KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga membuat investor lebih banyak memburu obligasi tenor pendek daripada tenor panjang. Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), volume transaksi surat utang negara (SUN) seri FR0090 yang bertenor 5 tahun dan FR0091 dengan tenor 10 tahun lebih besar dari volume transaksi FR0093 yang bertenor 15 tahun dan FR0092 yang bertenor 20 tahun (lihat tabel).
SUN Benchmark Teraktif* | ||
Seri | Volume** | Frekuensi*** |
FR0090 | 1,069 | 32 |
FR0091 | 1,292 | 180 |
FR0093 | 244 | 119 |
FR0092 | 958 | 219 |
Total | 3,563 | 550 |
Sumber: Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) | ||
Ket:*Sepanjang Januari 2022, **Rp miliar per hari, ***kali per hari |
Head of Research & Market Information Department PHEI Roby Rushandie mengatakan, initerjadi karena pelaku pasar mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga yang lebih agresif ke depan. "SUN tenor pendek lebih sensitif terhadap ekspektasi pergerakan suku bunga," kata Roby, Senin (7/2).
Volume transaksi yang lebih besar juga menandakan suplai atau nilai outstanding FR0090 dan FR0091 yang beredar di pasar jauh lebih besar.
Meski begitu, rata-rata frekuensi transaksi FR0093 dan FR0092 lebih tinggi dibandingkan volume transaksi yang tercatat pada SUN seri FR0090. Ini lantaran pasokan SUN seri tenor panjang yang memang lebih rendah dari SUN tenor pendek.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto juga mengatakan, pasokan SUN seri tenor panjang lebih rendah karena memiliki risiko yang lebih tinggi.
Dalam jangka pendek, Ramdhan memprediksi volume transaksi dan frekuensi di pasar obligasi cenderung belum akan tumbuh signifikan. Alasannya, investor masih wait and see. Jika ketidakpastian ekonomi masih tinggi, maka investor akan cenderung menghindari obligasi tenor panjang.