Kena Pukul Lagi

Senin, 18 November 2024 | 08:00 WIB
Kena Pukul Lagi
[ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat]
Khomarul Hidayat | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 yang melambat menjadi 4,95% harusnya menjadi cermin pemerintah untuk menentukan kebijakan ekonomi ke depan yang lebih realistis. Pemerintah juga sudah seharusnya tidak memaksakan menerapkan kebijakan ekonomi yang membebani masyarakat.

Apalagi ekonomi Indonesia sangat tergantung dengan konsumsi rumah tangga. Konsumsi masyarakat ini masih menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Sebagai gambaran, pada kuartal III 2024, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91% year on year dan menyumbang 53,08% pertumbuhan ekonomi nasional.

Sumbangan konsumsi rumah tangga itu melambat dari kuartal II-2024 yang berandil 54,54% ke pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan 4,93%. Pelambatan mengonfirmasi adanya penurunan daya beli.

Celakanya pemerintah malah akan menerapkan kebijakan yang potensial makin menekan daya beli masyarakat. Kita mendapat kabar  pemerintah tetap ngotot ingin menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai awal tahun depan. 

Alasannya karena sudah dipersiapkan lama dan kenaikan tarif PPN mulai tahun 2025 itu amanah dari Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

Kita memahami pemerintah butuh tambahan penerimaan terutama dari pajak untuk membiayai belanja negara yang besar akibat sejumlah program unggulan pemerintah yang memakan anggaran jumbo. Menaikkan tarif PPN adalah cara instan untuk mendapatkan tambahan setoran pajak dalam jumlah besar.

Persoalannya, masyarakat yang terdampak langsung kebijakan kenaikan pajak konsumsi ini sedang terbebani penurunan daya beli. Ini ibarat baru mau bangkit sudah harus bersiap akan kena pukulan lagi.

Belum lagi, tambahan beban sejumlah tarif yang boleh jadi juga akan naik tahun depan. Seperti tarif iuran layanan BPJS Kesehatan, iuran tabungan perumahan rakyat, lalu ada rencana dana pensiun wajib. Belum lagi kalau rencana pembatasan BBM jadi berjalan untuk menghemat belanja subsidi energi.

Itu semua rentan menurunkan lagi daya beli yang buntutnya bisa makin menekan ekonomi.

Di kondisi pelemahan daya beli, berkurangnya jumlah kelas menengah dan maraknya PHK, pemerintah mestinya lebih mengedepankan kebijakan insentif fiskal. Bukan disinsentif dengan menaikkan tarif pajak yang potensial bikin masyarakat kembali terhuyung-huyung.

Selanjutnya: Sejumlah BPD Optimistis Capai Target Pertumbuhan Kredit Tahun 2024

Bagikan

Berita Terbaru

Mencari Reksadana Pasar Uang yang Memiliki Kinerja Gemilang
| Senin, 18 November 2024 | 09:35 WIB

Mencari Reksadana Pasar Uang yang Memiliki Kinerja Gemilang

Reksadana pasar uang menjafi primadona. Yakni menawarkan kemudahan transaksi, kinerja setara deposito, likuiditas setara tabungan. 

The Fed Tak Buru-Buru Pangkas Suku Bunga, Ruang Penurunan BI Rate Semakin Sempit
| Senin, 18 November 2024 | 09:30 WIB

The Fed Tak Buru-Buru Pangkas Suku Bunga, Ruang Penurunan BI Rate Semakin Sempit

Menurut Jerome Powell data-data ekonomi Amerika Serikat kuat, sehingga tidak buru-buru butuh "gula-gula" bagi perekonomian.  

ESG: Strategi RS EMC (SAME) untuk Menjadi Rumahsakit Digital dan Ramah Lingkungan
| Senin, 18 November 2024 | 08:56 WIB

ESG: Strategi RS EMC (SAME) untuk Menjadi Rumahsakit Digital dan Ramah Lingkungan

SAME meng-upgrade diri menjadi rumah sakit digital dan ramah lingkungan. Sahamnya pun menarik untuk trading jangka pendek.

Saham Blue Chip Non Bank Seperti TLKM & TPIA Banyak Dibuang Asing, Kapan Balik Lagi?
| Senin, 18 November 2024 | 08:48 WIB

Saham Blue Chip Non Bank Seperti TLKM & TPIA Banyak Dibuang Asing, Kapan Balik Lagi?

Data inflasi AS terbaru yang naik membuat pasar meragukan The Fed akan memangkas suku bunga Desember 2024.

Pasar Truk Digencet Truk Bekas Impor
| Senin, 18 November 2024 | 08:30 WIB

Pasar Truk Digencet Truk Bekas Impor

Ada prediksi, permintaan truk akan naik dari sektor logistik, dan tergantung kondisi ekonomi, jika stabil pelanggan tidak akan menunda pembelian.

Mengantisipasi Efek Tular Trumponomic
| Senin, 18 November 2024 | 08:10 WIB

Mengantisipasi Efek Tular Trumponomic

Efek tular Trumponomics bakal merembet ke pasar Indonesia lewaat jalur perdagangan serta jalur keuangan,

Produksi TBS dan CPO Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Menurun
| Senin, 18 November 2024 | 08:05 WIB

Produksi TBS dan CPO Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Menurun

Hingga akhir September 2024 lalu, ANJT telah menghasilkan 577.567 ton TBS, angka produksi ini turun 11,8% jika dibandingkan tahun lalu.

Kena Pukul Lagi
| Senin, 18 November 2024 | 08:00 WIB

Kena Pukul Lagi

Ditengah kondisi pelemahan daya beli masyarakat, pemerintah harusnya memberi insentif yang bisa mendongkrak konsumsi.

Sejumlah BPD Optimistis Capai Target Pertumbuhan Kredit Tahun 2024
| Senin, 18 November 2024 | 07:53 WIB

Sejumlah BPD Optimistis Capai Target Pertumbuhan Kredit Tahun 2024

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit BPD per Agustus 2024 mencapai Rp 632,9 triliun, tumbuh sebesar 6,9% secara tahunan 

Kredit Macet Tinggi, Kredit UMKM Melambat
| Senin, 18 November 2024 | 07:49 WIB

Kredit Macet Tinggi, Kredit UMKM Melambat

Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit UMKM per September 2024 ada di level 4%. 

INDEKS BERITA

Terpopuler