Kian Banyak Korporasi AS Terancam Bangkrut

Jumat, 05 Januari 2024 | 04:05 WIB
Kian Banyak Korporasi AS Terancam Bangkrut
[ILUSTRASI. Imbas tren kenaikan suku bunga, kasus kebangkrutan di Amerika Serikat meningkat]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan yang mengajukan kebangkrutan di Amerika Serikat (AS) melonjak 18% pada tahun 2023. Kenaikan ini disebabkan tren kenaikan suku bunga, pinjaman yang lebih ketat, serta sejumlah efek terkait warisan era pandemi Covid-19.

Namun, volume kasus kebangkrutan masih jauh di bawah era pandemi. Menurut data dari penyedia data kebangkrutan Epiq AACER, total pengajuan kebangkrutan  mencapai 445.186 di tahun lalu, naik dari tahun 2022 sebanyak 378.390 entitas.

Baca Juga: Jangan Takut Gagal, Ini 6 Langkah Hadapi Kegagalan dari Robert Kiyosaki

Dalam laporan tersebut, pengajuan reorganisasi bisnis dalam Bab 11 Komersial, melonjak 72% dalam setahun menjadi 6.569 dari sebelumnya 3.819 pengajuan. Adapun pada Desember 2023, total pengajuan turun menjadi 34.447 entitas dari 37.860 entitas di November. Namun jika dibanding periode sama tahun 2022, jumlah ini naik 16%.

Kasus di 2024 tetap tinggi

Jumlah kasus kebangkrutan diperkirakan terus meningkat pada tahun 2024. Namun kasus kebangkrutan yang terjadi pada tahun 2023, masih jauh lebih rendah dibanding awal pandemi melanda di tahun 2019 yang sebesar 757.816 entitas.

"Seperti yang telah diantisipasi, kami melihat pengajuan kasus baru di tahun 2023 meningkat dibandingkan 2022 dengan pengajuan komersial cukup tinggi dan normalisasi kembali ke volume kebangkrutan di sebelum pandemi," kata Michael Hunter, wakil presiden Epiq AACER seperti dikutip Reuters.

Hunter memperkirakan, peningkatan jumlah pelapor konsumen dan komersial yang mencari perlindungan kebangkrutan akan terus berlanjut pada tahun 2024. Hal ini mengingat stimulus pandemi, peningkatan biaya dana, suku bunga yang lebih tinggi, meningkatnya tingkat tunggakan dan utang rumah tangga yang mendekati level tertinggi secara historis.

Faktanya, utang rumah tangga mencapai rekor tertinggi US$ 17,3 triliun di akhir kuartal ketiga. Data  The Fed menunjukkan tingkat kenakalan peminjam juga meningkat, namun angkanya masih di bawah sebelum pandemi.

Kondisi keuangan dunia usaha dan rumah tangga juga telah mengalami pengetatan signifikan selama dua tahun terakhir, imbas kenaikan agresif suku bunga The Fed guna mengendalikan inflasi. Suku bunga pinjaman hipotek, misalnya, pada paruh kedua tahun lalu melonjak ke level tertinggi sejak awal abad ini.

Baca Juga: Hasil Audit Terbaru Dapen BUMN Sakit, Lengkap dengan Masalah & Restruktrukturisasi

Meski demikian, biaya pinjaman dan kondisi keuangan secara keseluruhan mulai membaik di kuartal IV 2023. Hal ini setelah The Fed mengisyaratkan akan mengakhiri siklus kenaikan bunga.                

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

INDEKS BERITA

Terpopuler