KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ingin memecah konsentrasi pasar di Jawa. Makanya, produsen semen Tiga Roda tersebut memperkuat fasilitas produksi di Sumatra dalam bentuk pengadaan terminal semen dan pabrik pengantongan semen di Lampung.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Indocement mengabarkan proses commissioningterminal semen dan pabrik pengantongan semen di Lampung sudah selesai. Selanjutnya, kedua aset tersebut beroperasi mulai 17 Januari 2019.
Terminal semen Lampung memiliki kapasitas distribusi 1.000 ton semen curah per hari. Sementara pabrik pengantongan mampu mengepak hingga 1.500 kantong semen per hari.
Sebelum Lampung, Indocement terlebih dahulu memperkuat infrastruktur di Palembang, Sumatra Selatan. Perusahaan itu membangun dua fasilitas pengantongan dengan kapasitas 500.000 ton semen per tahun.
Tentu, Indocement tak sembarang berinvestasi. Manajemen perusahaan ini mengaku, pengembangan aneka fasilitas produksi tersebut mempertimbangkan potensi permintaan di Sumatra.
Adapun pemantik pasar semen Sumatra adalah pembangunan proyek jalan tol Trans Sumatra. "Potensi pasar di Sumatra akan berkembang signifikan akibat efek domino dari pembangunan jalan tol tersebut," ujar Antonius Marcos, Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk saat dihubungi KONTAN, Senin (21/1).
Sejauh ini, Indocement belum dapat membeberkan target produksi semen maupun target kinerja keuangan tahun 2019. Mereka masih dalam tahap finalisasi target.
Kalau berkaca dari tahun lalu, Indocement mencatatkan volume penjualan semen sebesar 18 juta ton atau 6% lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi penjualan semen pada tahun 2017. Pasar semen Jawa dan Sumatra menyerap produksi mereka hingga sekitar 74%. Sisanya adalah serapan pasar Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan kawasan Indonesia bagian Timur.
Sebagai perbandingan, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat total pemakaian semen dalam negeri sepanjang tahun 2018 mencapai 69,51 juta ton. Jadi kalau mengacu data tersebut, dekapan pangsa pasar Indocement tahun lalu sebesar 25,89%.
Yang pasti, agenda Indocement tahun 2019 tak cuma mengejar pertumbuhan kinerja. Mereka juga berencana memacu efisiensi biaya. Salah satu caranya dengan mengganti sumber energi gas dengan batubara dan bahan bakar alternatif.
Selain itu, Indocement bakal memperkuat pasar utama. "Kami fokus di home market serta mencari terobosan terobosan alternatif alternatif moda logistik yang lebih efisien," tutur Antonius.
Hingga 30 September 2018, mencatatkan pertumbuhan pendapatan 2,47% year on year (yoy) menjadi Rp 10,77 triliun. Namun beban pokok pendapatan naik lebih tinggi lagi, yakni 14,51% yoy menjadi Rp 7,89 triliun.