Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 10

Senin, 16 Januari 2023 | 07:00 WIB
Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 10
[]
Lukas Setia Atmaja | Founder HungryStock Community (www.hungrystock.com), IG: lukas_setiaatmaja

KONTAN.CO.ID - Nama Lo Kheng Hong (LKH) sudah tidak asing lagi di pasar saham dalam negeri. Lantaran dikenal mumpuni dalam berinvestasi saham, banyak orang penasaran dengan gaya investasi pria ini.

Artikel ini berisi tanya jawab dengan Lo Kheng Hong sekitar topik seni berinvestasi saham dengan gaya value investing. Pertanyaan diambil dari Kuliah Umum di Prasetiya Mulya dan Webinar Lo Kheng Hong.

Investor: Pak Lo mengatakan, bapak selalu tenang dalam melakukan investasi saham. Tapi pernah enggak Pak Lo khawatir saat berinvestasi saham?

LKH: Orang kalau membeli sesuatu yang dia tidak tahu, tentu dia mudah khawatir. Mungkin dia membeli sesuatu berdasarkan bisikan temannya. Atau dia membeli saham itu karena ada orang yang promosi, jadi membeli karena ada influence. Dia tidak tahu apa yang dia beli, tentu hidupnya akan diisi oleh kekhawatiran.

Saya tidak khawatir kenapa? Saya tahu apa yang saya beli. Yang saya beli adalah perusahaan yang bagus dan murah, yang saya beli adalah Mercy di harga Avanza. Di dunia nyata, tidak ada orang bodoh yang mau menjual Mercy seharga Avanza. Tapi di Bursa Efek Indonesia, ada, lo, orang yang tidak tahu dia punya Mercy dan menjualnya seharga Avanza. Saya beli perusahaan yang seperti itu.

Ada yang saya khawatirkan? Enggak! Ada margin of safety (MOS) yang besar, ada keamanan investasi buat saya. Contohnya, saya minggu lalu dalam tiga hari beli perusahaan properti yang sahamnya diperdagangkan di bursa. Perusahaannya enggak punya utang. Nilai bukunya sekitar
Rp 800 per saham, harga sahamnya cuma Rp 108. Price-to-book hanya 0,12 kali, artinya terdiskon 88% dari book value. Saya beli karena merasa murah sekali.

Jadi kalau saya sudah membeli perusahaan yang terdiskon begitu banyak, perusahaan tidak punya utang, apa yang harus saya khawatirkan? Misal kita beli ruko seharga Rp 3 miliar dan di bursa ada yang jual properti terdiskon 88%, dengan price-to-book 0,12 kali, artinya ruko yang 3 miliar tadi bisa didapat hanya seharga Rp 360 juta.

Jadi, ya, kita beli saja. Di dunia nyata enggak ada yang seperti itu, tapi di Bursa Efek Indonesia ada fenomena seperti itu. Jadi kalau saya membeli misalnya, ruko yang harganya Rp 3 miliar tapi saya hanya bayar Rp 360 juta, terus apa yang perlu saya khawatirkan? Ya pasti enggak khawatir, hanya tinggal menunggu saja sampai harga tersebut balik ke harga wajarnya, yang seharga Rp 3 miliar tadi.

Investor: Bagaimana pendapat Bapak tentang investor seperti Cathie Wood, yang menggunakan metode growth investing, pemilihan saham berdasarkan konsep disruptive innovation. Walaupun perusahaan tersebut sudah dibilang over-valued atau kemahalan, Chatie Wood tetap membelinya karena menganggap ada potensi pertumbuhan perusahaan dengan disruptive innovation. Misalnya waktu Cathie Wood mulai beli saham Tesla, sahamnya sudah naik banyak.

LKH: Saya enggak pernah dengar Cathie Wood. Saya hanya percaya pada satu orang, kepada Warren Buffet yang sudah terbukti investor saham yang memiliki kekayaan
US$ 100 miliar. Kalau Cathie Wood, duitnya berapa? Jadi saya enggak percaya kepada semua orang, kecuali dia sudah membuktikan dia kaya dari saham. Kalau dia belum kaya dari saham, enggak usah dikutip dia ngomong apa.

Seperti Jack Ma bilang, kalau orang kaya, apapun yang dia katakan terasa bijak dan inspiratif. Jadi kalau dia belum membuktikan dia seorang yang sudah kaya dari investasi saham, lupakan saja. Ingat Warren Buffett saja, yang sudah terbukti. Ikutin dia saja. Kalau ada orang yang duitnya sudah lebih dari Warren Buffet senilai US$ 100 miliar, baru kita ikutin dia.

