Jatuh Tempo Terlewati, Pasar Tunggu Rencana Evergrande untuk Penuhi Kewajiban

Jumat, 24 September 2021 | 11:27 WIB
Jatuh Tempo Terlewati, Pasar Tunggu Rencana Evergrande untuk Penuhi Kewajiban
[ILUSTRASI. Papan nama gedung China Evergrande Centre di Hong Kong, China. 25 Agustus 2021. REUTERS/Tyrone Siu]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG/SINGAPURA. Ketidakmampuan Evergrande Group melunasi utang yang jatuh tempo semakin membayang. Di saat para investor global cemas menanti informasi tentang pembayaran bunga obligasi dollar yang jatuh tempo pada Kamis (23/9), yang muncul justru kabar bahwa pengembang properti terbesar kedua di China itu baru akan memberi penjelasan rinci di bulan mendatang, demikian penuturan sumber yang mengetahui permasalahan tersebut.

Kesulitan Evergrande melunasi kewajibannya telah menarik perhatian global dalam beberapa pekan terakhir. Pasar mencemaskan masalah yang membelit Evergrande akan berbuntut panjang, menjadi risiko sistemik bagi, tak hanya, sistim keuangan China, tetapi juga pasar keuangan di negara lain.

Perusahaan yang identik dengan bisnis yang menggemuk berkat utang tersandung masalah beberapa bulan terakhir. Salah satu pemicunya adalah kebijakan Beijing mengetatkan aturan di sektor properti untuk mengendalikan tingkat utang dan spekulasi. 

Baca Juga: Mayoritas bursa Asia menguat pada perdagangan Jumat (24/9) pagi

“Ripple effect jelas merupakan risiko. Terutama untuk pasar keuangan yang terbiasa dengan praktik bailout,” ujar Christopher Wood dalam laporan penelitian yang dipublikasi Jefferies.

Evergrande menyelesaikan pembayaran kupon pada satu seri obligasinya yang diperdagangkan di bursa Shenzhen awal minggu ini. Namun, Evergrande masih harus melunasi bunga obligasi dollar AS senilai US$ 83,5 juta pada Kamis (23/9), dan bunga obligasi dolar seri lainnya, senilai US$ 47,5 juta, minggu depan.

Kedua obligasi luar negeri itu akan berstatus gagal bayar jika perusahaan yang memiliki utang dengan nilai total US$ 305 miliar, tidak melunasi bunga dalam waktu 30 hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran. 

Baca Juga: Pakar kripto sebut sekarang saatnya beli Bitcoin, ini alasannya

Beberapa pemegang obligasi berhenti berharap untuk mendapatkan pembayaran kupon obligasi luar negeri tepat pada waktunya, pada Kamis kemarin, demikian penuturan sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan. Seorang pemegang obligasi dolar AS mengatakan, mereka belum menerima pembayaran bunga hingga penutupan pasar Asia, kemarin.

Saat penutupan perdagangan di New York semakin mendekat, masih belum ada pengumuman dari Evergrande tentang pembayaran tersebut. Seorang juru bicara perusahaan tidak menanggapi permintaan komentar.

Bloomberg Law, pada Kamis kemarin, memberitakan regulator China meminta eksekutif Evergrande untuk menghindari default jangka pendek pada obligasi dolar dan untuk berkomunikasi secara proaktif dengan pemegang obligasi, mengutip orang yang mengetahui masalah tersebut.

"Mereka tidak ingin default sekarang," kata Connor Yuan, head of emerging market flow credit trading for Asia di Goldman Sachs. “Mengingat ada masa tenggang 30 hari, saya pikir kemungkinan besar kupon tidak akan dilunasi di hari ini, tetapi ada kemungkinan mereka mencoba melunasi dalam 30 hari ke depan.”

The Wall Street Journal, Kamis, memberitakan pihak berwenang di China meminta pemerintah daerah untuk bersiap atas kemungkinan kejatuhan Evergrande, yang merupakan pengembang properti terbesar kedua di China, mengutip pejabat yang mengetahui pembicaraan tersebut.

Seorang juru bicara Evergrande, pengembang properti terbesar kedua di China, menolak mengomentari dua laporan tersebut.

Baca Juga: Pemerintah Mewaspadai Dampak Lanjutan Evergrande

"Evergrande adalah situasi yang serius. Tetapi kami melihat masalah itu sudah terkendali, dari aspek industri real estate di China dan dari kacamata para mitra perusahaan,” tutur Jean-Yves Fillion, kepala eksekutif BNP Paribas USA, seperti dikutip CNBC, Kamis.

"Secara historis kami telah melihat pemerintah China menangani situasi semacam ini dan menyelesaikannya. Kami menilai tidak ada hubungan yang kuat antara situasi Evergrande dengan pasar ekuitas AS,” ujar dia.

Investor mencemaskan, situasi Evergrande yang semakin memburuk akan menular ke kreditur termasuk perbankan di China dan luar China. Meski, analis meremehkan risiko bahwa keruntuhan Evergrande akan menghasilkan "momen Lehman," atau krisis likuiditas sistemik.

Namun, para gubernur bank sentral mengatakan mereka terus mengawasi Evergrande. Bank of England, Kamis, mengatakan tidak mengharapkan situasi Evergrande menjadi masalah besar dan optimis Beijing dapat menghindari masalah besar.

Saham Evergrande naik hampir 18% pada Kamis, setelah mengumumkan pelunasan kupon obligasi domestiknya. Namun jika diukur dalam tahun berjalan, saham Evergrande telah terjun lebih dari 80%.

Saham Evergrande Property Services menguat hampir 8% dan memicu dorongan ke saham-saham properti asal China yang terdaftar di bursa Hong Kong. Country Garden, pengembang terbesar China, naik 7%, Sunac China melonjak 9% dan Guangzhou R&F Properties berakhir 7,5% lebih tinggi.

Baca Juga: Harga emas melanjutkan koreksi pada perdagangan Jumat (24/9) pagi

Ketua Evergrande Hui Ka Yan mendesak para eksekutifnya Rabu malam untuk memastikan pengiriman properti berkualitas dan penebusan produk manajemen kekayaannya, yang biasanya dipegang oleh jutaan investor ritel di China.

Namun, dia tidak menyebutkan utang luar negeri perusahaan.

WSJ mengatakan pemerintah daerah telah diperintahkan untuk mengumpulkan kelompok akuntan dan ahli hukum untuk memeriksa keuangan di sekitar operasi Evergrande di wilayah masing-masing.

Mereka juga telah diperintahkan untuk berbicara dengan pengembang properti milik negara dan swasta setempat, untuk bersiap mengambil alih proyek dan membentuk tim penegak hukum untuk memantau kemarahan publik dan “insiden massal,” istilah pemanis untuk protes, katanya.

Selanjutnya: Cerita Pilu Para Pekerja dan Investor Ritel di Balik Utang Luar Biasa Evergrande

 

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA

Terpopuler