KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabinet Merah Putih yang resmi dibentuk minggu lalu, mungkin membawa pertanyaan bagi sebagian orang. Terutama pertanyaan kinerja dari 48 menteri, 56 wakil menteri, dan 5 kepala lembaga yang dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto Senin (21/10).
Sesuai dengan tagline gemoy-nya, jumlah anggota kabinet ini memang mengembang 40% lebih besar dibandingkan kabinet sebelumnya. Belum lagi ditambah dengan tambahan para wakil menteri yang jumlahnya tak kalah banyak, sehingga kabinet ini tidak bisa lepas dari kesan bagi-bagi jatah.
Dalam sejarah negeri ini, rata-rata anggota kabinet adalah sekitar 20-30-an orang. Kabinet presidensial pertama di tahun 1945 beranggotakan 21 orang. Tapi jumlah kabinet bisa juga menyusut menjadi 10 orang di masa Kabinet Perdana Menteri Susanto yang hanya berumur beberapa hari di Desember 1949-Januari 1950 dan bisa juga membengkak menjadi 132 orang di masa Kabinet Dwikora II Februari 1966-Maret 1966.
Namun sejak Kabinet Ampera I di Juli 1966 yang dipimpin Jenderal Soeharto, anggota kabinet hanya berkisar 24-44 orang. Bahkan sejak masa reformasi di 1998, anggota kabinet terus menyusut, tak pernah melampaui 37 orang. Jumlahnya terus dipangkas sampai akhirnya ajeg di 34 orang dari Kabinet Indonesia Bersatu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004 sampai Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo tahun 2024.
Memang saat ini tantangan yang dihadapi oleh pemerintahan kita cukup berat. Terutama tantangan menggenjot pertumbuhan perekonomian, meningkatkan pendapatan negara, menjaga kepercayaan investor asing, dan membiayai kebutuhan belanja negara. Mungkin tantangan besar ini yang coba "dikeroyok" oleh puluhan anggota Kabinet Merah Putih.
Kita memang masih harus menunggu bagaimana kinerja Kabinet merah Putih, walau rasanya sudah tak ada tempat untuk para anggota kabinet ini “bermain-main”.
Semoga saja benar apa yang didengungkan selama ini, bahwa kabinet baru ini akan meneruskan kebijakan dan program kerja kabinet Presiden Joko Widodo. Artinya, lari mereka bisa langsung kencang dan tak perlu ada program mangkrak serta menghamburkan uang negara. Tiap sen uang negara akan sangat berharga, terutama karena mata uang kredibilitas akan menjadi faktor utama yang menjadi penentu. Semoga kabinet gemoy ini bisa bergerak lincah, bukan obesitas yang perlu segera menjalankan program diet.