Dana Kelolaan Reksadana pada Januari Susut Rp 5,4 Triliun

Kamis, 10 Februari 2022 | 04:25 WIB
Dana Kelolaan Reksadana pada Januari Susut Rp 5,4 Triliun
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Januari dana kelolaan atawa Asset Under Management (AUM) industri reksadana menyusut. Merujuk data Infovesta Utama, total dana kelolaan industri reksadana tercatat Rp 548,17 triliun pada Januari.

Jika dibandingkan AUM pada akhir Desember 2021 sebesar Rp 553,60 triliun, maka dana kelolaan industri menurun Rp 5,43 triliun.  

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan ini bersumber dari reksadana proteksi dan saham. Dana kelolaan reksadana terproteksi turun Rp 2,56 triliun menjadi Rp 100,63 triliun pada Januari. Demikian juga reksadana saham, turun Rp sebanyak 2,58 triliun menjadi Rp 127,06 triliun.

Baca Juga: Reksadana dan SBN Jadi Keranjang Favorit Nasabah Wealth Management Perbankan

Wawan menjelaskan, turunnya AUM reksadana terproteksi karena banyak produk jatuh tempo. Namun, manajer investasi tidak menggantinya dengan produk baru. Ada pengganti pun nilainya kecil. "Penurunan dana kelolaan reksadana saham cukup mengejutkan karena kinerja saham pada Januari tumbuh positif. Tapi, kinerja rata-rata reksadana saham terkoreksi," jelas dia, Rabu (9/2).

Sepanjang Januari 2021, IHSG menguat 0,76%. Sementara indeks LQ45 dan IDX30 yang kerap dijadikan acuan produk reksadana saham masing-masing naik 0,88% dan 1,05%. Sedangkan kinerja rata-rata reksadana saham tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index koreksi 1,52%.

Menurut Wawan, hal ini tak terlepas dari manajer investasi yang kemungkinan menyusun portofolio tak mengacu ke ketiga indeks tersebut. Tetapi lebih banyak saham second liner atau sektor kinerjanya buruk. Alhasil, kinerja reksadana saham terkoreksi ikut menyeret Nilai Aktiva Bersih (NAB) turun dan membuat dana kelolaan turun.

Wawan menambahkan, mayoritas reksadana saham mengekor indeks, seharusnya dana kelolaan bisa tumbuh. Reksadana ETF mencatatkan pertumbuhan AUM sebesar 4,11% dari Rp 14,77 triliun menjadi Rp 15,37 triliun.

"Kalau ETF komposisinya mengekor indeks, tak mengherankan jika dana kelolaannya tumbuh," kata Wawan. Ia menyoroti dana kelolaan reksadana pasar uang tumbuh 0,73% menjadi Rp 111,18 triliun. Ia meyakini, pertumbuhan dana kelolaan jenis ini karena didorong pertumbuhan investor baru cenderung memilih reksadana pasar uang sebagai instrumen pilihan.

Investor reksadana di Januari bertambah 5,40% menjadi 7,21 juta investor. Pada Februari, Wawan meyakini dana kelolaan industri reksadana akan tumbuh. Menurut Wawan, reksadana saham akan jadi yang paling signifikan pertumbuhan dana kelolaannya pada Februari.

Terlebih, reli IHSG belakangan ini terus menciptakan all time high. Hal ini akan memberi keyakinan dan optimisme investor, terutama investor asing mulai masuk ke pasar saham. "Tetapi kasus Covid-19 perlu jadi perhatian, karena jika terus meningkat dan pemerintah menaikkan PPKM menjadi level 4, akan berdampak negatif," ujar dia. 

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengatakan, outlook industri reksadana masih menarik sepanjang 2022 dan bangkit di Februari. Hal ini didukung peluncuran produk baru reksadana terproteksi. 

Baca Juga: Mandiri Investasi Meluncurkan Dua Produk Reksadana Saham Syariah Global

Reksadana saham akan mencatatkan kenaikan di Februari sejalan pengumuman kinerja finansial emiten yang membaik dan di atas ekspektasi. 

Bagikan

Berita Terbaru

Terlilit Gagal Bayar, Danasyariah Sempat Gandeng BPR Syariah Milik Eks Direktur OJK
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 10:07 WIB

Terlilit Gagal Bayar, Danasyariah Sempat Gandeng BPR Syariah Milik Eks Direktur OJK

Kelangsungan usaha perusahaan peer to peer lending (P2P lending) PT Dana Syariah Indonesia (Danasyariah) dipertanyakan.

CEO Finetiks Cameron Goh Bagikan Tips Investasi: Diversifikasi dan Mengelola Risiko
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:42 WIB

CEO Finetiks Cameron Goh Bagikan Tips Investasi: Diversifikasi dan Mengelola Risiko

Cameron Goh, CEO & Founder Finetiks menilai,  dalam berinvestasi, investor perlu memahami pengelolaan risiko

FUTR Siapkan Ekspansi Usai Bertransformasi ke Bisnis Energi Hijau
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:37 WIB

FUTR Siapkan Ekspansi Usai Bertransformasi ke Bisnis Energi Hijau

Mengupas rencana bisnis PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) usai beralih bisnis ke sektor energi hijau

BI Bakal Merilis Instrumen Baru Lengkapi SRBI
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:32 WIB

BI Bakal Merilis Instrumen Baru Lengkapi SRBI

Surat berharga ini, akan mendampingi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang selama ini juga diterbitkan BI

Target Perbaikan Coretax Rampung di Awal Tahun
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:20 WIB

Target Perbaikan Coretax Rampung di Awal Tahun

Ditjen Pajak memperkirakan pelaporan SPT Tahunan perdana melalui Coretax bakal menurun              

Momok APBD yang Tersimpan di Brankas Bank
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:05 WIB

Momok APBD yang Tersimpan di Brankas Bank

APBD yang harusnya jadi motor penggerak ekonomi daerah menjadi sia-sia lantaran banyak dana hanya disimpan untuk mendapat bunga.

Keadilan Perpajakan bagi Pekerja
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Keadilan Perpajakan bagi Pekerja

Keadilan pemungutan pajak penghasilan atau PPh tidak perlu lagi mengalah terhadap kesederhanaan pajak.

Marketing Sales Puradelta Lestari (DMAS) Baru 35% dari Target
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 06:05 WIB

Marketing Sales Puradelta Lestari (DMAS) Baru 35% dari Target

Namun demikian, DMAS tetap berusaha untuk mencapai target tahun ini sehubungan dengan masih ada pipeline lahan sekitar 75 ha.

Digital Mediatama (DMMX) Membalikkan Rugi Jadi Laba
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 05:20 WIB

Digital Mediatama (DMMX) Membalikkan Rugi Jadi Laba

Sepanjang sembilan bulan 2025, laba bersih DMMX sebesar Rp 28,65 miliar.Pada periode yang sama di 2024 lalu, DMMX rugi  mencapai Rp 46,39 miliar.

Laju Kredit Konsumsi Kian Tak Bertenaga
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 04:55 WIB

Laju Kredit Konsumsi Kian Tak Bertenaga

Penyaluran kredit konsumer oleh perbankan belum menunjukkan tanda perbaikan signifikan di tengah daya beli yang masih tertahan.

INDEKS BERITA

Terpopuler