Dokter Kita

Sabtu, 03 Desember 2022 | 08:00 WIB
Dokter Kita
[]
Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari-hari ini beredar daftar pejabat atau tokoh yang menitipkan nama kerabatnya kepada Rektor Universitas Negeri Lampung Karomani, supaya bisa diterima sebagai mahasiswa baru.

Daftar ini terungkap dari tuntutan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor PN Tanjung Karang, Bandar Lampung dalam kasus dugaan suap penerimaan mahasiswa baru Unila. 

Walau Unila bukan universitas favorit ternyata ada yang memakai kekuasaannya untuk menitip kerabatnya jadi mahasiswa Unila, kebanyakan di Fakultas Kedokteran.

Sebut saja menteri, politisi, polisi, bupati, dan pendekar. Konon praktik ini sebenarnya terjadi di banyak PTN. Rektor Unila ini dianggap hanya korban yang sial sehingga harus terseret ke pengadilan. 

Tapi yang menggelitik perhatian, kenapa kebanyakan orang penting di negeri ini ingin memasukkan kerabatnya ke Fakultas Kedokteran? Fakultas Kedokteran memang dikenal sebagai fakultas elite dengan biaya mahal luar biasa. Tapi untuk orang-orang berduit, tentu tak ada masalah. 

Bukan rahasia umum juga kalau jalur yang lebih mahal ini "mengorbankan" ukuran kemampuan akademis. Artinya, peluang masuk anak-anak yang membayar lebih mahal lebih besar dibandingkan jalur "kere".

Lalu kenapa juga mereka harus menambahi dengan titipan seperti itu? Sepertinya karena mereka tidak yakin dengan kemampuan akademis anak-anaknya sendiri.   

Jadi bisa dibayangkan dokter-dokter semacam apa yang akan muncul dari hasil "perselingkuhan" seperti ini? Tentu jauh dari mental dokter di era 90-an.

Dulu mahasiswa Fakultas Kedokteran perlu kuliah minimal 7 tahun, ditambah masa pengabdian ke daerah. Lebih celaka mahasiswa kedokteran di universitas swasta, karena mereka masih harus ujian negara yang  bisa butuh waktu beberapa tahun. 

"Bahan baku" yang buruk tentu akan sukar sekali untuk "ditempa" oleh dosen sekaliber dewa sekalipun. Tak heran kalau banyak yang kesulitan sehingga gosipnya di Fakultas Kedokteran banyak intervensi kepada para dosen untuk meluluskan mahasiswanya.

Apa yang ditanam akan dituai pada saatnya. Kalau sistem pendidikan kedokteran hanya menekankan pada kuantitas, entah bagaimana kualitas dokter yang dihasilkan.

Kalau universitas dipaksa untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya, kalau para pejabat hanya berpikir anak-anaknya bisa makmur dengan menjadi dokter, kita semua akan menjadi korban yang malang. 

Bagikan

Berita Terbaru

Kinerja Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) Tertekan Daya Beli
| Jumat, 07 November 2025 | 04:20 WIB

Kinerja Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) Tertekan Daya Beli

Pendapatan MPMX dari segmen bisnis distribusi dan ritel serta asuransi melandai, berbarengan dengan tekanan margin pada segmen transportasi.

Tantangan Perekonomian Global 2026
| Jumat, 07 November 2025 | 04:16 WIB

Tantangan Perekonomian Global 2026

Bagi Indonesia, menjaga kredibilitas di mata pasar internasional sama pentingnya dengan menjaga kesejahteraan masyarakat di dalam negeri.

Multifinance Didorong Memperluas Pasar Syariah
| Jumat, 07 November 2025 | 04:15 WIB

Multifinance Didorong Memperluas Pasar Syariah

OJK mendorong pengembangan industri keuangan syariah agar semakin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 

Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara
| Kamis, 06 November 2025 | 15:25 WIB

Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara

Danantara merupakan SWF berbasis BUMN sehingga tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban pelayanan publik (public servic obligation).

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun
| Kamis, 06 November 2025 | 13:53 WIB

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun

PT PINS Indonesia, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), akhirnya buka suara menanggapi kabar kepailitan PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE)

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket
| Kamis, 06 November 2025 | 13:46 WIB

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket

Penyertaan Modal Negara sudah tak lagi digunakan sehingga beberapa upaya diluncurkan PT Pelni guna memastikan kelanjutan investasi armada.

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit
| Kamis, 06 November 2025 | 10:29 WIB

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja positif di sepanjang sembilan bulan tahun 2025.

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025
| Kamis, 06 November 2025 | 10:21 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Pertumbuhan laba itu disokong lonjakan pendapatan usaha PIPA yang mencapai 30,49% secara tahunan jadi Rp 25,89 miliar per September 2025

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji
| Kamis, 06 November 2025 | 10:17 WIB

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji

Sejumlah emiten properti mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di sepanjang periode Januari-September 2025

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi
| Kamis, 06 November 2025 | 10:08 WIB

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membidik pertumbuhan produksi emas 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025.​

INDEKS BERITA