Hemat Pangkal Kaya

Sabtu, 25 Januari 2025 | 08:00 WIB
Hemat Pangkal Kaya
[ILUSTRASI. TAJUK - Sandy Baskoro]
Sandy Baskoro | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang 100 hari masa pemerintahannya, Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan titah penting: Pemerintah pusat hingga daerah wajib mengencangkan ikat pinggang. Melalui Instruksi Presiden No. 1/2025, Prabowo meminta pejabat di tingkat pusat hingga daerah untuk menghemat anggaran negara.

Instruksi itu ditujukan kepada menteri Kabinet Merah Putih, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, para kepala lembaga pemerintah non kementerian, para pimpinan kesekretariatan lembaga negara, para gubernur dan para bupati/wali kota.

Target Prabowo tak tanggung-tanggung. Tahun ini pemerintah ingin berhemat Rp 306,70 triliun. Di tingkat pusat, ada penghematan anggaran belanja kementerian dan lembaga 
(K/L) mencapai Rp 256,10 triliun. Selanjutnya, estimasi penghematan pada pos transfer ke daerah (TKD) sebesar Rp 50,60 triliun. 

Keinginan Prabowo agar pejabat tidak menghamburkan uang negara cukup masuk akal. Maklumlah, penerimaan negara tahun ini bakal seret akibat ketidakpastian pasar global dan pelemahan daya beli. Jika pemerintah memaksakan diri memacu pendapatan pajak, hal itu sama saja menciptakan ketidakpastian baru dan bisa merembet ke ranah politik. 

Namun yang pasti, Instruksi Presiden Prabowo sekaligus mengonfirmasi bahwa ruang fiskal pemerintah pada tahun ini begitu sempit. Prabowo membutuhkan anggaran besar untuk mewujudkan janji-janji politiknya, terutama program makan bergizi gratis (MBG).

Dari alokasi Rp 71 triliun, kemungkinan besar anggaran makan bergizi gratis bakal bertambah Rp 100 triliun pada 2025.

Tahun ini, pemerintah memproyeksikan pendapatan negara mencapai Rp 3.005,13 triliun, adapun estimasi belanjanya Rp 3.621,31 triliun.

Jika mengalkulasi instruksi Prabowo, dengan penghematan Rp 306,70 triliun, maka belanja negara diprediksikan Rp 3.314,61 triliun. Jadi, defisit anggaran 2025 bisa menciut dari sebelumnya Rp 616,18 triliun menjadi Rp 309,48 triliun. 

Langkah Prabowo patut didukung. Namun tak cukup sampai di situ. Jika ingin maksimal, Presiden Prabowo mesti berani memberantas korupsi. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, selama 2017-2023, total kerugian negara akibat korupsi mencapai Rp 274 triliun.

Apabila pemerintah serius memberantas korupsi, pemanfaatan uang negara akan maksimal. Dengan berhemat, negara bisa membiayai makan bergizi dan generasi emas akan tercipta. Mari kita kawal, semoga pepatah hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai benar-benar terwujud di negeri ini.

Bagikan

Berita Terbaru

Masa Kejayaan Unitlink Masih Sulit Terulang
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:20 WIB

Masa Kejayaan Unitlink Masih Sulit Terulang

Pada Mei 2025 misalnya, OJK mencatat unitlink hanya menyumbang 22,7% dari premi asuransi jiwa, turun dari akhir tahun 2024 yang sebesar 40,4%. 

Pergerakan Rupiah di Rabu (13/8) Menanti Data Ekonomi
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:20 WIB

Pergerakan Rupiah di Rabu (13/8) Menanti Data Ekonomi

Penguatan dolar AS terjadi setelah AS dan Tiongkok memperpanjang gencatan senjata tarif selama 90 hari.

Proyeksi Kupon SBN Ritel di Sisa Tahun 2025 Antara 5,75% – 6%
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:19 WIB

Proyeksi Kupon SBN Ritel di Sisa Tahun 2025 Antara 5,75% – 6%

Pemerintah masih akan meluncurkan tiga seri Surat Berharga Negara (SBN) ritel hingga akhir  tahun 2025

Pendapatan Bunga Bank Melandai
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:19 WIB

Pendapatan Bunga Bank Melandai

Pendapatan bunga bersih sejumlah bank hanya tumbuh tipis di paruh pertama 2025, bahkan cenderung menurun

Penuhi Kebutuhan Sekolah, Kredit Multiguna Meningkat
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:19 WIB

Penuhi Kebutuhan Sekolah, Kredit Multiguna Meningkat

Pertumbuhan kredit multiguna di Juni 2025 disebabkan tingginya kebutuhan rumah tangga, misalnya biaya pendidikan.

Cemas dengan Kisruh Beras Oplosan, Pabrik Beras Setop Produksi di Beberapa Wilayah
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:19 WIB

Cemas dengan Kisruh Beras Oplosan, Pabrik Beras Setop Produksi di Beberapa Wilayah

Untuk mengatasi ketidakpastian di pasar, pemerintah diminta segera mengevaluasi total tata niaga beras​.

Daya Beli Menjadi Risiko RAPBN Tahun Depan
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:19 WIB

Daya Beli Menjadi Risiko RAPBN Tahun Depan

RAPBN 2026, menurut Badan Anggaran, akan menjadi milestone bagi pemerintah menjalankan program strategis.

Daya Beli Masih Terjepit, Bisnis Gadai Semakin Melejit
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:05 WIB

Daya Beli Masih Terjepit, Bisnis Gadai Semakin Melejit

Layanan gadai diyakini akan semakin dicari demi mendapatkan dana segar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rojali dan Rohana, Berkah atau Musibah?
| Rabu, 13 Agustus 2025 | 04:03 WIB

Rojali dan Rohana, Berkah atau Musibah?

Sejatinya, "Rojali" dan "Rohana" adalah sebuah berkah bagi peritel, bukan musibah, asal peritel tahu cara memikatnya.

Koreksi Harga Saham KLBF Dimanfaatkan Manulife, Vanguard, Hingga Goldman Sachs
| Selasa, 12 Agustus 2025 | 14:42 WIB

Koreksi Harga Saham KLBF Dimanfaatkan Manulife, Vanguard, Hingga Goldman Sachs

Rekomendasi yang dirilis para analis pada Agustus 2025 berjalan, semuanya menyarankan beli saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). 

INDEKS BERITA