Kebijakan Ekspor Indonesia Kerap Berubah, India Berpaling ke Malaysia

Rabu, 11 Mei 2022 | 16:57 WIB
Kebijakan Ekspor Indonesia Kerap Berubah, India Berpaling ke Malaysia
[ILUSTRASI. Kegiatan pemuatan palm kernel mill ke dalam palka sebuah kapal kargo di pelabuhan PT Pelindo I di Dumai, Riau, Senin (6/1/2020). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/aww.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - MUMBAI/KUALA LUMPUR, 11 Mei (Reuters) - Kebijakan ekspor minyak sawit Indonesia yang "tidak dapat diprediksi" membuka jalan bagi Malaysia untuk merebut posisi sebagai pemasok yang dominan ke India, demikian pernyataan sumber-sumber industri.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki kebijakan ekspor yang tidak menentu. Contohnya larangan ekspor yang diumumkan pada 22 April lalu. Kebijakan itu mendorong konsumen di India, yang merupakan importir minyak nabati terbesar di dunia, untuk berpaling ke Malaysia. 

Sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Malaysia memposisikan diri untuk mengambil keuntungan dari larangan Indonesia. Malaysia yang memiliki output kurang dari separuh hasil produksi Indonesia itu, memotong pajak ekspor minyak sawit sebanyak setengahnya. Kebijakan itu diumumkan Menteri Komoditas Malaysia Zuraida Kamaruddin pada Selasa. 

Baca Juga: Inflasi Produsen di China Melambat ke Kisaran Terendah dalam Setahun

Kombinasi antara pajak ekspor Malaysia yang lebih rendah dan larangan Indonesia akan menggerus pangsa ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Dari 75% pada satu dekade lalu menjadi 35% pada tahun pemasaran di saat ini yang berakhir pada 31 Oktober mendatang, demikian perkiraan dari Solvent Extractors' Association of India (SEA), sebuah badan perdagangan minyak nabati.

"Malaysia adalah penerima manfaat terbesar dari kebijakan Indonesia yang tidak dapat diprediksi," kata B.V. Mehta, direktur eksekutif Asosiasi Ekstraktor Pelarut India (SEA), sebuah badan perdagangan minyak nabati yang berbasis di Mumbai. "Karena Indonesia tidak ada di pasar, Malaysia menjual lebih banyak, dan mendekati rekor harga tertinggi."

Dalam lima bulan pertama tahun pemasaran 2021/22, India telah membeli 1,47 juta ton minyak sawit Malaysia dibandingkan dengan 982.123 dari Indonesia, menurut data yang dikumpulkan oleh SEA. Perkiraan pedagang untuk Mei menunjukkan India mengimpor sekitar 570.000 ton minyak sawit, dengan 290.000 dari Malaysia dan 240.000 dari Indonesia.

Jika larangan ekspor Indonesia tetap berlaku selama dua minggu lagi, maka impor minyak sawit India bulan Juni bisa turun menjadi 350.000 ton, sebagian besar dari Malaysia.

Pergeseran impor minyak sawit India akan menjungkirbalikkan pola dominasi Indonesia yang mapan di Asia Selatan. Namun, penyulingan minyak India merasa mereka harus melindungi rantai pasokan mereka dari perubahan kebijakan setelah intervensi Indonesia di pasar minyak sawit sejak 2021. 

"Anda tidak bisa hanya mengandalkan Indonesia dan menjalankan bisnis. Bahkan jika Indonesia menawarkan diskon untuk Malaysia, kita harus mengamankan pasokan dari Malaysia untuk melindungi diri dari kebijakan Indonesia yang tidak dapat diprediksi," kata penyulingan yang berbasis di Mumbai.

"Pemurni melakukan penjualan barang jadi di muka dan kami tidak bisa mundur hanya karena bahan baku tidak tersedia," katanya.

Baca Juga: Junta Myanmar Menuduh Mantan Wakil Gubernur Bank Sentral Melakukan Korupsi

Namun, persediaan minyak sawit Malaysia yang relatif ketat masih menjadi kekhawatiran menyusul kekurangan tenaga kerja yang berkepanjangan yang telah memangkas hasil perkebunan. "Malaysia memiliki stok terbatas. Banyak produsen di Malaysia yang menjual dengan baik di dekatnya," kata seorang pejabat dengan perkebunan Malaysia yang beroperasi di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Malaysia memproduksi sekitar 40% dari output Indonesia sehingga tidak dapat sepenuhnya menggantikan pasokan Indonesia. Meski begitu, konsumen minyak India ingin meningkatkan kesepakatan Malaysia dan mengurangi ketergantungan mereka pada Indonesia.

"Indonesia mungkin akan mencabut larangan ekspor pada bulan ini, tetapi tidak ada jaminan tidak akan membatasi ekspor lagi. Kebijakan ekspor Malaysia jauh lebih stabil dan itulah yang kami inginkan," kata seorang pembeli India, yang menolak disebutkan namanya.

Bagikan

Berita Terbaru

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian
| Jumat, 05 Desember 2025 | 14:00 WIB

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian

Target GTSI adalah juga mencari sumber pendapatan baru agar tidak tergantung dari LNG shipping dan FSRU.

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 12:50 WIB

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis

Pendapatan IMAS sampai dengan September 2025 ditopang dari PT IMG Sejahtera Langgeng senilai Rp 14,79 triliun atau tumbuh 15,46% YoY.

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?
| Jumat, 05 Desember 2025 | 10:03 WIB

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?

Dengan target transaksi harian hanya Rp 14,5 triliun, besaran dana untuk menyerap saham free float 15% sekitar Rp 203 triliun termasuk besar.

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:53 WIB

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi

Pergerakan saham teknologi ke depan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen.

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:00 WIB

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut

Banjir ini mencerminkan akumulasi krisis ekologis yang dipicu ekspansi tambang, proyek energi, hingga perkebunan sawit skala besar.

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:32 WIB

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif

RATU memiliki tujuh rencana akuisisi global hingga tiga tahun ke depan, dua diantaranya ditargetkan selesai kuartal IV-2025 dan semester I-2026.

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

Berharap Pertumbuhan Ekonomi Mendongkrak Dana Kelolaan
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:00 WIB

Berharap Pertumbuhan Ekonomi Mendongkrak Dana Kelolaan

AUM reksadana mencapai all time high (ATH) per Oktober 2025 dengan mencatat Rp 621,67 triliun per Oktober 2025

INDEKS BERITA

Terpopuler