Posman Sibuea | Guru Besar Tetap di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Unika Santo Thomas Medan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari Kebangkitan Nasional 2023 pada 20 Mei belum lama ini mengangkat tema "Ayo Bangkit Bersama". Tema tersebut mengajak kita untuk membangkitkan komoditas unggulan pasca pandemi Covid-19 untuk kemajuan bangsa.
Isu sentral yang kini menjadi topik global adalah membangkitkan industri pangan berbasis sawit. Pasalnya, Parlemen Uni Eropa (UE) pada April 2023 menyetujui Undang-Undang Bebas Deforestasi UE.
Salah satu komoditas yang diatur dalam regulasi itu adalah minyak sawit dan produk turunannya. Produk itu diperbolehkan dijual di kawasan Uni Eropa apabila pemasoknya bisa memberikan pernyataan uji tuntas, bahwa produk itu tidak berasal dari lahan deforestasi.
Lantas bagaimana dampak regulasi bebas deforestasi Uni Eropa terhadap penyelenggaraan perkebunan kelapa sawit di tanah air? Kondisi petani sawit yang sangat terpukul akibat krisis minyak goreng di awal April 2022 tentu akan mengalami goncangan kembali karena harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) global diduga semakin menurun ke depannya.
Pasalnya, di laman Parlemen Uni Eropa disebutkan minyak sawit di sana telah mendorong deforestasi dan degradasi hutan di dunia. Uni Eropa berupaya menghentikannya dengan tidak lagi membolehkan komoditas dan produk yang berhubungan dengan deforestasi ada di pasaran. Keberadaan undang-undang itu menjamin warga Uni Eropa bahwa produk yang mereka beli, gunakan dan konsumsi tidak berkontribusi pada deforestasi global dan degradasi hutan serta mengurangi emisi karbon (kompas.id).
Red palm oil
Bagaimana jadinya jika minyak sawit dari Indonesia tidak bisa lagi masuk ke Uni Eropa karena terhambat isu lingkungan? Pertanyaan ini menjadi permenungan mendalam bagi kita agar dapat menyesuaikan dengan regulasi itu supaya CPO dan produk turunannya tetap bisa diterima di pasar Eropa.
Saat ini warga dunia kian banyak yang mempertimbangkan isu lingkungan dalam konsumsi produk, maka menyelaraskan produk dengan regulasi yang berlandaskan isu lingkungan menjadi keniscayaan.
Menyikapi fenomena ini diingatkan kembali penuntasan program pemerintah yang hendak mengembangkan koperasi untuk industri minyak makan merah atau red palm oil yang dikelola petani swadaya. Diharapkan dengan teknologinya yang lebih sederhana, harga red palm oil lebih murah dan ketersediaan minyak goreng bisa tercukupi secara berkelanjutan.
Namun, pengembangan koperasi yang ditargetkan rampung pada Januari 2023 belum mampu menahan laju penurunan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani swadaya.
Di tengah ketidakmampuan Indonesia mengendalikan harga minyak sawit global, apakah agroindustri ini masih mampu meningkatkan kesejahteraan petani swadaya yang sudah menjadikan negeri ini penghasil minyak sawit terbesar di dunia?
Sumbangan devisa yang didatangkan sangat besar dari produksi CPO nasional yang mencatatkan angka 46,5 juta ton pada 2021. Sebagian besar diekspor dan digunakan untuk pangan.
Tingkat kegunaan yang luas, hampir 80% minyak sawit diaplikasikan untuk industri pangan, sisanya untuk non pangan, menjadi harta karun bagi petani sawit. Produk turunannya sangat beragam.
Mulai dari red palm oil, minyak goreng, salad dressing, hingga food emulsifier dan berbagai formulasi pangan lainnya. Aneka produk ini dinilai sebagai sumber pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan kini dipahami tiada hari tanpa penggunaan produk olahan minyak sawit.
Kandungan gizi minyak makan merah lebih lengkap dibandingkan dengan minyak sayur seperti kedelai dan jagung. Minyak nabati yang satu ini memiliki dua jenis asam lemak yang paling dominan yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh) dan asam oleat, C18:1 (tidak jenuh).
Kedua asam lemak ini membuatnya menjadi unik karena tidak dimiliki oleh minyak nabati lainnya. Keunikan ini menjadikan minyak sawit tidak mudah mengalami kerusakan oksidatif.
Pengembangan produk pangan fungsional berbasis minyak sawit, seperti minyak makan merah memiliki masa depan yang baik. Dengan semakin populernya penggunaan senyawa alami untuk bahan industri pangan dan farmasi, maka prospek pengembangan red palm oil dan berbagai produk turunannya untuk bahan pangan semakin terbuka.
Keunggulan minyak makan merah dibanding minyak goreng kemasan atau curah adalah kandungan karotennya. Minyak makan merah merupakan satu-satunya minyak makan yang kaya dengan karoten (pro-vitamin A sebanyak 400 – 500 ppm), sekaligus sarat dengan vitamin E (500 ppm).
Di sisi lain, pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit (refined bleached deodorized palm olein) terjadi proses perusakan karoten karena sengaja dihilangkan agar warnanya lebih jernih seperti keinginan konsumen.
Pengolahan minyak goreng dilakukan melalui purifikasi secara rafinasi dengan tiga tahapan yaitu degumming, bleaching dan deodorisasi. Proses ini menggunakan suhu yang tinggi dengan bleaching earth 1%-2% menyebabkan karoten terdegradasi dan hilang. Kandungan karoten pada minyak goreng menjadi sangat rendah. Minyak goreng komersial hanya mengandung karoten sekitar 3,0 ppm dan berwarna kuning pucat (Sibuea, 2022).
Maka pemanfaatan tandan buah sawit menjadi produk minyak makan merah sebagai sumber provitamin A sangat diharapkan untuk mengatasi salah satu masalah gizi di Indonesia, yakni defisiensi vitamin A. Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan, terutama bagi balita dan anak-anak. Saat ini kebutuhan vitamin A di Indonesia sebagian besar masih dipenuhi dari produk impor.
Dari perspektif gizi, minyak makan merah memberi nilai tambah yang amat besar karena dapat berfungsi ganda. Selain sebagai sumber antioksidan yang handal untuk mencegah penuaan dini, penyakit jantung koroner dan kanker, produk ini diharapkan dapat menggantikan kapsul vitamin A yang selama ini digunakan untuk mengatasi defisiensi vitamin A di Indonesia.
Oleh karena itu, kebangkitan produk unggulan minyak makan merah menjadi momen yang tepat saat ini untuk dipromosikan secara global.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) meningkatkan ketersediaan vitamin A pada makanan sehari-hari untuk percepatan penurunan prevalensi stunting pada anak balita. Strategi pemanfaatan red palm oil perlu dikembangkan lebih lanjut, terutama aplikasinya untuk memperbaiki nilai gizi berbagai produk panga
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.