GTS Internasional Menawarkan Harga IPO Rp 100-Rp 150 per Saham
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GTS Internasional, perusahaan di bawah Grup Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) memulai masa penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Jadwalnya, emiten ini resmi listing pada 8 September 2021, menyandang kode GTSI.
GTSI menawarkan 2,86 miliar saham baru atau setara 17,6% saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga di kisaran Rp 100-Rp 150. Potensi dana yang bisa dihimpun GTSI mencapai Rp 286 miliar-Rp 429 miliar.
Setelah IPO, Direktur PT GTS Internasional Tbk Dandun Widodo mengatakan, rencana paling dekat adalah membangun Floating Storage Regasification Unit (FSRU) permanen untuk melayani kebutuhan listrik di area Sulawesi Utara. Adapun kontrak selama 15 tahun itu sudah diperoleh sejak tahun 2019.
"Diharapkan dengan adanya pembangunan ini, PLN Sulawesi Utara mampu melakukan penghematan yang signifikan," kata dia, Kamis (19/8).
Nantinya, sekitar 64% atau US$ 19,2 juta dana IPO untuk membiayai pembangunan FSRU. GTSI memberikan dana itu ke anak usahanya, PT Anoa Sulawesi Regas dalam bentuk pinjaman.
Pembangunan FSRU permanen ini akan dimulai pada kuartal IV-2021. Kebutuhan dana total diperkirakan memakan biaya US$ 55 juta atau Rp 790 miliar. GTSI tidak menutup kemungkinan memilih opsi pendanaan lain untuk pembangunan FSRU itu.
Sisa dana IPO sebesar 20% atau US$ 5 juta untuk modal kerja GTSI. Adapun 16% lainnya atau setara US$ 4,8 juta digunakan untuk penyertaan modal kepada Anoa.
Sekadar informasi, GTS Internasional bergerak di bidang pengapalan LNG dari terminal penjualan ke terminal pembeli. GTSI juga melakukan penyimpanan dan regasifikasi LNG menjadi gas siap pakai oleh pengguna terakhir.
Direktur Utama GTS Internasional Kemal Imam Santoso menambahkan, harga LNG yang fluktuatif tidak akan berdampak terhadap kinerja perusahaan. Sebab, mayoritas pendapatan bersumber dari kontrak jangka panjang.
Kinerja akhir tahun 2021, diperkirakan tidak berbeda jauh dengan pencapaian laba US$ 16,2 juta yang diperoleh tahun 2020 lalu. Sebagian besar kinerja GTSI ditopang FSRU Amurang yang sudah mengantongi kontrak untuk 15 tahun ke depan.
Sementara untuk jangka menengah, GTSI sedang menyiapkan pengadaan FSRU dan pengapalan LNG. Sebagai gambaran, FSRU Jawa Satu yang sudah terealisasi pada akhir tahun 2020 lalu diharapkan menyumbang income di pertengahan tahun 2022.