Kolaborasi dan Efisiensi

Jumat, 21 Februari 2025 | 06:11 WIB
Kolaborasi dan Efisiensi
[ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar]
Syamsul Ashar | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era baru dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, pelantikan kepala daerah dilakukan secara serentak di Istana Negara, Jakarta pada Kamis (20/2). Tak kurang dari 481 pasang pemimpin daerah yang terpilih hadir, dan didampingi oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). 

Manunggal antara pemerintah pusat dan daerah ini penting di tengah kebijakan presiden hemat anggaran untuk menyeimbangkan postur fiskal yang semakin berat. Terutama setelah pemerintah batal menerapkan tarif pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% dari sisi penerimaan. Sementara dari belanja harus ditambah untuk memenuhi janji politik dan membengkaknya jumlah kementerian dan lembaga sehingga total pejabat menjadi 106 orang.

Prabowo juga butuh anggaran untuk pembangunan tiga juta rumah dan program makan gratis. Walhasil, realokasi anggaran menjadi langkah yang tak terhindarkan. Namun, pertanyaannya, apakah langkah ini efektif atau justru sekadar tambal sulam tanpa dampak fundamental bagi perekonomian?  

Dalam situasi saat ini, tekanan ekonomi global semakin kompleks. Likuiditas yang ketat membuat investasi berisiko tinggi, sementara daya saing Indonesia dalam skema global juga menghadapi tantangan besar. Sektor industri dalam negeri memang harus digerakkan, terutama dalam pencapaian program 3 juta rumah, maka perlu dorongan bagi industri keramik, sanitasi, dan logistik. Tanpa ekosistem yang kuat, kebijakan ini satu juta rumah bisa menambah ketergantungan pada impor dan pada akhirnya menekan pertumbuhan industri nasional.  

Di sisi lain, beban pembayaran bunga utang negara yang mencapai kisaran 14%-16% dari belanja APBN makin mempersempit ruang fiskal. Jika strategi realokasi ini tidak disertai dengan terobosan kebijakan, termasuk penguatan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta reformasi struktural pada BUMN, target pertumbuhan 8% kian berat.

Pemerintah juga harus mewaspadai dampak dari ketidakpastian global. Keanggotaan Indonesia dalam BRICS serta dinamika geopolitik AS bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi. Belum lagi tekanan terhadap rupiah yang bisa berimbas pada daya beli masyarakat dan inflasi.  

Realokasi anggaran bukan sekadar memindahkan pos belanja, tetapi harus menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ekonomi nasional. Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah agar menggunakan belanja hanya untuk rakyat perlu direalisasikan.

Selanjutnya: Jumlah Kantor Bank Terus Berguguran

Bagikan

Berita Terbaru

Wajib Pajak yang Telah Lapor SPT Mencapai 4,75 Juta
| Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:10 WIB

Wajib Pajak yang Telah Lapor SPT Mencapai 4,75 Juta

Batas waktu pelaporan SPT Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi hingga 31 Maret 2025. Sementara Wajib Pajak Badan akan ditutup pada 30 April. 

Bullion Bank Meluncur 26 Februari, Begini Peluang Bisnis Emas di Indonesia
| Jumat, 21 Februari 2025 | 18:53 WIB

Bullion Bank Meluncur 26 Februari, Begini Peluang Bisnis Emas di Indonesia

Presiden  akan meresmikanbullion bank 26 Februari 2025. BSI dan anak usaha BRI Pegadaian  kantongi izin . Begini peluang bisnis emas di Indonesia

Harga Saham INTP Anjlok Terus Sejak Akhir 2024, Investor Asing Banyak yang Nyangkut
| Jumat, 21 Februari 2025 | 17:46 WIB

Harga Saham INTP Anjlok Terus Sejak Akhir 2024, Investor Asing Banyak yang Nyangkut

Industri semen di kuartal I-2025 akan dihadapi dengan persoalan cuaca, belanja konstruksi yang rendah di awal tahun, dan banyaknya hari libur.

Kabar Royalti Nikel Naik Jadi 15%, Laba ANTM, INCO, Hingga MBMA bisa Tergerus Lumayan
| Jumat, 21 Februari 2025 | 11:47 WIB

Kabar Royalti Nikel Naik Jadi 15%, Laba ANTM, INCO, Hingga MBMA bisa Tergerus Lumayan

Penurunan laba dari penjualan bijih nikel emiten diprediksi bisa mencapai hingga 9% jika tarif royalti dinaikkan.

Terbitkan SBN untuk Sokong 3 Juta Rumah
| Jumat, 21 Februari 2025 | 08:53 WIB

Terbitkan SBN untuk Sokong 3 Juta Rumah

Hal ini diputuskan dalam rapat Kemkeu dengan Kementerian Perumahan dan Permukiman, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, dan Komisi XI DPR

Awas! Rasio Utang Pemerintah Merambat Naik
| Jumat, 21 Februari 2025 | 08:44 WIB

Awas! Rasio Utang Pemerintah Merambat Naik

Rasio utang pemerintah tahun 2024 naik menjadi 39,67% PDB, setara dengan rasio utang saat awal Covid 2020

Berlomba-lomba Rebut Pangsa Pasar, Persaingan Harga Layanan Telekomunikasi Kian Ketat
| Jumat, 21 Februari 2025 | 08:34 WIB

Berlomba-lomba Rebut Pangsa Pasar, Persaingan Harga Layanan Telekomunikasi Kian Ketat

Kualitas layanan internet operator telekomunikasi di Indonesia, baik fixed broadband maupun mobile internet jauh di bawah negara lain

Rupiah Siap-Siap Melemah Lagi di Akhir Pekan
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:52 WIB

Rupiah Siap-Siap Melemah Lagi di Akhir Pekan

Arah pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi perubahan kondisi ekonomi global, terutama terkait kebijakan suku bunga

Tanpa Intervensi Bank Indonesia (BI), Rupiah Bisa Terkapar ke Rp 17.000 Per Dolar AS
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:50 WIB

Tanpa Intervensi Bank Indonesia (BI), Rupiah Bisa Terkapar ke Rp 17.000 Per Dolar AS

Rupiah akan mampu bertahan di  Rp 16.000 - Rp 16.500 per dolar Amerika Serikat (AS), terutama didorong oleh aksi intervensi BI. 

Tanpa Intervensi Bank Sentral, Rupiah Bisa ke Rp 17.000
| Jumat, 21 Februari 2025 | 07:48 WIB

Tanpa Intervensi Bank Sentral, Rupiah Bisa ke Rp 17.000

Meski Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate, rupiah diperkirakan masih akan tertekan untuk jangka pendek.

INDEKS BERITA

Terpopuler