KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tiket pesawat terbang selama beberapa bulan terahir membawa dampak ke industri transportasi dan pariwisata. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tiket mahal membuat jumlah penumpang penerbangan domestik pada Maret 2019 hanya 6,3 juta, atau turun secara tahunan 21,94%. Meskipun secara bulanan, masih naik 7,18% dari Februari.
Secara kuartalan, sepanjang Januari-Maret 2019 jumlah penumpang angkutan udara domestik sebanyak 18,32 juta, atau turun 17,66% ketimbang periode sama 2018. Penurunan tersebut terjadi di seluruh bandara.
Tiket mahal ini membuat industri pariwisata juga terkena imbasnya. Tingkat penghunian kamar (TPK) di hotel-hotel berbintang dalam tren menyusut. Secara tahunan tingkat penghunian turun 4,21 poin dari 54,70% menjadi 52,89%.
"Tarif tiket pesawat mahal ini dampaknya bisa kemana-mana, terlihat di tingkat penghunian hotel bintang, akan menghantam ke pariwisata, banyak hal, tidak hanya transportasi" jelas Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers di kantornya, Kamis (2/5).
Masalah harga tiket pesawat ini juga berefek terhadap laju inflasi. Sejak April 2018 hingga April 2019 harga tiket angkutan udara telah naik 11%. Secara tahunan, harga tiket yang tinggi menyumbang inflasi 0,31%.
Pemerintah telah menyadari masalah ini. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan jajarannya untuk segera menemukan solusi untuk menurunkan harga tiket sebelum mudik Lebaran berlangsung. Sejumlah menteri pun turun tangan. Tidak hanya dari Kementerian Perhubungan, tapi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pun turut mencari cara menurunkan tarif tiket pesawat.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan pemerintah sedang menyiapkan formula baru penghitungan tarif tiket pesawat. "Kami sudah rapat dengan Menteri Perekonomian, Menteri Perhubungan, nanti akan ada formula tarif," ujar Moeldoko tanpa merinci.
Wakil Ketua Umum PHRI Maulana Yusran menyarankan pemerintah membuka rute penerbangan domestik kepada maskapai asing. Tujuannya agar ada penambahan jumlah pemain sehingga mendorong persaingan yang lebih sehat di industri penerbangan. Sebagai catatan saat ini, jasa penerbangan rute domestik hanya diisi dua pemain besar, yakni Garuda Group dan Lion Group.