Ekspansi Sritex (SRIL) Usai PKPU Terhambat Salinan Putusan MA

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex masih menunggu salinan putusan Mahkamah Agung (MA) terkait kasasi atas homologasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) supaya putusan efektif. Belum diterimanya salinan ini menghambat SRIL mencari pendanaan dan juga merugikan pemegang saham.
Salinan putusan ini juga jadi dasar bagi SRIL menyampaikan keterbukaan informasi dan pemenuhan administrasi lain ke BEI, Otoritas Jasa Keuangan, kreditur dan pemangku kepentingan lain. Sampai saat ini, Sritex sudah melakukan langkah proaktif untuk memperoleh salinan putusan MA."Semakin cepat kami mendapat salinan keputusan, akan membantu BEI mencabut suspensi saham," tutur Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL, Kamis (21/7).
Salah satu pihak yang terkena dampak suspensi SRIL adalah Dana Pensiun (Dapen) Telkom. Perwakilan dari Dapen Telkom yang hadir dalam acara paparan publik Sritex kemarin mengatakan, kesulitan menjual saham SRIL. Padahal, Dapen Telkom berencana mengurangi porsi saham dalam portofolio investasinya. Investasi Dapen Telkom memang tidak terlalu besar, sekitar Rp 1,4 miliar.
Tanpa salinan putusan MA di tangan, SRIL juga masih terhambat mencari pendanaan. Welly menyampaikan, posisi kas Sritex sangat terbatas. Per kuartal I-2022, kas dan setara kas yang dibatasi berjumlah US$ 11 juta, merosot dari sebesar US$ 81 juta pada kuartal I-2021.
Untuk meningkatkan utilisasi, Sritex membutuhkan modal kerja tambahan. Sritex berharap salinan putusan MA dapat segera didapatkan supaya Sritex bisa kembali menjaring pendanaan dari para kreditur.
Secara rata-rata, utilisasi produksi Sritex saat ini masih berkisar 70%-75%. Hingga akhir tahun 2022, Sritex menargetkan bisa mempertahankan utilisasi sampai dengan 75%, dengan harapan bisa naik sampai 80%-85% kembali.
Setelah homologasi PKPU efektif, likuiditas SRIL akan meningkat. Setelah restrukturisasi, jatuh tempo utang Sritex terbagi jadi tiga bagian, yaitu jangka waktu 5 tahun,
9 tahun, dan 12 tahun.
Besaran utang dengan jangka waktu 5 tahun adalah sebesar US$ 417 juta, 9 tahun senilai US$ 512 juta, dan 12 tahun US$ 490 juta. "Rata-rata utang jadi jangka panjang. Ini akan meningkatkan rasio likuiditas, sehingga fokus jangka pendek untuk meningkatkan kinerja," kata Welly.