Jaga Perubahan Iklim, Perusahaan Didorong Menggunakan Energi Terbarukan

Selasa, 22 Januari 2019 | 10:45 WIB
Jaga Perubahan Iklim, Perusahaan Didorong Menggunakan Energi Terbarukan
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Demi menjaga perubahan iklim terkendali, setidaknya lebih dari miliaran ton bahan dan kemasan di dunia harus didaur ulang setiap tahun. Hanya sekitar sepersepuluh dari 93 miliar ton bahan yang digunakan seperti mineral, logam dan bahan bakar fosil serta biomassa dapat digunakan kembali.

Temuan ini diungkap oleh perusahaan sosial Circle Economy yang berbasis di Amsterdam. Sebanyak 62% emisi dihasilkan dalam proses pembuatan barang dan berimbas pada perubahan iklim. Untuk mengatasi perubahan iklim, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang fokus pada energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi dan menghentikan deforestasi.

Harald Friedl, CEO Circle Economy mengatakan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dapat membantu menghindari kenaikan rata-rata suhu global. Idealnya kenaikan rata-rata di bawah 2 derajat celcius.

Sejak tahun 1970, jumlah bahan yang digunakan meningkat tiga kali lipat dan jumlah itu diprediksi bertambah banyak pada 2050 jika tak ada tindakan yang diambil. Friedl menyebut untuk mengurangi limbah dan emisi, proses dan kegiatan ekonomi harus mendaur ulang dengan menggunakan kembali produk.

“Mendaur ulang kemasan dan bahan mungkin sulit, begitu juga mengubah kebiasaan konsumen dan bisnis perlu peraturan yang tepat, tapi upaya itu layak dilakukan,” kata Friedl seperti dikutip Reuters, Selasa (22/1).

Friedl menambahkan, ekonomi dan urbanisasi yang berkembang di Asia mendorong investasi besar dalam sektor konstruksi dan infrastruktur, dapat menawarkan peluang untuk mempromosikan ekonomi sirkular.

Di Eropa, laporan tersebut mendesak negara-negara di kawasan tersebut untuk memaksimalkan nilai bangunan dengan memperpanjang umur bangunan, meningkatkan efisiensi energi dan menemukan kegunaan baru bagi mereka.

Ada tiga strategi besar untuk beralih ke ekonomi sirkular. Yaitu, penggunaan produk harus maksimal, seperti program ride-sharing dan menggunakan mobil dengan cermat agar tahan lebih lama.

Selain itu, daur ulang dan mengurangi limbah juga penting. Seperti menggunakan bahan alami rendah karbon dalam proses konstruksi di antaranya menggunakan bambu dan kayu, bukan semen.

Dari sisi kebijakan, pemerintah juga harus mengadopsi rencana perpajakan dan pengeluaran yang mendorong program ekonomi sirkular. Misal, menaikkan pungutan emisi dan produk limbah berlebihan sambil memotong untuk tenaga kerja inovasi dan investasi.

Insentif keuangan yang mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan seperti bahan bakar fosil harus dihapus. “Ini cara yang paling mudah untuk menyelamatkan dunia,” kata Friedl.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas
| Senin, 17 November 2025 | 17:38 WIB

Bunga KUR Dipatok Flat 6% Mulai 2026, UMKM Bisa Ajukan KUR Tanpa Batas

Menteri UMKM Maman Abdurrahman umumkan perubahan signifikan KUR: bunga flat 6% dan pengajuan tanpa batas mulai 2026. 

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun
| Senin, 17 November 2025 | 16:35 WIB

Pemerintah Siap Patok Bea Keluar Emas, Targetkan Penerimaan Hingga Rp 2 Triliun

Besaran tarif dalam usulan ini bersifat progresif, mengikuti perkembangan harga emas dunia atau harga mineral acuan (HMA)

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis
| Senin, 17 November 2025 | 13:17 WIB

Kinerja BBCA Oktober: Pertumbuhan Laba Melambat Tapi Masih Sesuai Proyeksi Analis

BCA catat laba Rp 48,26 triliun di Oktober 2025, naik 4,39% secara tahunan dan sesuai proyeksi analis

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian
| Senin, 17 November 2025 | 10:33 WIB

Membedah Dampak Redenominasi Rupiah untuk Perekonomian

Situasi ekonomi suatu negara sangat mempengaruhi keberhasilan redenominasi. Ada beberapa aspek yang membuat kebijakan ini gagal.

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi
| Senin, 17 November 2025 | 09:57 WIB

Pelemahan Harga Properti, CTRA dan SMRA Tahan Banting dan Lebih Bisa Beradaptasi

Survei harga properti BI menunjukkan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer melambat, hanya naik 0,84% YoY hingga kuartal III-2025

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy
| Senin, 17 November 2025 | 08:30 WIB

Strategi Transformasi ASSA Berbuah Manis: Laba Melonjak, Saham Direkomendasikan Buy

Laba bersih PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) melompat didorong bisnis logistik dan penjualan kendaraan bekas.

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?
| Senin, 17 November 2025 | 08:09 WIB

Daya Beli Konsumen bisa Menguat, Saham Ritel AMRT dan MIDI Siap Tancap Gas?

Menjelang momen musiman Nataru, kinerja emiten ritel modern seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) diprediksi menguat.

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan
| Senin, 17 November 2025 | 08:00 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Pecah Rekor Rp 621 Tiliun, Aset Defensif jadi Andalan

Tujuh tahun mentok di sekitar Rp 500-an triliun, akhirnya dana kelolaan industri reksadana tembus level Rp 600 triliun.  

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun
| Senin, 17 November 2025 | 06:45 WIB

Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Berdasarkan catatan salah satu mitra distribusi, Bibit, ST015 tenor dua tahun ST015T2 mencatatkan penjualan lebih banyak

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri
| Senin, 17 November 2025 | 06:30 WIB

Prospek Ekonomi Global Mendongkrak Logam Industri

Harga logam industri terangkat oleh kombinasi sentimen makro yang membaik serta tekanan pasokan global yang belum mereda.

INDEKS BERITA

Terpopuler