Disebut Menjadi Emiten Mining Terbaik, ini Sejumlah Faktor Penopang Prospek BRMS

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju kinerja PT Bumi Resource Minerals Tbk (BRMS) diproyeksikan cemerlang seiring harga emas yang terus melambung, serta sentimen yang mengelilingi pergerakan harganya.
Sepanjang tahun berjalan 2025 ini saja, harga emas sudah sekitar US$ 3.680 per ons troi atau naik 39% year to date (YtD). Kenaikan signifikan harga emas tahun ini dipengaruhi oleh pelonggaran kebijakan pemangkasan suku bunga dari The Fed, pelemahan dolar Amerika Serikat hingga permintaan Bank Sentral.
Di tengah kondisi ini, China tercatat masih menjadi pembeli emas utama. Negara tirai bambu tersebut menambah sekitar 225 ton emas pada 2023, lalu 44 ton di 2024, dan pada 2025 atau secara YtD ini, sudah menambah 21 ton emas.
Dengan demikian total cadangan emasnya sudah mencapai lebih dari 2.300 ton. Walaupun masih berada di bawah target, yakni 5.000 ton, nilai tersebut dianggap sudah sesuai dengan skala ekonominya.
Selanjutnya, Polandia yang juga menambah cadangan emasnya. Pada 2027, Polandia menambah 207 ton dan menegaskan menempuh percepatan de-dolarisasi setelah sanksi yang dijatuhkan pada Rusia tahun 2022 lalu. Berbeda dengan sebelumnya, tren de-dolarisasi sudah mengakar dan emas dijadikan pilihan aset alternatif.
Ketidakpastian geopolitik Amerika Serikat, penjajahan yang terjadi di Timur Tengah, serta kebijakan proteksionisme Trump, memaksa Uni Eropa mengenakan tarif hingga 100% pada China dan India. Kondisi tersebut hanya semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai saat ini.
Ajaib Sekuritas Indonesia dalam risetnya yang tayang pada (10/9) lalu merevisi proyeksi kenaikan harga emas tahun ini, menjadi 33% atau sekitar US$ 3.300 per ons troi. Sebelumnya, pihaknya memproyeksi kenaikannya di level US$ 3.000 per ons troi.
Lalu pada 20266 mendatang, proyeksi kenaikan harga emas diestimasi naik 6% year on year (YoY) atau di level US$ 3.500. Prediksi tersebut dibuat dengan adanya potensi kenaikan lebih lanjut tergantung dengan percepatan penetapan kebijakan The Fed yang kembali longgar menetapkan pemangkasan suku bunga hingga peningkatan ketegangan geopolitik.
Di tengah kondisi tersebut, BRMS menargetkan penyelesaian pembangunan tambang emas Poboya, Sulawesi Tengah pada pertengahan 2027, meningkatkan kapasitas pabrik CIL pertama di akhir 2024 serta meningkatkan produksi ke 75.000 hingga 85.000 ton oz di tahun 2026 dan 85.000 hingga 90.000 oz di tahun 2027 walau ada tekanan jangka pendek pada pendapatan.
Di akhir 2025 ini, BRMS juga akan menambahkan pabrik leach heap (LH) di Poboya, dilanjutkan dengan pabrik CIL ke-4 di Gorontalo pada akhir 2026
Walau LH menghasilkan kadar lebih rendah yakni hanya di bawah 0,8 gram/ton dan juga kadar recovery lebih rendah yakni sekitar 65% , sebanyak 90% dari output akan tetap berasal dari pabrik CIL dengan recovery tinggi yakni lebih dari 90% dan kadar emas 3,5 gram per ton hingga 4 gram per ton, dibandingkan dengan 1,2 gram/ton - 1,8 gram/ton di open pit saat ini.
Pada kuartal IV-2027 mendatang, tambang bawah tanah akan memasok bijih lebih tinggi, mendorong peningkatan produksi secara bertahap.
Dari sisi kinerja fundamental, BRMS mencatat pertumbuhan apik di semester I-2025. Pos pendapatan dan laba bersih masing-masing naik tiga digit persen, atau masing-masing tumbuh 209% YoY untuk pendapatan di angka US$ 20,8 juta dan 136% YoY untuk laba bersih di angka US$ 22,3 juta.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh volume produksi yang lebih tinggi, atau naik 46% YoY sebanyak 38.993 oz dan harga jual emas terealisasi naik 38% YoY di level US$ 3.045 per ons troi.
Namun, kinerja BRMS secara kuartalan dapat dikatakan anjlok sebab laba bersih turun 50% QoQ atau menjadi US$ 7,4 juta. Hal ini disebabkan oleh kadar bijih lebih rendah, yakni 1,42 gram/ton dari 1,60 gram/ton. Tak hanya itu, produksi juga menjadi 17.071 oz dari sebelumnya 21.922 oz. Kondisi ini mampu diredam dengan harga jual yang lebih tinggi 17% QoQ yakni di angka US$ 3.282 per ons troi.
Mencermati lebih banyak sentimen positif yang mendukung kinerja BRMS untuk tahun ini dan di masa depan, Ajaib Sekuritas merekomendasikan beli saham BRMS dengan menaikkan target harga ke Rp 600 dari harga sebelumnya Rp 440.
"Katalis utama BRMS adalah kenaikan volume produksi dari tambahan kapasitas LH untuk tahun 2025 hingga 2026, peningkatan margin produksi dari tambang bawah tanah pasca 2027 hingga harga emas yang masih tinggi," urai Analis Ajaib Sekuritas Asia Rizal Rafly dalam risetnya dikutip KONTAN, Jumat (12/9).
Dia menjabarkan, pasca 2027 kapasitas produksi BRMS bisa melebihi 160.000 oz di tahun 2028 dan melampaui 200.000 oz mulai 2029.
Sucor Sekuritas dalam risetnya yang tayang pada (15/9) juga menjabarkan prospek positif atas kinerja BRMS ke depannya. Andreas Yordan Tarigan Analis Sucor Sekuritas menyoroti bahwa masuknya BRMS ke dalam VanEck Gold Miners ETF (GDX) juga turut menandai titik balik yang penting bagi likuiditas, visibilitas dan akses sahamnya untuk investor asing.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan