Konsumsi Naik, Bisnis BNPL Ikut Terkerek

Rabu, 26 Juni 2024 | 04:50 WIB
Konsumsi Naik, Bisnis BNPL Ikut Terkerek
[ILUSTRASI. Peluncuran Laporan Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024 di Jakarta (25/6/2024). KONTAN/Hendra Suhara]
Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis buy now pay later (BNPL) di perusahaan pembiayaan masih tumbuh subur. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan per April 2024 mencapai Rp 6,47 triliun. Nilai tersebut naik 31,45% secara tahunan. 

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman optimistis piutang pembiayaan BNPL akan terus meningkat. Hal itu seiring berkembangnya teknologi yang memudahkan masyarakat melakukan transaksi belanja online.

SVP Marketing and Communications Kredivo, Indina Andamari memandang bisnis BNPL tahun ini masih cerah salah satunya didorong konsumsi masyarakat yang terus bertumbuh. Sejak 5 tahun terakhir Indina mengaku jumlah dan nilai transaksi mengalami peningkatan hingga 60% dan 80% secara compounded annual growth rate (CAGR). Hingga akhir akhir tahun ini, Indina optimis Kredivo bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis di kisaran 30%-60%.

Meski begitu, ia mengaku pemain BNPL di industri pembiayaan kini harus bersaing dengan perbankan yang juga mulai masuk ke bisnis ini. Namun ia percaya diri bisnis paylater Kredivo tidak akan tergerus oleh pesaing dari perbankan. Sebab Indina mengatakan bahwa Kredivo sudah menjajal bisnis ini sejak 8 tahun lalu. Selain itu Kredivo mengaku bunga yang ditawarkan masih cukup kompetitif untuk bersaing.

Baca Juga: Kredit Investasi Multifinance Tumbuh

"Mungkin perbankan secara brand sudah besar dan punya user base yang tinggi. Tetapi Kredivo juga punya first mover advantage," ucap Indina, Selasa (25/6). 

Selain itu, secara pemanfaatan teknologi, proses onboarding hingga pengalaman belanja diklaimnya tetap terjaga. 

Di sisi lain, Presiden Direktur PT Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengaku belum merasakan persaingan ketat dengan perbankan terkait paylater. Dia bilang pangsa pasar bisnis ini sangat besar dan risk acceptance criteria dengan bank berbeda. 

Efrinal bilang Akulaku akan terus melakukan berbagai strategi untuk menjaga pertumbuhan. Seperti customer engagement, meningkatkan layanan sejalan dengan pertumbuhan ekosistem e-commerce hingga menambah merchant offline

Dengan persaingan ini, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda bilang bisnis paylater dari perusahaan pembiayaan perlu mengambil kepercayaan konsumen. Salah satunya dengan menerapkan penagihan kredit yang baik dan menjaga tingkat NPL di kisaran 3%-5%. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Net Buy Rp 2,84 Triliun Saat IHSG Naik 2,15% Hari Ini, Asing Berburu Saham Bank
| Rabu, 14 Mei 2025 | 18:43 WIB

Net Buy Rp 2,84 Triliun Saat IHSG Naik 2,15% Hari Ini, Asing Berburu Saham Bank

Rabu (14/5), IHSG melesat 2,15% atau 147,08 poin ke 6.979,88 pada perdaganan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Donald Trump Berkunjung ke Timur Tengah, Dampaknya ke Harga Minyak bisa Signifikan?
| Rabu, 14 Mei 2025 | 16:18 WIB

Donald Trump Berkunjung ke Timur Tengah, Dampaknya ke Harga Minyak bisa Signifikan?

Donald Trump berkepentingan mendorong harga minyak naik demi mendorong investasi hulu migas di Amerika Serikat.

Laju Pertumbuhan Melambat, Jumlah Penduduk Indonesia Masih Terbesar Keempat Dunia
| Rabu, 14 Mei 2025 | 15:56 WIB

Laju Pertumbuhan Melambat, Jumlah Penduduk Indonesia Masih Terbesar Keempat Dunia

Pada tahun 2015, laju pertumbuhan penduduk Indonesia tercatat 1,38%. Angka ini terus menurun setiap tahunnya, hingga mencapai 1,09% pada 2025. 

Saham Properti Naik Signifikan Sebulan Terakhir, Diprediksi Masih bisa Naik Lagi
| Rabu, 14 Mei 2025 | 13:10 WIB

Saham Properti Naik Signifikan Sebulan Terakhir, Diprediksi Masih bisa Naik Lagi

Proyeksi kenaikan lanjutan saham-saham properti didukung oleh sejumlah sentimen positif, di antaranya penurunan suku bunga acuan.

Filipina Mau Setop Ekspor Bijih Nikel, Smelter di RI Berpotensi Kekurangan Bahan Baku
| Rabu, 14 Mei 2025 | 12:57 WIB

Filipina Mau Setop Ekspor Bijih Nikel, Smelter di RI Berpotensi Kekurangan Bahan Baku

Penghentian ekspor bijih nikel oleh Filipina bisa membuat pasar global kekurangan pasokan bijih nikel.

Profit 30,97% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis (14 Mei 2025)
| Rabu, 14 Mei 2025 | 12:42 WIB

Profit 30,97% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Tipis (14 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (14 Mei 2025) 1 gram Rp 1.886.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung  30,97% jika menjual hari ini.

Tak Mempan Kena UMA dan Suspensi, Saham JATI Melesat 260% Hanya dalam Lima Hari
| Rabu, 14 Mei 2025 | 08:15 WIB

Tak Mempan Kena UMA dan Suspensi, Saham JATI Melesat 260% Hanya dalam Lima Hari

Stockbit Sekuritas menjadi broker yang paling banyak memfasilitasi transaksi beli saham PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI).

Meski Jadi Top Laggard IHSG dan LQ45, Saham BMRI Masih Didominasi Rekomendasi Beli
| Rabu, 14 Mei 2025 | 07:29 WIB

Meski Jadi Top Laggard IHSG dan LQ45, Saham BMRI Masih Didominasi Rekomendasi Beli

Berdasar konsensus analis, rata-rata target harga BMRI selama 12 bulan ke depan ada di Rp 6.246 per saham.

Belajar dari China
| Rabu, 14 Mei 2025 | 07:15 WIB

Belajar dari China

Pemerintah perlu belajar dari China yang sukses memberantas kemiskinan melalui beragam program yang dikerjakan secara optimal.

Memaknai Angka Kemiskinan Bank Dunia
| Rabu, 14 Mei 2025 | 07:05 WIB

Memaknai Angka Kemiskinan Bank Dunia

Sebagian besar penduduk Indonesia belum benar-benar masuk dalam kelompok menengah mapan melainkan masuk zona abu-abu.

INDEKS BERITA

Terpopuler