Hingga Juni, Keuntungan Emiten Global Merosot 3%

Sabtu, 12 Agustus 2023 | 04:35 WIB
Hingga Juni, Keuntungan Emiten Global Merosot 3%
[]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Keuntungan perusahaan di seluruh dunia merosot hingga akhir Juni 2023. Ini disebabkan permintaan komoditas dan bahan kimia yang melemah, efek perlambatan ekonomi China. 

Menurut data Quick-FactSet yang dikutip Nikkei Asia, laba 11.000 perusahaan yang listing di bursa Amerika Serikat (AS), China, Jepang dan Eropa, turun 3% jadi US$ 955,7 miliar. Bisnis dari sejumlah perusahaan ini menyumbang sekitar 90% dari total kapitalisasi pasar.

Secara global, peningkatan laba bersih perusahaan hanya ditopang oleh delapan sektor industri dari 16 sektor industri. Sektor keuangan membukukan kenaikan keuntungan sekitar 80%. Kenaikan ini didorong oleh kinerja JPMorgan Chase dan HSBC Holdings.

Baca Juga: Terkait Keberatan Freeport Soal Kebijakan Bea Keluar, Pemerintah Belum Revisi Aturan

Industri otomotif juga menonjol. Laba bersih Toyota Motor mencapai ¥ 1 triliun, setara dengan US$ 6,9 miliar. Angka ini meningkat 94% dari tahun sebelumnya dan mengalahkan perkiraan rata-rata analis, yang memperkirakan pendapatan Toyota mencapai ¥ 945,22 miliar. Laba Toyota bisa tumbuh karena kendala pasokan semikonduktor sudah mulai mereda di tahun ini. 

Efek perlambatan ekonomi

Sementara beberapa sektor yang semula menjadi motor penggerak kenaikan kinerja perusahaans secara global kini justru bergerak loyo. Salah satunya adalah sektor material dan energi, yang pada 2022 sangat menguntungkan, kini membukukan penurunan keuntungan sekitar 40%. 

Perusahaan minyak utama asal Amerika Serikat dan Eropa kompak membukukan penurunan keuntungan di tengah ketidakpastian atas prospek ekonomi global termasuk permintaan dari China yang menurun. Belum lagi perusahaan sektor ini harus menderita efek dari penurunan harga minyak. Laba BP misalnya, anjlok 81% dari level tertinggi 14 tahun pada tahun 2022.

Keuntungan industri kimia juga anjlok sekitar 60%. Ini terjadi karena dampak melemahnya permintaan dari pasar Eropa dan China. "Kami menghadapi permintaan yang rendah dari pelanggan utama kami, kecuali dari sektor otomotif," ujar Martin Brudermueller, Chief Executive BASF seperti dikutip Nikkei. Kemerosotan permintaan petrokimia sejalan perlambatan ekonomi China. 

Baca Juga: Ekspansi Internasional Vietjet: Hubungkan Asia Tenggara & Dunia Jadi Duta Penerbangan

Keuntungan di industri peralatan listrik juga turun 30%. Laba bersih perusahaan semikonduktor Qualcomm merosot 50%. Penyebabnya adalah permintaan smartphone yang turun. Ini karena penetrasi pengguna smartphone secara global mencapai 76%. IDC Jepang menghitung pengiriman handset di seluruh dunia turun ke level terendah 10 tahun

Bagikan

Berita Terbaru

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026
| Jumat, 05 Desember 2025 | 15:00 WIB

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026

SMDR tahun ini mengalokasikan belanja modal senilai Rp 4 triliun ayang dialokasikan untuk menambah kapal baru.

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian
| Jumat, 05 Desember 2025 | 14:00 WIB

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian

Target GTSI adalah juga mencari sumber pendapatan baru agar tidak tergantung dari LNG shipping dan FSRU.

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 12:50 WIB

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis

Pendapatan IMAS sampai dengan September 2025 ditopang dari PT IMG Sejahtera Langgeng senilai Rp 14,79 triliun atau tumbuh 15,46% YoY.

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?
| Jumat, 05 Desember 2025 | 10:03 WIB

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?

Dengan target transaksi harian hanya Rp 14,5 triliun, besaran dana untuk menyerap saham free float 15% sekitar Rp 203 triliun termasuk besar.

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:53 WIB

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi

Pergerakan saham teknologi ke depan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen.

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:00 WIB

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut

Banjir ini mencerminkan akumulasi krisis ekologis yang dipicu ekspansi tambang, proyek energi, hingga perkebunan sawit skala besar.

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:32 WIB

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif

RATU memiliki tujuh rencana akuisisi global hingga tiga tahun ke depan, dua diantaranya ditargetkan selesai kuartal IV-2025 dan semester I-2026.

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

INDEKS BERITA

Terpopuler