KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Januari dana kelolaan atawa Asset Under Management (AUM) industri reksadana menyusut. Merujuk data Infovesta Utama, total dana kelolaan industri reksadana tercatat Rp 548,17 triliun pada Januari.
Jika dibandingkan AUM pada akhir Desember 2021 sebesar Rp 553,60 triliun, maka dana kelolaan industri menurun Rp 5,43 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan ini bersumber dari reksadana proteksi dan saham. Dana kelolaan reksadana terproteksi turun Rp 2,56 triliun menjadi Rp 100,63 triliun pada Januari. Demikian juga reksadana saham, turun Rp sebanyak 2,58 triliun menjadi Rp 127,06 triliun.
Baca Juga: Reksadana dan SBN Jadi Keranjang Favorit Nasabah Wealth Management Perbankan
Wawan menjelaskan, turunnya AUM reksadana terproteksi karena banyak produk jatuh tempo. Namun, manajer investasi tidak menggantinya dengan produk baru. Ada pengganti pun nilainya kecil. "Penurunan dana kelolaan reksadana saham cukup mengejutkan karena kinerja saham pada Januari tumbuh positif. Tapi, kinerja rata-rata reksadana saham terkoreksi," jelas dia, Rabu (9/2).
Sepanjang Januari 2021, IHSG menguat 0,76%. Sementara indeks LQ45 dan IDX30 yang kerap dijadikan acuan produk reksadana saham masing-masing naik 0,88% dan 1,05%. Sedangkan kinerja rata-rata reksadana saham tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index koreksi 1,52%.
Menurut Wawan, hal ini tak terlepas dari manajer investasi yang kemungkinan menyusun portofolio tak mengacu ke ketiga indeks tersebut. Tetapi lebih banyak saham second liner atau sektor kinerjanya buruk. Alhasil, kinerja reksadana saham terkoreksi ikut menyeret Nilai Aktiva Bersih (NAB) turun dan membuat dana kelolaan turun.
Wawan menambahkan, mayoritas reksadana saham mengekor indeks, seharusnya dana kelolaan bisa tumbuh. Reksadana ETF mencatatkan pertumbuhan AUM sebesar 4,11% dari Rp 14,77 triliun menjadi Rp 15,37 triliun.
"Kalau ETF komposisinya mengekor indeks, tak mengherankan jika dana kelolaannya tumbuh," kata Wawan. Ia menyoroti dana kelolaan reksadana pasar uang tumbuh 0,73% menjadi Rp 111,18 triliun. Ia meyakini, pertumbuhan dana kelolaan jenis ini karena didorong pertumbuhan investor baru cenderung memilih reksadana pasar uang sebagai instrumen pilihan.
Investor reksadana di Januari bertambah 5,40% menjadi 7,21 juta investor. Pada Februari, Wawan meyakini dana kelolaan industri reksadana akan tumbuh. Menurut Wawan, reksadana saham akan jadi yang paling signifikan pertumbuhan dana kelolaannya pada Februari.
Terlebih, reli IHSG belakangan ini terus menciptakan all time high. Hal ini akan memberi keyakinan dan optimisme investor, terutama investor asing mulai masuk ke pasar saham. "Tetapi kasus Covid-19 perlu jadi perhatian, karena jika terus meningkat dan pemerintah menaikkan PPKM menjadi level 4, akan berdampak negatif," ujar dia.
Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengatakan, outlook industri reksadana masih menarik sepanjang 2022 dan bangkit di Februari. Hal ini didukung peluncuran produk baru reksadana terproteksi.
Baca Juga: Mandiri Investasi Meluncurkan Dua Produk Reksadana Saham Syariah Global
Reksadana saham akan mencatatkan kenaikan di Februari sejalan pengumuman kinerja finansial emiten yang membaik dan di atas ekspektasi.