Harga Batubara Terus Melemah, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Bukit Asam (PTBA)

Selasa, 11 Juni 2019 | 08:30 WIB
Harga Batubara Terus Melemah, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Bukit Asam (PTBA)
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga batubara dunia diprediksi akan menjadi penghalang pertumbuhan kinerja PT Bukit Asam Tbk di tahun ini. Alhasil, para analis memprediksi pendapatan perusahaan berkode emiten PTBA ini di 2019 tidak tumbuh secara signifikan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan Bukit Asam kuartal I-2019 mengalami penurunan 7,17% menjadi Rp 5,34 triliun dari Rp 5,75 triliun di periode yang sama tahun lalu. Ini membuat laba bersih perusahaan milik negara ini terkikis hingga 21,38% dari Rp 1,45 triliun menjadi Rp 1,14 triliun di akhir Maret 2019 lalu.

Andrew Franklin Hotama, analis RHB Sekuritas, menjelaskan, kinerja Bukit Asam sedang di bawah tekanan. Penyebabnya, tren harga batubara global sedang turun.

Senin (10/6), harga batubara kontrak pengiriman Juli 2019 di ICE Futures berada di level US$ 74,5 per metrik ton. Artinya, sepanjang tahun ini, harga si hitam ini sudah melemah sekitar 23,27%. "Kami masih underweight untuk sektor batubara dan PTBA," kata Andrew, Senin (10/5).

Lebih lanjut, Andrew mengatakan, pelemahan harga batubara terjadi setelah tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Ini membuat permintaan batubara global turun.

Peluang harga batubara untuk rebound pun sulit terjadi. Penyebabnya, kini China dan negara maju lainnya sedang berusaha mengurangi penggunaan batubara dan beralih ke gas alam. Padahal negeri asal kungfu tersebut merupakan importir terbesar batubara global.

Tetapi perlu diingat, mayoritas penjualan batubara Bukit Asam digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga penurunan permintaan tak terasa.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menambahkan, peluang kinerja Bukit Asam membaik masih ada. Mengingat produksi batubara PTBA di tahun ini diprediksi masih dapat naik.

Seiring kenaikan produksi batubara, volume penjualan Bukit Asam di tahun ini bisa tembus 28 juta ton. Serupa, Frederick Daniel Tanggela, analis Indo Premier Sekuritas juga yakin volume penjualan Bukit Asam di tahun ini bisa lebih ciamik.

Dalam risetnya, Frederick menghitung ada peluang kenaikan penjualan sekitar 14% bagi Bukit Asam di 2019 ini. Hal ini membuatnya masih merekomendasikan beli PTBA dengan target harga Rp 4.600.

Sementara Thomas juga menyarankan beli saham PTBA. Ia mematok target harga Rp 4.150 per saham.

Target harga ini cukup tinggi, lantaran kemarin harga saham PTBA masih berada di Rp 2.940 per saham. Sepanjang tahun ini, harga saham perusahaan BUMN ini sudah anjlok 24,29%, lantaran di akhir tahun lalu ada di level Rp 3.915 per saham.

Thomas pun masih optimistis, pendapatan Bukit Asam di akhir 2019 bisa lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Ia memprediksi, perusahaan ini bakal mengantongi pendapatan sebesar Rp 21,21 triliun.

Di sisi lain, Andrew merekomendasikan sell bagi saham PTBA karena tekanan dari harga batubara global.

Bagikan

Berita Terbaru

Melihat Potensi Rebound Saham Blue Chip di Sisa Tahun 2025
| Minggu, 14 Desember 2025 | 17:29 WIB

Melihat Potensi Rebound Saham Blue Chip di Sisa Tahun 2025

Analis menyebut bahwa KLBF turut memiliki peluang rebound sebab sisi kinerja keuangan, pertumbuhan operating income dan net income masih positif.

Partisipasi Investor Milenial dan Gen Z di Pasar Saham Makin Semarak
| Minggu, 14 Desember 2025 | 10:04 WIB

Partisipasi Investor Milenial dan Gen Z di Pasar Saham Makin Semarak

Reli IHSG yang beberapa kali menembus rekor tertinggi, tak lepas dari meningkatnya aktivitas investor ritel, termasuk dari kelompok usia muda

Jantra Grupo (KAQI) Genjot Ekspansi Usai Raih Dana IPO
| Minggu, 14 Desember 2025 | 09:59 WIB

Jantra Grupo (KAQI) Genjot Ekspansi Usai Raih Dana IPO

Sebagian besar dana IPO terserap untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk pembangunan infrastruktur fisik. 

BEI Siapkan Pemberlakuan Periode Non Cancellation
| Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43 WIB

BEI Siapkan Pemberlakuan Periode Non Cancellation

Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan periode non-cancellation pada sesi pra-pembukaan dan pra-penutupan mulai 15 Desember 2025

Berkah Kenaikan Trafik Data Telekomunikasi
| Minggu, 14 Desember 2025 | 09:39 WIB

Berkah Kenaikan Trafik Data Telekomunikasi

Meskipun trafik data naik, emiten sektor telekomunikasih masih dibayangi persaingan harga yang ketat

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global
| Minggu, 14 Desember 2025 | 06:00 WIB

IHSG Pekan Ini Tembus Rekor Baru, Waspada Sentimen Global

IHSG mengakumulasi kenaikan 0,32% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,33%.

Animo Investor Saham
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:50 WIB

Animo Investor Saham

​Kenaikan IHSG terdorong oleh peningkatan investor pasar modal di dalam negeri yang semakin melek berinvestasi saham.

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:35 WIB

Keandalan Menara MTEL Diuji Bencana Sumatera

Banjir dan longsor membuat layanan telekomunikasi di sejumlah wilayah Sumatera lumpuh. Dalam situasi ini, keandalan peru

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas
| Minggu, 14 Desember 2025 | 05:10 WIB

Memutar Roda Bisnis yang Terhuyung di Pulau Andalas

Banjir dan longsor yang melanda Sumatera akhir November bukan hanya merenggut ratusan nyawa, tapi bikin meriang perdagangan.

 
Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

INDEKS BERITA

Terpopuler