Investor: Bagaimana cara Pak Lo membeli saham dalam jumlah besar, misalnya Rp 200 miliar, tapi tidak menyebabkan harga saham tersebut naik signifikan? Apakah Pak Lo hanya membelinya di pasar negosiasi?

LKH: Ya, kalau berbelanja Rp 200 miliar dalam sehari ya harus di pasar negosiasi, sudah deal dengan yang punya saham tersebut. Jadi transaksi ditutup sendiri. Kalau membeli di pasar reguler, Rp 200 miliar sehari rada susah, kecuali untuk saham blue chip seperti saham BBCA.

Sedangkan saham-saham yang saya beli, kan, yang harganya di bawah Rp 1.000 semua, Banyak itu yang harganya di bawah Rp 1.000, jadi enggak mungkin bisa beli Rp 200 miliar tanpa ada kenaikan harga saham. Jadi saya membeli saham senilai Rp 200 miliar tanpa menyebabkan kenaikan harga itu karena saya langsung tutup sendiri sama si pemilik saham.

Investor: Apakah Pak Lo itu selalu baru akan menjual sahamnya ketika keuntungan sudah minimal 1 bagger (100%)? Mungkin ada kalanya Pak Lo sudah puas dengan keuntungan di bawah 100%?

LKH: Bisa. Kalau saya lihat perusahaan saya kinerjanya kurang bagus, bisa saya jual. Baru untung 50% juga saya suruh jual. Saya kecewa lihat kinerjanya, atau kinerjanya jelek, saya jual. Saya kecewa, tappi sudah untung 50%, karena saya takut saham ini harganya turun, ya sudah, saya jual. Jadi enggak ada patokan. Tergantung kinerjanya juga.

Warren Buffett juga demikian. Dia akan pegang selamanya kalau perusahaan bagus. Tapi seperti ketika dia pegang sektor penerbangan yang rugi besar, ya dia enggak pegang selamanya. Dia cut loss juga. Jadi tergantung pada sahamnya. Kalau masih bagus, masih murah, ya enggak mungkin untung 50% sudah dijual.

Seperti saham Petrosea saya, itu cukup banyak untungnya. Tapi saya belum lepas. Sudah, saya biarkan saja. Jadi tergantung. Kalau kinerjanya buruk, belum satu kali juga sudah saya jual.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Industri Semen Tertekan, Menakar Prospek Saham Semen Baturaja (SMBR)
| Kamis, 11 Desember 2025 | 10:00 WIB

Industri Semen Tertekan, Menakar Prospek Saham Semen Baturaja (SMBR)

Kinerja industri semen yang lesu, dipengaruhi oleh lemahnya permintaan pasar domestik, terutama penyelesaian proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:34 WIB

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak

Rasio kepatuhan wajib pajak orang pribadi nonkaryawan merosot ke 27,96%, terendah dalam lima tahun terakhir

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:10 WIB

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN

Investasi ini bukan hanya nilai ekonomi, tapi membangun kedaulatan digital Indonesia yang menghasilkan inovasi dan nilai tambah ekonomi nasional.

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:09 WIB

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI

AS tuding Indonesia mengingkari komitmen yang telah disepakati dalam perjanjian tarif Juli          

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:29 WIB

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Analis memperkirakan, pasar mulai priced in terhadap pemangkasan suku bunga The Fed. Dari domestik, pasar berharap pada momentum akhir tahun.

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:07 WIB

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026

AGII memproyeksikan bakal menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sekitar Rp 350 miliar pada 2026. 

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:45 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 656,96 triliun per November 2025. 

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:40 WIB

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik

Trafik jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) bakal lebih ramai, sehingga bisa memoles kinerja JSMR

Cermat Memilih Saham Selera Pasar
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:37 WIB

Cermat Memilih Saham Selera Pasar

Saham BUMI, DEWA, GOTO, hingga BKSL menjadi saham dengan volume perdagangan saham terbesar tahun ini

Bea Keluar Berlaku, Emiten Emas Masih Bisa Berkilau
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:34 WIB

Bea Keluar Berlaku, Emiten Emas Masih Bisa Berkilau

Pemerintah resmi menetapkan pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor seperti emas, akan menjadi sentimen bagi pergerakan harga emiten emas

INDEKS BERITA

Terpopuler