KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses pemulangan jemaah haji Indonesia 2025 masih berlangsung hingga saat ini. Hal tersebut menandai berakhirnya fase utama ibadah haji di Arab Saudi. Setiap tahun, pelaksanaan ibadah haji selalu menyisakan permasalahan yang pelik. Ada sejumlah poin penting terkait permasalahan haji di Indonesia yang menjadi sorotan publik pada 2025.
Pertama, masalah sistem multisyarikah di mana banyaknya perusahaan penyedia layanan haji menimbulkan masalah baru. Misalnya saja jemaah terpisah dari rombongan (bahkan keluarga) karena perbedaan syarikah. Kedua, masalah keterlambatan transportasi jemaah, terutama saat menuju Arafah. Hal ini menjadi sorotan utama karena banyak sekali jemaah yang harus menunggu berjam-jam tanpa ada kepastian yang jelas.
Ketiga, masalah terkait kapasitas tenda di Mina yang terbatas. Ada pula masalah mengenai kualitas makanan dan fasilitas akomodasi yang ditemukan para jemaah di Tanah Suci. Keempat, adanya keluhan mengenai kualitas petugas haji yang dinilai rendah. Bahkan beberapa di antaranya lebih fokus pada ibadah pribadi dibanding melayani para jemaah. Dan masih banyak permasalahan lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan ibadah haji 2025 menunjukkan perlunya reformasi menyeluruh dalam tata kelola penyelenggaraan haji, baik dari aspek regulasi, operasional hingga sumber daya manusia.
Terkait syarikah, misalnya, pemerintah harus memuat standar minimum pelayanan, hak jemaah dan mekanisme sanksi jika terjadi pelanggaran. Kemudian, untuk minimnya kapasitas tenda di Mina, pemerintah bisa mengajukan penambahan slot Mina dari pemerintah Arab Saudi, apalagi mengingat jumlah jemaah Indonesia yang sangat besar.
Sedangkan untuk masalah kualitas petugas haji, seleksi petugas harus objektif, berbasis rekam jejak pelayanan, bukan sekadar koneksi. Petugas wajib menandatangani kontrak moral bahwa tugas utama mereka adalah melayani.
Evaluasi pasca pelaksanaan haji tahun ini harus dijadikan titik tolak perubahan. Sebab, pelayanan haji yang baik bukan hanya soal logistik, tetapi juga soal amanah moral dan tanggung jawab negara terhadap warganya.
Sejatinya, ibadah haji adalah puncak pengalaman spiritual umat Islam, dan sudah seharusnya dijalankan dengan khusyuk, tertib dan manusiawi.