ILUSTRASI. Kilang LPG milik PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). DOK/ESSA
Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tedy Gumilar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketergantungan Indonesia terhadap liquefied petroleum gas (LPG) impor menjadi ironi yang mengenaskan lantaran negara ini sebetulnya kaya akan cadangan gas alam. Bahkan hingga beberapa tahun ke depan, impor masih tetap menjadi beban dan pekerjaan rumah yang tak kunjung rampung.
Produksi yang minim tak bisa mengimbangi permintaan yang makin meninggi, terutama setelah pemerintah menggalakkan program konversi minyak tanah ke LPG pada 2007 silam. Di sisi lain, kapasitas produksi LPG di dalam negeri juga tak bisa menjadi tumpuan. Proyek gasifikasi batubara menjadi dimetil eter untuk menggantikan LPG pun jalan di tempat.
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? Masuk
Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.