KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi indeks saham dengan kenaikan tertinggi kedua sepanjang bulan ini dibanding bursa Asia Tenggara lainnya. IHSG naik 4,35%, tertinggi kedua setelah indeks PSEi milik Filipina yang naik 6,88% secara year to date (ytd).
Head of Research Lotus Andalan Sekuritas Krishna Setiawan menilai, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan yang membuat IHSG bisa menduduki peringkat kedua. "Dalam 10 tahun–15 tahun ke depan, Indonesia akan menjadi negara ke tujuh terbaik di dunia, sementara jika dibandingkan negara Asia lainnya saat ini kita termaksud yang terbaik," kata dia, kemarin.
Apalagi, Indonesia terbukti tahan banting meski kerap diterpa sentimen global. Namun Indonesia mampu melewati. Hal ini dibuktikan dari rupiah kian menguat meski neraca pembayaran dan neraca perdagangan defisit.
Itu pula yang menjadi pertimbangan investor memilih berinvestasi di Indonesia. "Jika dibandingkan Malaysia misalnya, pertumbuhan ekonominya tidak sebaik Indonesia. Prospek Indonesia ke depan kalau semua bisa dilalui, seperti misalnya current account tidak lagi defisit, jauh lebih cerah," jelas Krishna.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menambahkan, emiten di BEI juga masih ekspansi. "Saham-saham outperform pergerakannya di tahun ini," tutur Aditya.
Hal ini pula yang membuat investor asing tertarik investasi di Indonesia. Mengutip data Bloomberg, dana asing yang masuk ke pasar modal domestik mencapai US$ 1,79 miliar, paling tinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Nilai tersebut jauh dibandingkan Filipina, dengan jumlah dana asing yang masuk hanya sebesar US$ 340,2 juta.
Krishna menjelaskan, IHSG tidak dapat naik ke posisi tertinggi karena kapitalisasi pasar di Indonesia yang besar. "Karena kapitalisasi pasar bursa saham Indonesia besar, akan lebih sulit untuk menggerek IHSG daripada Filipina," ujar dia.
Menurut Krishna, sentimen yang akan mempengaruhi bursa Asia adalah kesepakatan perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) pada awal Maret. Jika tidak ada titik temu maka The Fed akan kembali menaikkan suku bunga dan asing menarik dana dari Asia. Karena itu, Krishna menyarankan masuk ke saham-saham perbankan, karena terbukti kinerjanya baik.