Reporter:
Dina Mirayanti Hutauruk |
Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pandangan para pengambil kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve (The Fed) terpecah mengenai prospek penanganan inflasi jangka panjang atau pasca pandemi. Terdapat dua padangan berseberangan, apakah inflasi tinggi akan jadi masalah berulang di masa depan. Sehingga membutuhkan kenaikan suku bunga berulang pula.
Perbedaan pandangan itu dapat membelokkan arah jalan kebijakaan The Fed di tahun-tahun berikutnya. Sedangkan dalam jangka pendek, keduanya memiliki pandangan yang sama, kenaikan bunga agresif sangat diperlukan tahun ini.
Dewan Gubernur The Fed, Lael Brainard dalam wawancaranya dengan Wall Street Journal mengatakan, tugas terpenting The Fed saat ini adalah membawa inflasi kembali ke target 2%.
Dia yakin, serangkaian kenaikan suku bunga dan pengurangan kepemilikan obligasi secara besar-besaran akan mencapai target itu. Menurut Brainard, inflasi inti mulai moderat. Tidak termasuk energi dan makanan, bahkan di tengah kenaikan harga utama yang mencapai level tertinggi sejak 1981.
Seperti dikuti Reuters, Rabu (13/4), dia memperkirakan permintaan dan inflasi akan mendingin beberapa bulan mendatang seiring The Fed cepat menaikkan suku bunga.
Kendala tenaga kerja
Namun, begitu ekonomi terhambat kekurangan pasokan akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Brainard melihat, gambaran ekonomi akan diatur ulang mendekati kondisi normal seperti sebelum pandemi.
Sementara secara terpisah, Presiden The Fed, Richmond Thomas Barkin menyampaikan pandangan berbeda terkait arah kebijakan pasca-pandemi.
Dia mengatakan, tekanan kenaikan harga bisa bertahan jika perusahaan membuat ulang rantai pasokan lebih tahan terhadap gangguan potensial. Tapi konsekuensinya, harga menjadi lebih mahal.
Kendala tenaga kerja dari pertumbuhan penduduk yang melambat juga dapat menambah tekanan ini.
Jika serangan inflasi tinggi menjadi lebih umum di masa depan daripada sebelum pandemi, lanjut Barkin, upaya untuk menstabilkan ekspektasi inflasi dapat memerlukan periode lebih lama. "Kami memperketat kebijakan moneter lebih dari pola baru-baru ini," kata Barkin.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.