Kinerja Keuangan Emiten LQ45 Melambat, Ini Pilihan Saham Yang Layak Dicermati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten anggota indeks LQ45 mencatatkan kinerja positif hingga paruh waktu tahun ini. Namun, masih ada perlambatan di balik positifnya kinerja tersebut.
Positifnya kinerja tercermin dari total pendapatan dan laba bersih masing-masing emiten di setiap sektor. Jika dipisahkan per sektor, mayoritas kinerja keuangan setiap sektor dalam indeks LQ45 minimal sejalan (in line) atau bahkan melebihi (above) perkiraan konsensus analis.
Hanya sebagian kecil yang mencatat kinerja di bawah (below) konsensus (lihat tabel).
Sektor | Pendapatan | Laba Bersih | ||||
---|---|---|---|---|---|---|
Konsensus | Realisasi | Status | Konsensus | Realisasi | Status | |
Keuangan | Rp 226,96 triliun | 45,80% | Below | Rp 76,21 triliun | 46,40% | In line |
Konsumer | Rp 404,39 triliun | 48,70% | In line | Rp 43,88 triliun | 48,10% | In line |
Infrastruktur | Rp 177,79 triliun | 48,80% | In line | Rp 24,26 triliun | 51,20% | Below |
Industri dasar & kimia | Rp 172,14 triliun | 50,70% | Above | Rp 12,61 triliun | 47,70% | In line |
Aneka industri | Rp 263,18 triliun | 47,60% | In line | Rp 24,76 triliun | 43,20% | Below |
Perdagangan, jasa, investasi | Rp 170,87 triliun | 47,70% | In line | Rp 18,6 triliun | 48,90% | Below |
Pertambangan | Rp 64,87 triliun | 49,70% | Above | Rp 2,39 triliun | 30,50% | In line |
Properti | Rp 143,78 triliun | 42,90% | Below | Rp 10,74 triliun | 35,70% | Below |
Sumber: Mirae Asset Sekuritas, diolah KONTAN |
Namun, jika dijabarkan lebih lanjut, performa kinerja emiten di kuartal kedua sejatinya tidak lebih baik dibanding kuartal pertama. Sebesar 60% emiten LQ45 menorehkan kinerja sejalan dan di atas prediksi konsensus di kuartal II. Persentase ini lebih kecil dibanding di kuartal I, yang mencapai 70%.
Baca Juga: Kinclongnya kinerja Elnusa ditopang oleh peningkatan seluruh lini bisnis
"Ada perlambatan di kuartal kedua," ujar Hariyanto Wijaya, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset 6 Agustus. Catatan saja, persentase ini berdasarkan kinerja 35 emiten LQ45 yang telah menyampaikan laporan keuangan hingga pekan pertama bulan ini.
Secara keseluruhan, laba bersih emiten LQ45...
Hariyanto menambahkan, secara keseluruhan, laba bersih emiten LQ45 di kuartal kedua turun 2,4% secara tahunan menjadi Rp 48,31 triliun. Padahal, total laba bersih di kuartal pertama masih naik 2,6% secara tahunan.
Ini terjadi karena total pendapatan emiten LQ45 yang juga melambat. Pertumbuhan total pendapatan di kuartal kedua hanya 3,6% menjadi Rp 380,44 triliun secara tahunan. Bandingkan dengan pertumbuhan kuartal pertama yang mencapai 6,3% secara tahunan.
Lebaran dan pemilu
Penurunan performa kinerja keuangan ini juga terjadi pada emiten-emiten yang memiliki kapitalisasi pasar besar. Salah satunya adalah PT Astra International Tbk (ASII). "ASII menjadi kontributor penurunan kinerja paling besar, karena pada kuartal kedua laba bersih ASII turun 15% menjadi sebesar Rp 4,59 triliun," jelas Hariyanto.
Baca Juga: BEI akan evaluasi secara berkala kedua indeks barunya, simak aturan mainnya
Senior Manager Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy tak menampik ada perlambatan pada kinerja emiten. Tapi, hal ini bukan sinyal mutlak ada yang salah dengan kondisi makro dalam negeri.
Robertus menjelaskan, lebaran tahun ini jatuh di kuartal kedua, sehingga hari libur di kuartal ini lebih banyak. Alhasil, hampir semua operasional bisnis, terutama pertambangan, mulai dari produksi hingga distribusi, melambat. Kondisi tersebut diperparah oleh sikap wait and see emiten dalam menggelar ekspansi akibat tahun politik.
Untuk kuartal ketiga, Robertus menyarankan untuk cermati saham sektor infrastruktur. Alasannya, pembangunan infrastruktur masih menjadi prioritas untuk lima tahun ke depan. Jalur distribusi berupa jalan tol dan jalan raya juga sudah terlihat naik.
Ia juga menilai saham konsumer menarik...
Ia juga menilai saham konsumer menarik. Tol laut, udara mempermudah logistik dan menguntungkan perusahaan barang konsumer. Selain itu ada sentimen renovasi dan pembangunan beberapa pasar tradisional baru di beberapa daerah.
Semua hal tersebut berpotensi membuat belanja konsumen akan tetap tinggi. "Memang ada sentimen perang dagang dan devaluasi yuan, yang merupakan risiko sistematis. Namun, tidak akan mengubah fundamental sektor konsumer domestik," tutur Robertus.
Sebaliknya, dia tidak merekomendasikan sektor pertambangan seperti batubara. Pasalnya, harga komoditas emas hitam ini masih tertekan dan harganya tak setinggi tahun lalu. Akibatnya, pendapatan emiten di sektor batubara berpotensi melambat dibanding tahun lalu.
Baca Juga: Yuan melemah, Analis: Semua emiten terkena imbasnya
Setali tiga uang, Hariyanto juga menjagokan saham sektor barang konsumer. Tren perolehan kinerja moncer yang terjadi di sektor ini pada kuartal kedua diperkirakan bakal terulang di sisa tahun ini. Hariyanto meyakini emiten bukan cuma bisa mengerek volume penjualan, namun juga meningkatkan kualitas mencetak laba, seiring dengan naiknya margin emiten.
Tren tersebut juga sudah terlihat sejak kuartal kedua. Bahkan, mayoritas emiten di sektor konsumer mampu mencetak pertumbuhan laba bersih mencapai dua digit.
Hariyanto merekomendasikan sejumlah saham "Saham pilihan utama kami adalah saham ICBP dan INDF, KINO, KLBF, MAPI, lalu saham UNVR serta tak ketinggalan juga saham BBRI," jelas dia.