Infasi Pangan

Kamis, 03 Februari 2022 | 09:00 WIB
Infasi Pangan
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi mulai melaju di awal tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bulan Januari 2022 sebesar 0,56%, lebih rendah dari inflasi bulan Desember 2021 yang 0,57%.

Namun, inflasi secara tahunan di bulan Januari 2022 mencapai 2,18%. Inflasi tahunan tersebut yang tertinggi dalam hampir dua tahun atau sejak Mei 2020. Meski tingkat inflasi tahunan masih dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) yakni 3% plus minus 1% atau antara 2% hingga 4%, laju inflasi di awal tahun tersebut tetap perlu mendapat perhatian.

Satu sisi, kenaikan inflasi ini bisa menjadi kabar baik. Karena bisa saja kenaikan inflasi menjadi pertanda bahwa ekonomi Indonesia makin menggeliat.
Permintaan meningkat sehingga harga-harga barang berangsur mendaki. Kenaikan inflasi juga bisa menjadi indikator membaiknya daya beli masyarakat.

Nah, menurut data BPS, tingkat inflasi inti tahunan, yang tidak termasuk harga yang dikendalikan pemerintah, ternyata naik menjadi 1,84% pada Januari 2022, dibandingkan Desember 2021 lalu yang sebesar 1,56%.

Inflasi inti yang meningkat ini menandakan daya beli masyarakat yang semakin membaik. Tentu ini kabar menggembirakan karena daya beli yang meningkat akan menggenjot permintaan dan ujungnya akan berdampak positif ke pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, yang perlu mendapat perhatian adalah kenaikan inflasi pada bulan Januari 2022 juga karena digerakkan naiknya harga pangan. Kelompok makanan dan minuman malah menyumbang inflasi tertinggi di bulan tersebut.

Kita tahu, harga beberapa kebutuhan pokok masyarakat memang beranjak naik. Yang masih hangat tentu harga minyak goreng yang sempat melejit sampai akhirnya pemerintah turun tangan dengan menetapkan harga eceran tertinggi minyak goreng.

Polemik minyak goreng sepertinya belum usai. Karena walau harga diturunkan, masyarakat masih banyak yang mengeluh kesulitan mendapatkan minyak goreng. Tak cuma minyak goreng, harga beras belakangan juga mulai naik. Di bulan Januari lalu, kenaikan harga beras tercatat menyumbang inflasi 0,03%.

Nah, potensi kenaikan harga bahan pangan ini yang perlu dikendalikan. Pangan menyangkut hajat hidup masyarakat. Pemerintah jelas punya peran besar dalam mengendalikan harga pangan agar tak tambah liar.

Menjamin pasokan dan kelancaran distribusi adalah bagian tugas pemerintah meredam lonjakan inflasi dari bahan pangan.  

Bagikan

Berita Terbaru

Kredit Sindikasi Perbankan Mulai Berangsur Pulih
| Jumat, 28 November 2025 | 14:13 WIB

Kredit Sindikasi Perbankan Mulai Berangsur Pulih

Sepanjang 2025 berjalan, penyaluran kredit sindikasi perbankan mencapai US$ 23,62 miliar angka ini menurun sekitar 12%.

PetroChina Investasi Besar Demi Eksplorasi Blok Jabung, RATU Punya 8 Persen PI
| Jumat, 28 November 2025 | 10:40 WIB

PetroChina Investasi Besar Demi Eksplorasi Blok Jabung, RATU Punya 8 Persen PI

PetroChina akan menggelar eksplorasi 6 sumur baru dan 11 sumur work over di Blok Jabung hingga 2028.

Operator Telekomunikasi Optimalkan Layanan AI
| Jumat, 28 November 2025 | 08:50 WIB

Operator Telekomunikasi Optimalkan Layanan AI

Perkembangan ini menjadi hal positif apalagi industri telekomunikasi saat ini sudah menyebar ke banyak wilayah Tanah Air.

Voksel Electric (VOKS) Mengejar Target Pertumbuhan 15%
| Jumat, 28 November 2025 | 08:40 WIB

Voksel Electric (VOKS) Mengejar Target Pertumbuhan 15%

VOKS membidik proyek ketenagalistrikan baru, termasuk melalui lelang yang akan dilakukan PT PLN (Persero).

Berharap Bisnis Melaju dengan Diskon Nataru
| Jumat, 28 November 2025 | 08:30 WIB

Berharap Bisnis Melaju dengan Diskon Nataru

Tak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah berharap program diskon belanja ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Prodia Widyahusada (PRDA) Siapkan Strategi Bisnis di 2026
| Jumat, 28 November 2025 | 08:10 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) Siapkan Strategi Bisnis di 2026

Pada tahun depan, Prodia jWidyahusada membidik posisi sebagai South East Asia (SEA) Referral Laboratory.

DOID Akan Terbitkan Global Bond Setara Rp 8,31 Triliun
| Jumat, 28 November 2025 | 08:01 WIB

DOID Akan Terbitkan Global Bond Setara Rp 8,31 Triliun

Rencana penerbitan global bond merupakan bagian dari strategi DOID untuk mempertahankan sumber pendanaan yang terdiversifikasi. 

Konsumsi Produk Bisa Meningkat, Prospek KLBF Semakin Sehat
| Jumat, 28 November 2025 | 07:53 WIB

Konsumsi Produk Bisa Meningkat, Prospek KLBF Semakin Sehat

Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) KLBF pada 2026 masih prospektif dengan ditopang segmen pharma (prescription) dan consumer health. 

Realisasi Marketing Sales Anjlok, Kinerja Agung Podomoro Land (APLN) Ikut Jeblok
| Jumat, 28 November 2025 | 07:47 WIB

Realisasi Marketing Sales Anjlok, Kinerja Agung Podomoro Land (APLN) Ikut Jeblok

Kinerja PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) loyo di sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Lemahnya daya beli jadi salah satu pemicunya.

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI
| Jumat, 28 November 2025 | 07:36 WIB

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI

Penerapan demutualisasi dinilai tidak akan berdampak kepada investor. Justru, itu jadi sarana BEI untuk menerapkan good corporate governance. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler