Berita *Strategi

Ketika Pedagang Handphone Masuk ke Bisnis Smart Home

Minggu, 06 September 2020 | 12:18 WIB
Ketika Pedagang Handphone Masuk ke Bisnis Smart Home

ILUSTRASI. Gerai Erafone dari PT Erajaya Swasembada Tbk

Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKART. Kini semuanya berada di genggaman dan sentuhan jari. Tak hanya mengatur finansial dengan uang digital, saat ini semua pekerjaan rumah juga bisa diselesaikan memakai smartphone. Mulai dari menyalakan lampu hingga membersihkan rumah.

Ya, inilah yang dinamakan konsep smart home. Dalam beberapa tahun terakhir, kian banyak  rumah yang dikembangkan dengan mengedepankan aplikasi teknologi. Beragam fitur diupayakan untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya.
 
Awalnya, istilah smart home identik dengan penggunaan teknologi yang melekat pada fisik bangunan, seperti instalasi air, pendingin udara, lampu, ataupun sistem keamanan. Tapi  belakangan konsep rumah pintar ini juga mulai merambah pada beberapa produk elektronik rumahtangga. Salah satunya: penyedot debu. 
 
PT Erajaya Swasembada Tbk pun baru-baru ini merilis Roidmi. Ini  produk alat pembersih buatan anak usaha Xiaomi. Pengoperasiannya memakai telepon pintar. Berkat kerjasama antara Roidmi Internasional dan Erajaya, seri vacuum cleaner Roidmi untuk pertama kalinya bisa dipasarkan di Indonesia. 
 
Ada 4 tipe cordless handheld vacuum cleaner yang ditawarkan, yaitu portable cordless vacuum cleaner P1, 2 in 1 cordless vacuum cleaner S1 E, 2 in 1 cordless vacuum cleaner S1 special, dan the new 3 in 1 cordless vacuum cleaner X20.
 
Produk Roidmi ini dipasarkan secara offline di seluruh jaringan toko Urban Republic. Sedangkan untuk online, dapat dibeli melalui disitus e-commerce milik Erajaya, yaitu Eraspace.com, atau melalui melalui layanan WhatsApp. 
 
Beberapa tahun terakhir Erajaya memang cukup masif melakukan diversifikasi usaha di luar bisnis handset. Hasan Aula, Wakil Presiden Direktur PT Erajaya Swasembada Tbk, bilang, jika ingin terus bertumbuh, pihaknya harus terus berevolusi seiring perubahan zaman, mengikuti perilaku konsumen dan menangkap peluang pasar dengan portofolio produk yang menarik dan relevan. 
 
Jika dilihat, produk perkakas rumahtangga yang kini dipasarkan rata-rata berbasis internet of thing (IoT). Produk itu juga bisa terkoneksi internet. “Dengan smart home orang bisa melakukan kegiatan di rumah dengan menggunakan teknologi,” jelasnya. 
 
Tak hanya penyedot debu, rupanya sudah ada beberapa produk elektronik rumahtangga yang  mulai dipasarkan Erajaya sejak tahun lalu. Lihat saja dalam situs e-commerce mereka, Eraspace.com, ada satu kanal sendiri yang diberi label Consumer Electronic. Isinya menjual produk sistem keamanan, lampu, televisi, vacuum cleaner, dan small appliances seperti hair dryer, juicer, dan mesin pembuat kopi. 
 
Tidak semuanya merupakan merek yang sudah tenar. Beberapa produk malah ada yang merupakan merek baru yang belum pernah masuk ke pasar Indonesia. Misalnya televisi keluaran Xiaomi dan Realme, vacum cleaner Roidmi, juicer Balzano asal Italia dan mesin pembuat kopi Siroca. 
 
Masuknya Erajaya di bisnis elektronik rumahtangga ini berawal dari produk lampu IoT Philips Hue pada April 2019. Ini bukan sekadar lampu. Lampu ini punya sistem pencahayaan yang bisa diatur menggunakan  smartphone. “Mungkin dapat dilihat bahwa lini produk yang kami tambahkan sebenarnya akan membangun suatu ekosistem produk yang saling melengkapi,” urai Hasan. 
 
Menurut Hasan, ini adalah pengembangan derivatif dari industri smartphone yang sudah bisa diprediksi sejak dulu. Dengan perkembangan jaringan internet yang semakin baik, mau tidak mau akan semakin banyak penggunaan IoT dalam kehidupan sehari-hari. 
 
Berbekal pertimbangan tersebut, Erajaya lantas membidik pasar dengan karakter orang yang sadar dan mengerti teknologi. Mereka ini kalangan yang ingin menjadi trendsetter dan ingin selalu terdepan.  
 

Walaupun di Indonesia masyarakat yang melek teknologi masih minim, tapi bagi Hasan, itu tak menjadi soal. Ia yakin konsumen yang mengerti mengenai perkembangan produk IoT akan terus tumbuh, dan potensi bisnis smart home juga masih cukup besar. 

Omnichannel

Kini yang perlu dilakukan adalah meningkatkan edukasi ke masyarakat agar produk yang konsep pengoperasiannya masih belum begitu dipahami di pasaran ini bisa diterima. Meski berada di tengah situasi pandemi dan banyak orang takut pergi ke pusat perbelanjaan, tapi Erajaya sudah menyiapkan berbagai strategi. “Mereka bisa liat sosial media kita. Ada video demo yang kami siapkan,” cetusnya.
 
Selain mengandalkan jaringan toko ritelnya, manajemen juga menggandeng influencer. Contohnya saja Melanie Putria. Putri Indonesia tahun 2002 ini mengunggah video menggunakan Roidmi di instastory Instagramnya. 
 
Menurut Hasan, sebagaimana produk handset yang sudah lebih dulu digarapnya, produk smart home juga menerapkan strategi pemasaran omnichannel. Katanya, secara historis Erajaya memang selalu memperkuat jaringan ritel di ranah online maupun offline melalui  pusat perbelanjaan dan gerai stand alone. 
 
Begitu juga di tengah situasi seperti sekarang, produk smart home ini pun dipasarkan menggunakan inovasi yang dirilis dalam rangka mengantisipasi efek pandemi Covid-19. Di antaranya seperti  layanan home delivery service, online to offline, contactless shopping, dan pemesanan produk lewat Whatsapp. Justru dengan karakter pasar yang dibidik, konsep pemasaran menggunakan platform digital memang harus diutamakan. 
 
Meski memanfaatkan ranah virtual, Hasan memastikan konsumennya akan tetap mendapatkan edukasi produk. Hanya bedanya, kalau biasanya selama ini ketika membeli produk elektronik rumahtangga, konsumen banyak  melihat demonstrasi pengunaan langsung oleh pramuniaga di toko ritel. Sedangkan kini  layanan tersebut tetap diperoleh dengan cara yang  berbeda. 
 
Untuk itu Erajaya memiliki layanan baru: EraXpress. Ini adalah layanan antar ke rumah yang dilakukan oleh karyawan toko terdekat. Tak hanya mengantar barang, yang bersangkutan juga dapat membantu memberikan panduan penggunaan produk  seperti pengenalan, cara pemakaian, dan set-up. “Pengalaman berbelanja dan keuntungan yang didapatkan sama seperti saat mereka membeli langsung ke toko kami,” imbuhnya. 
 
Sayangnya, Hasan enggan membeberkan berapa investasi yang sudah dikeluarkannya untuk biaya pemasaran. Menurutnya, ini hanya bagian dari kegiatan usaha reguler dan tidak ada perlakuan khusus. 
 
Beruntung,  memasuki bulan keenam pandemi, penjualan kini sudah mulai membaik. Walaupun penjualan di gerai fisik belum kembali normal, tapi setidaknya kanal online sudah mulai membuahkan hasil. Di tengah banyak masyarakat yang bekerja dari rumah, ternyata cukup banyak orang yang mencari produk smart home. 
 
Tapi, kontribusi smart home  masih kecil. Merujuk kinerja semester I–2020, penjualan bersih Erajaya Rp 14,46 triliun atau turun 6,29% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penjualan ponsel dan tablet yang  jadi andalan terkikis 10,33% menjadi Rp 10,76 triliun. Tapi penjualan segmen lain meningkat. 
 
Segmen komputer dan peralatan elektronik pun tumbuh dari Rp 551,22 miliar menjadi Rp 575,2 miliar pada semester I–2020. “Kami optimistis ke depan ini akan memberi kontribusi lebih tinggi,” jelasnya. 
 
Hasan memastikan, setelah penyedot debu akan ada beberapa produk smart home lagi yang masuk pasar.

Selanjutnya: Erajaya Swasembada (ERAA) Mulai Lega Setelah Mal Kembali Beroperasi Erajaya Swasembada (ERAA) Mulai Lega Setelah Mal Kembali Beroperasi

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru