Hasil Revisi Konsumsi Lebih Tinggi, PDB Jepang untuk Kuartal I Turun Lebih Rendah

Rabu, 08 Juni 2022 | 09:48 WIB
Hasil Revisi Konsumsi Lebih Tinggi, PDB Jepang untuk Kuartal I Turun Lebih Rendah
[ILUSTRASI. Suasana pusat belanja Ginza pada masa pandemi di Tokyo, Jepang, 30 November 2021. REUTERS/Androniki Christodoulou]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Kontraksi ekonomi Jepang pada kuartal pertama tahun ini direvisi menjadi lebih kecil daripada angka yang pertama dilaporkan. Konsumsi rumah tangga tetap kuat meski ada ancaman kenaikan infeksi Covid-19. Di sektor korporasi, upaya membangun kembali persediaan mengimbangi penurunan belanja modal.

Kontraksi yang lebih lambat merupakan berita baik bagi para pembuat kebijakan di Jepang. Mereka berharap ekonomi Jepang kembali ke jalur pertumbuhan selama April-Juni. Kendati, harapan itu masih dibayang-bayangi gangguan rantai pasokan.

Data produk domestik bruto (PDB) yang direvisi yang dirilis Kantor Kabinet pada Rabu menunjukkan ekonomi Jepang menyusut secara tahunan 0,5% selama Januari-Maret. Angka itu lebih kecil dibandingkan figur awal yang dirilis bulan lalu, 1,0%.

Baca Juga: Peringatan Batal Beli Twitter, Dianggap Sebagai Cara Musk Untuk Cari Diskon Harga

Dalam basis kuartal-ke-kuartal, PDB Jepang merosot 0,1%, mengalahkan ekspektasi pasar median untuk penurunan 0,3%.

Konsumsi swasta, yang membentuk lebih dari setengah PDB Jepang, meningkat 0,1% pada kuartal pertama dari tiga bulan sebelumnya, direvisi naik dari angka datar berkat kontribusi yang lebih kuat dari biaya telepon seluler dan penjualan mobil.

Peningkatan persediaan juga mendukung pertumbuhan, sebagai tanda bahwa pembuat mobil dan produsen lain sedang mencari cara untuk mengatasi tekanan rantai pasokan, kata Takumi Tsunoda, ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute.

Itu membantu mengimbangi penurunan 0,7% dalam belanja modal, tetapi dapat mengindikasikan pertumbuhan PDB yang lebih rendah pada kuartal saat ini karena pertumbuhan inventaris mendingin.

"Pertumbuhan kemungkinan akan datang secara positif, tetapi itu tidak akan mengarah pada pemulihan yang luas," kata Tsunoda, memperingatkan dampak negatif pada kuartal kedua dari penguncian ketat virus corona di China.

"Ekonomi Jepang sangat bergantung pada rantai pasokan Asia, sehingga penguncian China akan memiliki dampak yang relatif besar."

Permintaan domestik secara keseluruhan menyumbang 0,3 poin persentase ke angka PDB yang direvisi, sementara ekspor bersih turun 0,4 poin persentase.

Surplus transaksi berjalan Jepang menyusut tajam pada April karena rekor impor melebihi ekspor, data terpisah menunjukkan pada Rabu, memicu beberapa kekhawatiran tentang daya beli jangka panjang negara itu di tengah melemahnya yen.

Baca Juga: Telecom Italia (TIM) Akan Pangkas 1.200 Karyawan Lewat Skema Pensiun Dini Sukarela

Peningkatan PDB mengikuti data pada hari Selasa yang menunjukkan pengeluaran rumah tangga mencatat penurunan yang lebih besar dari perkiraan pada bulan April, karena penurunan tajam yen dan lonjakan harga komoditas mendorong biaya ritel.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters bulan lalu memperkirakan pertumbuhan tahunan yang kuat sebesar 4,5% kuartal ini. Mayoritas responden mengatakan mereka memperkirakan pertumbuhan akan cukup kuat bagi perekonomian untuk pulih ke tingkat sebelum pandemi, meskipun risiko meningkat.

Stefan Angrick, Ekonom Senior di Moody's Analytics, mengatakan ekonomi Jepang belum keluar dari masalah.

"Gangguan eksternal yang berasal dari invasi Rusia ke Ukraina dan penguncian COVID-19 di China adalah hambatan yang signifikan," ujar Angrick dalam catatannya. "Hambatan pasokan membebani ekspor, produksi dan semakin menekan pengeluaran investasi."

Bagikan

Berita Terbaru

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

Siasat Tigaraksa Satria (TGKA) Pulihkan Kinerja di 2026
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 04:20 WIB

Siasat Tigaraksa Satria (TGKA) Pulihkan Kinerja di 2026

TGKA mengupayakan sejumlah langkah efisiensi dan perbaikan proses kerja. Hal ini bertujuan agar laba bersih tahun 2025 tidak turun signifikan.

Dirut Emiten Afiliasi Haji Isam Mengundurkan Diri, Ada Apa?
| Jumat, 12 Desember 2025 | 10:59 WIB

Dirut Emiten Afiliasi Haji Isam Mengundurkan Diri, Ada Apa?

Bila terjadi kekosongan anggota direksi sehingga jumlahnya kurang dari dua orang, RUPS wajib diselenggarakan paling lambat 90 hari kalender

Patriot Bond Danantara Jilid Kedua Dikabarkan Terbit Lebih Cepat dari Jadwal Awal
| Jumat, 12 Desember 2025 | 08:16 WIB

Patriot Bond Danantara Jilid Kedua Dikabarkan Terbit Lebih Cepat dari Jadwal Awal

Berbeda dengan Patriot Bond jilid I yang kelebihan permintaan (oversubscribe), Patriot Bond II punya cerita berbeda.

INDEKS BERITA

Terpopuler