DOID Berharap Perpanjangan Kontrak Dengan Kideo dan Berau Coal

Kamis, 23 Mei 2019 | 07:00 WIB
DOID Berharap Perpanjangan Kontrak Dengan Kideo dan Berau Coal
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) ingin memperpanjang kontrak jasa penambangan dengan PT Kideco Jaya Agung dan PT Berau Coal. Pasalnya, batas akhir jalinan kerjasama dengan kedua pelanggan tersebut akan berakhir pada tahun ini dan tahun depan.

Khusus dengan Berau Coal, kontrak kerjasama menyangkut jasa penambangan di lokasi Tambang Binungan, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Saat ini proses negosiasi antara manajemen Delta Dunia Makmur dan Berau Coal sampai pada tahap diskusi akhir.

Delta Dunia Makmur optimistis bisa kembali menangani jasa penambangan Kideco dan Berau Coal. "Saat ini prosesnya masih berjalan dengan lancar, semoga kami bisa menyelesaikannya dalam beberapa bulan ke depan," tutur Eddy Porwanto, Direktur Keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk saat pemaparan publik, Rabu (22/5).

Selama ini, Delta Dunia Makmur menjalankan bisnis jasa penambangan melalui anak usaha bernama PT Bukit Makmur Mandiri Utama. Berdasarkan materi paparan publik yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 21 Mei 2019, Bukit Mandiri menangani 11 kontrak jasa penambangan dengan durasi kerjasama yang beragam (lihat tabel).

Kontrak jasa penambangan dengan Berau Coal mengambil porsi 57,8% terhadap seluruh kontrak. Sisanya terdiri dari 11,9% Kideco, 11,5% Geo Energy Resources Ltd, 10,3% PT Adaro Energy Tbk dan 8,5% lain-lain.

Meskipun sudah menggaet sejumlah pelanggan, manajemen Delta Dunia Makmur tetap mencari pelanggan baru. Emiten tersebut juga merencanakan pengembangan jasa tambang non batubara. Namun mereka masih menyimpan detail rencana yang dimaksud.

Satu hal yang pasti, target Delta Dunia Makmur sepanjang tahun ini adalah memacu produksi pengupasan volume lapisan tanah alias overburden removal (OB) sebanyak 380 juta bank cubic meter (bcm) hingga 420 juta bcm. Sementara target pendapatan sebesar US$ 850 juta hingga US$ 950 juta. Pada tahun lalu, mereka mengupas lapisan tanah sebanyak 392,5 juta bcm dan mencetak pendapatan US$ 892,46 juta.

Dari Januari-Maret 2019, Delta Dunia Makmur mengupas lapisan tanah sebanyak 97 juta bcm atau naik 16,59% ketimbang periode yang sama tahun lalu yakni 83,2 juta bcm. "Selama kuartal pertama tahun ini kami konsisten volume OB di atas 30 juta bcm, meningkat cukup signifikan dari periode yang sama tahun lalu yang produksinya di bawah 30 juta bcm per bulan," terang Eddy.

Adapun volume produksi batubara dalam tiga bulan pertama 2019 sebanyak 12,2 juta ton. Volume itu terungkit 19,61% dibandingkan dengan periode yang sama 2018 yang tercatat 10,2 juta ton.

Delta Dunia Makmur berharap bisa mempertahankan pencapaian produksi tersebut pada periode selanjutnya. Paling tidak selama kuartal kedua tahun ini mereka memproyeksikan mampu menjaga volume pengupasan lapisan tanah dengan stabil di atas 30 juta bcm per bulan.

Sejalan dengan rencana untuk mengejar target produksi, Delta Dunia Makmur bakal meningkatkan utilitas alat berat hingga 65%. Hingga kuartal pertama tahun ini, tingkat utilitas mereka mencapai 62%.

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

INDEKS BERITA

Terpopuler