam" gejolak harga dan mengerem laju inflasi. Lagi pula banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, bergantung pada pasar China sebagai negara tujuan utama ekspor, termasuk bagi Indonesia.

Mereka khawatir Tiongkok akan menutup pintu masuk pasarnya sebagai retaliasi atas sikap para tetangga. 

Meski demikian, yang patut dicamkan adalah banjir produk impor dari China tengah  memukul industri manufaktur dalam negeri, menekan usaha kecil menengah (UKM) serta meningkatkan jumlah PHK. Ujungnya, angka pengangguran baru bertambah. 

Nah, sejumlah strategi bisa dipilih demi memutus berbagai dampak negatif serbuan impor. Mulai dari kenaikan bea masuk, lebih ketat lagi menerapkan aturan kandungan lokal, serta lebih gencar mempromosikan penggunaan produk lokal. 

Indonesia juga tak boleh lupa membangun ekosistem industri domestik dan memperkuat rantai pasok lokalnya. Mudah-mudahan pemerintahan baru bersungguh-sungguh mengurai masalah ini sebagai penegasan atas keberpihakan terhadap industri nasional, sehingga nestapa serbuan produk impor tak lagi menjadi cerita tahunan.

Bagikan

Berita Terbaru

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO
| Minggu, 23 Februari 2025 | 15:01 WIB

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO

Kabar yang masuk KONTAN, Menteri Investasi dan BKPM Rosan Roslani akan menjadi nakhoda BPI Danantara.

Nasib Pembudidaya eFishery di Ujung Tanduk, Gibran: Saya Tidak Menggelapkan Dana
| Minggu, 23 Februari 2025 | 14:12 WIB

Nasib Pembudidaya eFishery di Ujung Tanduk, Gibran: Saya Tidak Menggelapkan Dana

Co-Founder sekaligus CEO eFishery Gibran Huzaifah menyatakan tidak pernah menggelapkan dana eFishery sepeser pun.

Platform Mobkas Tangkap Peluang Pasar Kendaraan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 14:00 WIB

Platform Mobkas Tangkap Peluang Pasar Kendaraan

Industri otomotif bergerilya tangkap pasar yang besar dari mobil bekas, melalui platform digital mereka tawarakan layanan mobil bekas.

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri
| Minggu, 23 Februari 2025 | 13:00 WIB

Mengekas Protein dari Ternak Ayam Sendiri

Tren memelihara ayam di rumah kian digemari. Proses pemeliharaan yang mudah membuat banyak orang keranjingan melakukannya.

10 SWF Dengan Aset Terbesar, Ada Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:32 WIB

10 SWF Dengan Aset Terbesar, Ada Danantara

Indonesia segera meluncurkan SWF terbaru dengan aset jumbo yakni Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Wakil Menteri Investasi: Pemerintah Dorong Peluang Investasi Energi Terbarukan
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:31 WIB

Wakil Menteri Investasi: Pemerintah Dorong Peluang Investasi Energi Terbarukan

Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif, kemudahan perizinan, dan skema feed-in tariff agar investasi energi hijau semakin menarik.

Saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Jadi Perhatian di Awal Tahun 2025
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:01 WIB

Saham Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Jadi Perhatian di Awal Tahun 2025

Direktur dan Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat mengerek target produksi emas pada tahun 2025 sebanyak 26,67% YoY.

Perang Bunga KPR Murah Membara di Awal Tahun
| Minggu, 23 Februari 2025 | 12:00 WIB

Perang Bunga KPR Murah Membara di Awal Tahun

Langsung tancap gas di awal tahun, bank gencar menawarkan promo bunga KPR untuk meningkatkan pembiayaan kredit rumah.

Kiat Memangkas Emisi dari Semburat Gas Bumi dan Juga Produksi Metana
| Minggu, 23 Februari 2025 | 09:00 WIB

Kiat Memangkas Emisi dari Semburat Gas Bumi dan Juga Produksi Metana

Tahun 2024, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) meraih rating ESG lebih baik. Namun awal tahun ini, PGN terseret kasus dugaan korupsi. 

 
Nakhoda Danantara
| Minggu, 23 Februari 2025 | 06:10 WIB

Nakhoda Danantara

​Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) terus menjadi sorotan publik. Kenapa?

INDEKS BERITA

Terpopuler