Efek Pembatasan Impor China, Emiten Batubara Mencari Pasar Baru

Selasa, 18 Juni 2019 | 08:39 WIB
Efek Pembatasan Impor China, Emiten Batubara Mencari Pasar Baru
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Yoliawan H | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri batubara kembali diramaikan atas rencana China membatasi impor batubara. Padahal, China merupakan salah satu negara pengimpor batubara terbesar. Hingga Mei 2019, data impor batubara China masih naik 8,6% dari bulan sebelumnya menjadi 27,47 juta ton.

Salah satu eksportir batubara ke China adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan, sekitar 10%–12% dari nilai produksi diperuntukkan untuk memenuhi pasar batubara China. Tahun ini BUMI memprediksi produksi batubara mencapai 88 juta ton hingga 99 juta ton.

Menurut Dileep, China sebenarnya menghasilkan 3,2 miliar ton batubara per tahun. Dalam jangka panjang, kemungkinan akan mencapai 4 miliar ton. Namun hampir 60% energi berasal dari batubara. "Saat ini China mengimpor 150 juta ton–160 juta ton batubara. Angka ini kemungkinan naik 200 juta ton dalam jangka menengah," ujar dia

BUMI masih tetap optimistis tahun depan produksi batubara BUMI setidaknya akan tumbuh 5% dan memastikan bahwa isu-isu yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Selain itu, menurut Dileep pasar di luar China masih bertumbuh, seperti di Filipina dan Vietnam.

Analis Jasa Utama Capitas Sekuritas Chris Apriliony menilai, pembatasan impor batubara China membuat perusahaan batubara di Indonesia harus mencari pasar lain. "Untungnya, di negara berkembang lain, seperti Korea dan India, konsumsi batubara sedang meningkat," kata dia.

Untuk itu, Chris menyarankan wait and see pada emiten sektor batubara saat ini. Sebab, kebijakan domestic market obligation (DMO) tak sebesar ekspor nasional. Kebutuhan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) belum bisa diandalkan.

BOSS ekspor ke Jepang

PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) tak khawatir saat impor batubara China dibatasi. Sebab perusahaan ini mengekspor ke Jepang melalui Itochu Corporation Japan. BOSS juga mengincar pasar Korea. Kebutuhan batubara di negeri ini masih tinggi. Perusahaan ini menargetkan produksi 70.000–80.000 ton per bulan setelah Mei 2019.

Sejak awal tahun hingga Mei 2019, BOSS telah memproduksi batubara sekitar 130.000 metrik ton. Angka ini meningkat 46% dibanding dengan periode sama tahun 2018, yakni 90.000 metrik ton. "Kami akan genjot produksi di semester II tahun ini karena prasarana dan infrastruktur sudah siap, dengan tujuan meningkatkan pendapatan agar bisa naik dua kali lipat tahun ini," kata Nurly Sumady, Direktur Keuangan BOSS Widodo, Senin (17/6).

BOSS telah menyiapkan pendanaan dari pinjaman Bank Panin senilai Rp 55 miliar dan US$ 8,7 juta. Pada April 2019, BOSS juga mengantongi pinjaman dari BRI Multifinance sebesar US$ 2,9 juta. Saat ini, anak usaha BOSS, Pratama Bersama, telah menjalin kontrak penjualan dengan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Bagikan

Berita Terbaru

Logisticsplus (LOPI) Amankan Kontrak Baru Pada 2026 Senilai Rp 80 Miliar
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56 WIB

Logisticsplus (LOPI) Amankan Kontrak Baru Pada 2026 Senilai Rp 80 Miliar

PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) menutup tahun buku 2025 dengan recognized revenue konsolidasi sekitar Rp 105 miliar.

Dari Uang Saku Anak ke Pengelolaan Keuangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:47 WIB

Dari Uang Saku Anak ke Pengelolaan Keuangan

Ada banyak pilihan dalam memberikan uang saku buat anak. Simak cara mengatur uang saku anak sembari mengajarkan soal pengelolaan uang.

Altcoin Season 2025 Terasa Hambar, Likuiditas Terpecah Belah
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:45 WIB

Altcoin Season 2025 Terasa Hambar, Likuiditas Terpecah Belah

Altcoin 2025 tak lagi reli massal, pelajari faktor pergeseran pasar dan rekomendasi investasi altcoin untuk tahun 2026.

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:58 WIB

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memperoleh pinjaman dari pemegang sahamnya, yakni Danantara Asset Management. 

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:38 WIB

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik

Salah satu sentimen pendukung kinerja emiten perunggasan tersebut di tahun depan adalah membaiknya harga ayam hidup (livebird). ​

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:19 WIB

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas

Risiko pelemahan harga minyak mentah dunia masih berpotensi membayangi kinerja emiten minyak dan gas (migas) pada 2026.​

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:15 WIB

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?

Dalam beberapa proyeksi, bitcoin diperkirakan tetap berada di atas kisaran US$ 70.000–US$ 100.000 sebagai floor pasar.

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:02 WIB

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan

Pemerintah bakal agresif menerapkan denda administrasi atas aktivitas usaha di kawasan hutan pada tahun 2026.

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:42 WIB

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu

Dengan pasokan saham yang terbatas, sedikit saja permintaan dapat memicu kenaikan harga berlipat-lipat.

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:35 WIB

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat

Negara berpotensi meraup minimal Rp 37,7 triliun per tahun dari cukai emisi, dengan asumsi tarif 10% hingga 30% dari harga jual kendaraan.

INDEKS BERITA

Terpopuler