KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing terus mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di seluruh pasar pasca pengumuman turunnya suku bunga acuan. Meski begitu, masih ada sejumlah saham di dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi buruan investor asing.
Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal pekan ini dilanda net sell sebesar Rp 246,86 miliar. Sehingga, selama sepekan terakhir, net sell asing mencapai Rp 1,52 triliun.
Pada saat yang bersamaan, investor asing tetap melakukan aksi beli (net buy) atas sejumlah saham di dengan kapitalisasi pasar besar (big cap) yang juga sekaligus anggota Indeks LQ45.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi favorit investor asing. Net buy di saham ini selama sepekan mencapai Rp 208,86 miliar.
Nilai tersebut menjadikan saham BBCA menjadi saham yang paling banyak diburu asing disusul oleh sejumlah saham lainnya (lihat tabel).
Aktivitas Transaksi Investor Asing Sepekan Terakhir | |||
---|---|---|---|
Net Buy | Net Sell | ||
Saham | Nilai | Saham | Nilai |
BBCA | Rp 208,86 miliar | BMRI | Rp 133,63 miliar |
GGRM | Rp 145,06 miliar | TLKM | Rp 123,32 miliar |
ASII | Rp 91,3 miliar | SMGR | Rp 115,96 miliar |
UNTR | Rp 81,54 miliar | BBTN | Rp 92,36 miliar |
JSMR | Rp 74,76 miliar | BBRI | Rp 83,48 miliar |
BBNI | Rp 65,97 miliar | SRIL | Rp 55,49 miliar |
ICBP | Rp 59,6 miliar | KLBF | Rp 36,32 miliar |
MNCN | Rp 49,02 miliar | ADRO | Rp 17,32 miliar |
INDF | Rp 42,23 miliar | PGAS | Rp 10,12 miliar |
UNVR | Rp 27,31 miliar | HMSP | Rp 8,07 miliar |
Sumber: RTI |
Perburuan bahkan masih berlanjut hingga perdagangan awal pekan ini. Kemarin, (Senin (22/7), net buy asing di saham BBCA tercatat Rp 65,68 miliar.
Sebaliknya, investor asing justru nampak menghindari saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan sejumlah saham big cap dalam LQ45 selama sepekan terakhir.
Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun mengatakan, investor asing menyukai saham BBCA karena fundamentalnya yang menarik. Bahkan, bisa dibilang lebih menarik dibanding saham bank big cap lainnya.
"Pendapatan bunga bersih mereka akan terus tumbuh hingga dua digit, sedangkan bank lain mungkin masih satu digit," ujar Lee, Senin (22/7). Ini karena BBCA mengedepankan dana dari pihak ketiga.
Nafan Aji, analis Binaartha Sekuritas menilai, investor asing meminati saham BBCA karena perusahaan tergolong rajin membagikan dividen.
Secara umum, sentimen penurunan suku bunga bisa mendorong investor ramai-ramai masuk ke bursa saham, tak terkecuali investor asing. Ketika asing masuk, saham big cap menjadi buruan utama.
Hampir semua saham bank BUKU IV merupakan saham big cap. Namun, ada satu hal yang terlewatkan oleh pelaku pasar.
"Pasar belum memasukkan faktor potensi pertumbuhan laba bersih 20% secara tahunan pada 2020," tulis Raphon Prima, analis UOB Kay Hian dalam riset 22 Juli.
Pasalnya, menurut Raphon, penurunan suku bunga bisa mendorong pendapatan provisi bank atau pre-provision operating profit (PPOP). Diperkirakan, PPOP bank tahun depan bisa tumbuh 17%. Kenaikan PPOP itu akan ditranslasikan menjadi pertumbuhan laba bersih 20% selama bank mampu menurunkan beban provisi.
"Sekarang, kondisinya berbeda. Bank, kecuali BBCA, mulai mencatatkan penurunan beban provisi dan non-performing loan (NPL) yang stabil," jelas Raphon.
Oleh karena itu, dia menjadikan BBNI menjadi salah satu jagoannya ketimbang BBCA. Dia merekomendasikan buy saham ini dengan target harga Rp 10.600 per saham.
Sementara, menurut Lee, saham BMRI, ADHI, INDF, TLKM, dan UNTR bisa menjadi alternatif pilihan.