Kondisi Industri Reksadana Sepanjang Semester I 2024

Kamis, 11 Juli 2024 | 10:08 WIB
Kondisi Industri Reksadana Sepanjang Semester I 2024
[ILUSTRASI. Wawan Hendrayana, Vice President Infovesta Utama]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Setengah tahun 2024 kita lewati. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 2,8% sepanjang 2024. Kinerja ini salah satu terendah secara regional  Sementara kinerja Infovesta Goverment Bond Index (IGBI), barometer pertumbuhan obligasi pemerintah tumbuh 1%. Bagaimana kinerja industri reksadana Indonesia?

Tahun 2024 diawali iklim investasi menarik. Inflasi tahunan yang rendah di 2,57%. Didukung proyeksi penurunan suku bunga The Fed hingga tiga kali di 2024 serta Pemilu, membuat IHSG mencetak rekor di 7.433 pada Maret 2024. 
 
Seiring kenaikan harga komoditas, inflasi perlahan meningkat ke 3,05% secara tahunan alias year on year (yoy) di akhir Maret 2024. Sebelum akhirnya menurun lagi dan di 2,51% pada Juni. Gejolak inflasi diiringi derasnya penjualan oleh investor asing.
Lalu memicu kenaikan suku bunga  ditengah upaya pemerintah menjaga nilai tukar rupiah.
 
Di samping itu inflasi yang tetap tinggi di Amerika Serikat (AS) memupus harapan penurunan suku bunga. Walhasil, IHSG terkoreksi hingga menyentuh 6.726 pada pertengahan Juni walau kembali rebound di atas 7.200 pada pekan pertama Juli ini.
 
Seiring IHSG yang negatif kinerja reksadana saham  di bawah ekspektasi. Hingga akhir Juni 2024  rata-rata reksadana saham membukukan kinerja minus 7.5%. Reksadana saham terbaik membukukan return 25% dan terburuk  mencetak kinerja minus 70%. 
 
Pada reksadana pendapatan tetap berbasis rupiah, rata-rata membukukan kinerja 1%. Reksadana pendapatan tetap terbaik membukukan kinerja 4% dan terburuk sebesar -4%. 
 
Pada reksadana campuran,  umumnya perpaduan saham dan obligasi secara rata-rata membukukan kinerja sebesar minus 1,7%. Reksadana campuran terbaik menghasilkan return 9,9% dan terburuk merugi 20%.  Kinerja terbaik reksadana pasar uang rata-rata memberikan return 2,3%.Reksadana pasar uang terbaik memberikan return 3% dan terburuk minus 1%.
 
Hasil 2024 kembali menunjukkan reksadana saham memberikan kinerja jauh di bawah IHSG. Tercatat 53 reksadana saham dari total 212 produk beredar (25%)  membukukan return lebih tinggi dari IHSG. 
 
Mengacu kalkulasi data secara historis (periode 2013 – 2023), rata-rata kurang dari 50% dari reksadana saham yang dapat mengalahkan IHSG. Data terbaru ini menegaskan kembali, dari sisi return semakin sulit bagi manajer investasi (MI) mengelola reksadana yang mampu melampaui IHSG dalam kondisi pasar yang bullish sekalipun. Maka, MI disarankan menyusun portfolio yang lebih menyerupai indeks. 
 
Dana kelolaan industri tahun 2024 terus mencatatkan penurunan. Akhir Juni 2024, dana kelolaan total reksadana Rp 490 triliun, turun dibanding akhir 2023 yang mencapai Rp 503 triliun, Komposisi tiga dana kelolaan terbesar dikuasai industri reksadana pendapatan tetap Rp 144 triliun. Menyusul terproteksi sebesar Rp 105,5 triliun dan reksadana saham sebesar 
Rp 85 triliun. 
 
Secara year to date (ytd) industri reksadana pendapatan tetap saja yang konsisten bertumbuh dari sisi dana kelolaan. Hal yang menggembirakan, jumlah investor reksadana terus bertambah menembus 12 juta orang. Investor ini bertumbuh terutama dari generasi muda berusia di bawah 30 tahun yang mencapai lebih dari 7 juta. 

Di  separuh kedua 2024  ini industri reksadana kita masih memiliki harapan seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi yang baik, harapan tinggi program-program pemerintahan baru serta  rendahnya inflasi dan ekspektasi perbaikan harga komoditas yang menjadi katalis bagi pasar obligasi maupun saham. 
 
