Ini Saham yang Diburu dan Dihindari Investor Asing

Selasa, 23 Juli 2019 | 05:42 WIB
Ini Saham yang Diburu dan Dihindari Investor Asing
[]
Reporter: Akhmad Suryahadi, Dityasa H Forddanta, Yasmine Maghfira | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing terus mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di seluruh pasar pasca pengumuman turunnya suku bunga acuan. Meski begitu, masih ada sejumlah saham di dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi buruan investor asing.

Seperti diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal pekan ini dilanda net sell sebesar Rp 246,86 miliar. Sehingga, selama sepekan terakhir, net sell asing mencapai Rp 1,52 triliun.

Pada saat yang bersamaan, investor asing tetap melakukan aksi beli (net buy) atas sejumlah saham di dengan kapitalisasi pasar besar (big cap)  yang juga sekaligus anggota Indeks LQ45.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi favorit investor asing. Net buy di saham ini selama sepekan mencapai Rp 208,86 miliar.

Nilai tersebut menjadikan saham BBCA menjadi saham yang paling banyak diburu asing disusul oleh sejumlah saham lainnya (lihat tabel).

 

Aktivitas Transaksi Investor Asing Sepekan Terakhir
Net Buy Net Sell
Saham Nilai Saham Nilai
BBCA Rp 208,86 miliar BMRI Rp 133,63 miliar
GGRM Rp 145,06 miliar TLKM Rp 123,32 miliar
ASII Rp 91,3 miliar SMGR Rp 115,96 miliar
UNTR Rp 81,54 miliar BBTN Rp 92,36 miliar
JSMR Rp 74,76 miliar BBRI Rp 83,48 miliar
BBNI Rp 65,97 miliar SRIL Rp 55,49 miliar
ICBP Rp 59,6 miliar KLBF Rp 36,32 miliar
MNCN Rp 49,02 miliar ADRO Rp 17,32 miliar
INDF Rp 42,23 miliar PGAS Rp 10,12 miliar
UNVR Rp 27,31 miliar HMSP Rp 8,07 miliar
Sumber: RTI

Perburuan bahkan masih berlanjut hingga perdagangan awal pekan ini. Kemarin, (Senin (22/7), net buy asing di saham BBCA tercatat Rp 65,68 miliar.

Sebaliknya, investor asing justru nampak menghindari saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan sejumlah saham big cap dalam LQ45 selama sepekan terakhir.

Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun mengatakan, investor asing menyukai saham BBCA karena fundamentalnya yang menarik. Bahkan, bisa dibilang lebih menarik dibanding saham bank big cap lainnya.

"Pendapatan bunga bersih mereka akan terus tumbuh hingga dua digit, sedangkan bank lain mungkin masih satu digit," ujar Lee, Senin (22/7). Ini karena BBCA mengedepankan dana dari pihak ketiga.

Nafan Aji, analis Binaartha Sekuritas menilai, investor asing meminati saham BBCA karena perusahaan tergolong rajin membagikan dividen.

Secara umum, sentimen penurunan suku bunga bisa mendorong investor ramai-ramai masuk ke bursa saham, tak terkecuali investor asing. Ketika asing masuk, saham big cap menjadi buruan utama.

Hampir semua saham bank BUKU IV merupakan saham big cap. Namun, ada satu hal yang terlewatkan oleh pelaku pasar.

"Pasar belum memasukkan faktor potensi pertumbuhan laba bersih 20% secara tahunan pada 2020," tulis Raphon Prima, analis UOB Kay Hian dalam riset 22 Juli.

Pasalnya, menurut Raphon, penurunan suku bunga bisa mendorong pendapatan provisi bank atau pre-provision operating profit (PPOP). Diperkirakan, PPOP bank tahun depan bisa tumbuh 17%. Kenaikan PPOP itu akan ditranslasikan menjadi pertumbuhan laba bersih 20% selama bank mampu menurunkan beban provisi.

"Sekarang, kondisinya berbeda. Bank, kecuali BBCA, mulai mencatatkan penurunan beban provisi dan non-performing loan (NPL) yang stabil," jelas Raphon.

Oleh karena itu, dia menjadikan BBNI menjadi salah satu jagoannya ketimbang BBCA. Dia merekomendasikan buy saham ini dengan target harga Rp 10.600 per saham.

Sementara, menurut Lee, saham BMRI, ADHI, INDF, TLKM, dan UNTR bisa menjadi alternatif pilihan.

Bagikan

Berita Terbaru

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:25 WIB

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes

KLBF jaga dividen 50‑60% sambil menyiapkan produksi X‑Ray, dialyzer, dan kolaborasi CT Scan dengan GE.

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental

Tekanan yang dialami saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) berpotensi berlanjut namun dinilai belum membalikkan tren.

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan.

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:40 WIB

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah

Pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama outlook kinerja emiten kertas pada 2026.

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:34 WIB

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo

Di tengah tren penurunan harga CPO global, sejumlah emiten sawit tetap memasang target pertumbuhan kinerja pada 2026.

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%

Hingga saat ini sudah ada 741.985 tenaga kerja yang terlibat dalam melayani program makan bergizi gratis.

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar

Emiten yang berafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini mengambil alih PT Bukit Permai Properti, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:29 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah

Tekanan kehati-hatian datang dari pergerakan rupiah yang melemah ke Rp16.685 per dolar AS di pasar spot pada saat indeks dolar AS melemah. 

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:25 WIB

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed

Penawaran umum perdana saham (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) kelebihan permintaan atau oversubscribed 318,69 kali.

INDEKS BERITA

Terpopuler