Dorong Produksi, MDKA dan MBMA Genjot Ekspansi

Selasa, 17 Desember 2024 | 07:22 WIB
Dorong Produksi, MDKA dan MBMA Genjot Ekspansi
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Merdeka optimistis kinerja PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bakal membaik di sisa tahun ini. Kedua emiten ini masih fokus menggarap sejumlah proyek ekspansi agar bisa tuntas sesuai target.

Head of Corporate Communications Merdeka Copper Gold, Tom Malik mengatakan, laporan keuangan periode sembilan bulan kedua emiten tersebut baru akan terbit pada tengah pekan ini.

"Hasilnya cukup bagus. MDKA dan MBMA setiap tahun punya target, cukup on track," kata Tom dalam temu media, Senin (16/12).

Dari sisi operasional, produksi emas MDKA hingga kuartal III mencapai 80.043 ounces, sejalan dengan target produksi tahun ini di rentang 100.000–120.000 ounces. Lalu dari komoditas nikel, MBMA melalui tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) memacu produksi dengan mencapai rekor 3,70 juta wet metrick ton (wmt) limonit dan 1,04 juta wmt saprolit pada kuartal III-2024. Meningkat masing-masing sekitar 106% dan 142% dibandingkan kuartal II-2024.

Dari komoditas tembaga, produksi MDKA dari tambang Wetar mencapai 10.483 ton sampai kuartal III-2024. Dari kinerja operasional tersebut, MDKA meraup pendapatan US$ 574,9 juta pada kuartal III-2024. Jika diakumulasi dalam periode sembilan bulan, MDKA meraup pendapatan US$ 1,67 miliar.

Baca Juga: Ekspor Perikanan Indonesia Menembus US$ 4,81 Miliar

Sedangkan, MBMA meraup pendapatan US$ 1,37 miliar sampai kuartal III-2024. Angka pendapatan MDKA dan MBMA masing-masing tumbuh 42,73% dan 57,69% dari tahun lalu.

Di tengah dinamika harga komoditas global, Grup Merdeka akan fokus mengejar produksi sesuai target di sisa tahun ini. Pada saat yang sama, kedua emiten tengah ini menggarap sejumlah proyek ekspansi.

Chief External Affairs MDKA Boyke Poerbaya Abidin mengatakan, ada tiga proyek besar yang sedang digarap oleh Grup Merdeka. Meliputi Proyek Emas Pani, Proyek Tembaga Tujuh Bukit dan ekspansi nikel melalui MBMA. Proyek Emas Pani masih sesuai target untuk memulai produksi di awal tahun 2026.

"Fokus menyelesaikan konstruksi sampai akhir tahun 2025, dan produksi emas pertama direncanakan pada awal 2026. Sampai sekarang berjalan sesuai rencana," katanya.

Mengandung lebih dari 6,9 juta ounces emas, MDKA akan menambang Pani secara bertahap hingga bisa mencapai tingkat produksi puncak di level 500.000 ounces emas per tahun. Pada tahap awal, MDKA menargetkan produksi emas 150.000 ounces pada tahun 2026 dan 300.000 ounces di tahun-tahun berikutnya.

Sedangkan proyek tembaga Tujuh Bukit di Banyuwangi, proses study masih berlanjut. Sementara dari komoditas nikel, MBMA memiliki sejumlah proyek yang sudah memasuki commisioning. Salah satunya adalah pabrik high pressure acid leach (HPAL) di kawasan industri milik PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Selanjutnya: Pemimpin KPK Berjanji Tuntaskan Korupsi Lawas

Bagikan

Berita Terbaru

Bullion Bank Meluncur 26 Februari, Begini Peluang Bisnis Emas di Indonesia
| Jumat, 21 Februari 2025 | 18:53 WIB

Bullion Bank Meluncur 26 Februari, Begini Peluang Bisnis Emas di Indonesia

Presiden  akan meresmikanbullion bank 26 Februari 2025. BSI dan anak usaha BRI Pegadaian  kantongi izin . Begini peluang bisnis emas di Indonesia

Harga Saham INTP Anjlok Terus Sejak Akhir 2024, Investor Asing Banyak yang Nyangkut
| Jumat, 21 Februari 2025 | 17:46 WIB

Harga Saham INTP Anjlok Terus Sejak Akhir 2024, Investor Asing Banyak yang Nyangkut

Industri semen di kuartal I-2025 akan dihadapi dengan persoalan cuaca, belanja konstruksi yang rendah di awal tahun, dan banyaknya hari libur.

Kabar Royalti Nikel Naik Jadi 15%, Laba ANTM, INCO, Hingga MBMA bisa Tergerus Lumayan
| Jumat, 21 Februari 2025 | 11:47 WIB

Kabar Royalti Nikel Naik Jadi 15%, Laba ANTM, INCO, Hingga MBMA bisa Tergerus Lumayan

Penurunan laba dari penjualan bijih nikel emiten diprediksi bisa mencapai hingga 9% jika tarif royalti dinaikkan.

Terbitkan SBN untuk Sokong 3 Juta Rumah
| Jumat, 21 Februari 2025 | 08:53 WIB

Terbitkan SBN untuk Sokong 3 Juta Rumah

Hal ini diputuskan dalam rapat Kemkeu dengan Kementerian Perumahan dan Permukiman, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, dan Komisi XI DPR

Awas! Rasio Utang Pemerintah Merambat Naik
| Jumat, 21 Februari 2025 | 08:44 WIB

Awas! Rasio Utang Pemerintah Merambat Naik

Rasio utang pemerintah tahun 2024 naik menjadi 39,67% PDB, setara dengan rasio utang saat awal Covid 2020

Berlomba-lomba Rebut Pangsa Pasar, Persaingan Harga Layanan Telekomunikasi Kian Ketat
| Jumat, 21 Februari 2025 | 08:34 WIB

Berlomba-lomba Rebut Pangsa Pasar, Persaingan Harga Layanan Telekomunikasi Kian Ketat

Kualitas layanan internet operator telekomunikasi di Indonesia, baik fixed broadband maupun mobile internet jauh di bawah negara lain

Rupiah Siap-Siap Melemah Lagi di Akhir Pekan
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:52 WIB

Rupiah Siap-Siap Melemah Lagi di Akhir Pekan

Arah pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi perubahan kondisi ekonomi global, terutama terkait kebijakan suku bunga

Tanpa Intervensi Bank Indonesia (BI), Rupiah Bisa Terkapar ke Rp 17.000 Per Dolar AS
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:50 WIB

Tanpa Intervensi Bank Indonesia (BI), Rupiah Bisa Terkapar ke Rp 17.000 Per Dolar AS

Rupiah akan mampu bertahan di  Rp 16.000 - Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat (AS), terutama didorong oleh aksi intervensi BI. 

Tanpa Intervensi Bank Sentral, Rupiah Bisa ke Rp 17.000
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:48 WIB

Tanpa Intervensi Bank Sentral, Rupiah Bisa ke Rp 17.000

Meski Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate, rupiah diperkirakan masih akan tertekan untuk jangka pendek.

Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Tertekan Kelesuan dan Persaingan Pasar
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:45 WIB

Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Tertekan Kelesuan dan Persaingan Pasar

Di tengah utilisasi rendah, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) tertekan biaya pemeliharaan pabrik yang lebih besar.

INDEKS BERITA

Terpopuler