Namun, dunia juga masih dibayangi proyeksi penurunan suku bunga The Fed yang masih belum pasti dan dapat berimbas negatif pada kinerja instrumen berbasis obligasi maupun saham. 
 
Ketidakpastian ini tercermin  dari  preferensi investor melakukan  penempatan dana baru lebih banyak ke reksadana berbasis obligasi dan pasar uang. MI diharapkan dapat mengakomodasikan tren ini. 
 
Industri reksadana sendiri akan terus berkonsolidasi dan kemampuan MI berinovasi pada underying asset maupun tipe produk yang dapat diterima dan menarik bagi investor individu menjadi penggerak pertumbuhan. 
 
Kemudahan transaksi dan likuiditas menjadi krusial. Saat ini reksadana bersaing dengan produk-produk lain. Seperti obligasi yang ditujukan kepada ritel, kripto hingga  aset alternatif lain.
 
Namun diversifikasi tetap penting karena tidak mungkin investor dapat menebak secara pasti reksadana jenis yang akan bersinar. Tidak ada salahnya meminimalkan risiko dengan menyebarkan dana pada jenis reksadana berbeda.                         

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Menakar Efek Pilkada Serentak 2024 Bagi Industri Manufaktur
| Senin, 16 September 2024 | 14:12 WIB

Menakar Efek Pilkada Serentak 2024 Bagi Industri Manufaktur

Kemenprin ingin penyelenggara & peserta PIlkada dapat memaksimalkan anggaran bagi belanja produk-produk dalam negeri.

Bakal Diakuisisi Dima Group, KMDS Incar Kenaikan Penjualan Tahun Ini
| Senin, 16 September 2024 | 11:28 WIB

Bakal Diakuisisi Dima Group, KMDS Incar Kenaikan Penjualan Tahun Ini

Laba bersih PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) tumbuh 4,26 YoY. 

Pacu Produksi Bioetanol, Tapi Jangan Jauh Kebun dari Pabrik
| Senin, 16 September 2024 | 07:05 WIB

Pacu Produksi Bioetanol, Tapi Jangan Jauh Kebun dari Pabrik

Ambisi memeras saripati tebu untuk diolah menjadi bioetanol. 

 
Strategi ESG dari TAPG: Memangkas Emisi dengan Biokokas dan Taman Kehati
| Senin, 16 September 2024 | 06:00 WIB

Strategi ESG dari TAPG: Memangkas Emisi dengan Biokokas dan Taman Kehati

Melihat strategi PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) menerapkan ESG dengan target perkebunan ramah lingkungan.

Harga Nikel Naik, Penjualan MBMA Makin Kuat di Kuartal II 2024
| Minggu, 15 September 2024 | 19:27 WIB

Harga Nikel Naik, Penjualan MBMA Makin Kuat di Kuartal II 2024

Kinerja MBMA lebih baik terdongkrak kenaikan harga nikel.

Komitmen Investasi Sinarmas di Data Center, Sulut Saham EDGE dan DCII Pekan Ini
| Minggu, 15 September 2024 | 19:10 WIB

Komitmen Investasi Sinarmas di Data Center, Sulut Saham EDGE dan DCII Pekan Ini

Harga saham emiten data center terbang lebih dari 40% dalam sepekan terakhir.

Evaluasi 10 Tahun Program Jokowi Bidang Pendidikan, Kualitas SDM Masih Menjadi PR
| Minggu, 15 September 2024 | 18:53 WIB

Evaluasi 10 Tahun Program Jokowi Bidang Pendidikan, Kualitas SDM Masih Menjadi PR

Pada tahun ajaran 2021/2022, bangunan SD yang tergolong katagori rusak mencapai 39,39%.

Edukasi Anak Demi Pendidikan Layak
| Minggu, 15 September 2024 | 12:00 WIB

Edukasi Anak Demi Pendidikan Layak

Untuk mendukung kebutuhan anak mendapat pendidikan, komunitas mengajar menebar pengetahuan. Seperti apa mereka bekerja?

Transformasi Digital Buka Peluang Kasir Digital
| Minggu, 15 September 2024 | 11:00 WIB

Transformasi Digital Buka Peluang Kasir Digital

Transformasi teknologi di kalangan pedagang, membuka peluang untuk platform point of sales (POS).

Aliran KPR Syariah Mengalir Kian Kencang
| Minggu, 15 September 2024 | 10:00 WIB

Aliran KPR Syariah Mengalir Kian Kencang

Di tengah ketidakpastian pergerakan suku bunga, bank syariah menawarkan kepastian cicilan kredit rumah. 

INDEKS BERITA

Terpopuler