Job Hugging dan Dinamika Pasar Tenaga Kerja

Senin, 27 Oktober 2025 | 04:36 WIB
Job Hugging dan Dinamika Pasar Tenaga Kerja
[ILUSTRASI. Instruktur menjelaskan instalasi listrik kepada peserta saat mengikuti program pelatihan kerja berbasis listrik industri di UPTD Balai Latihan Kerja, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (20/10/2025). Pemerintah Kota Pekalongan memfasilitasi warga yang berfokus pada kerja untuk mengikuti pelatihan kerja di bidang kelistrikan berbasis industri seperti kontrol mesin, otomatisasi, dan efisiensi operasional yang bertujuan untuk mencetak teknisi yang mampu bersaing di kawasan industri berkembang, khususnya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/YU]
Lili Retnosari | Pemerhati Isu Sosial Ekonomi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 4,76% pada Februari 2025 menandai pemulihan pasar tenaga kerja yang relatif stabil. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk bekerja mencapai 145,77 juta orang pada Februari 2025, naik 3,59 juta orang dibandingkan Februari 2024. Sementara tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) meningkat menjadi 70,60%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk usia kerja yang terserap, bahkan ketika perekonomian masih menghadapi ketidakpastian global.

Namun di balik stabilitas itu, ada fenomena menarik yang layak dicermati: job hugging -- yakni kecenderungan pekerja untuk bertahan di pekerjaan yang sama dalam waktu lama. Fenomena ini muncul bukan semata karena kepuasan kerja, melainkan karena menilai pilihan tersebut paling aman dan rasional di tengah kondisi pasar tenaga kerja yang masih bertransisi. Keputusan untuk bertahan dalam pekerjaan yang sama sering kali didorong oleh pertimbangan ekonomi yang realistis. Rata-rata upah buruh pada Februari 2025 tercatat Rp 3,09 juta per bulan, naik 1,78% dibanding Februari 2024. Walaupun upah meningkat, kenaikan ini relatif kecil dibandingkan kenaikan harga kebutuhan di beberapa wilayah. Bagi banyak pekerja, stabilitas pendapatan lebih berharga daripada risiko berpindah ke sektor yang belum pasti. Dalam situasi di mana sebagian besar lapangan kerja baru masih berada di sektor informal, bertahan di pekerjaan yang sudah dikenal menjadi bentuk perlindungan terhadap ketidakpastian.

Baca Juga: Dapat Dukungan Entitas Singapura, TGUK Bidik Bisnis Makanan Olahan dan Daging Beku

Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah Berlangganan?
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama dan gunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Business Insight
Artikel pilihan editor Kontan yang menyajikan analisis mendalam, didukung data dan investigasi.
Kontan Digital Premium Access
Paket bundling Kontan berisi Business Insight, e-paper harian dan tabloid serta arsip e-paper selama 30 hari.
Masuk untuk Melanjutkan Proses Berlangganan
Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

INDEKS BERITA

Terpopuler